Mohon tunggu...
Jaja Karja
Jaja Karja Mohon Tunggu... -

Salah satu mahasiswa FKIP Bhs. Inggris, yang akan terus dan tetap belajar untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Liburan Ke Kampus, Kenapa Enggak!

1 Juli 2012   06:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Opera Travel Blog Competition

Berhubung UAS sudah berlalu, tidak ada salahnya kita sedikit merileksasikan otak sejenak. Tapi dimana ya, tempat yang cocok untuk memuaskan mata sekaligus tidak membuat kita terus terlena dalam suasana liburan selepas liburan nanti. Coba deh simak perjalanan saya yang satu ini! Siapa tahu kamu tertarik juga. Sehari - hari kegiatan saya tak jauh dari yang namanya tugas dan lingkungan kampus. Kadang saya merasa jenuh dengan atmosfir yang sama setiap harinya. Mei lalu setelah saya mendapat jatah libur selepas UTS, saya putuskan untuk merefresh pikiran saya dengan melancong ke kota lain. Pada awalnya Kota Jakarta sempat mampir di pikiran saya, selain saya sudah mengetahui beberapa tempat rekreasi yang berada di Jakarta, saya juga bisa sempatkan untuk bersua dengan teman - teman lama saya di Kota Metropolitan ini. Namun tampaknya niat saya tersebut harus segera saya urungkan, karena ternyata keponakan saya yang sedang menunggu kelulusan dari bangku SMK ingin sekali pergi berkunjung ke Unversitas Indonesia yang berada di Depok. Katanya itu adalah kampus idamannya kelak. Waduuuh...ujung - ujungnya kampus lagi.... kampus lagi! Dengan sedikit terpaksa sayapunharus tunduk dengan permintaannya. Sebetulnya sih saya takut kena marah neneknya yang tak lain Ibu saya sendiri. Segera saya susun rencana keberangkatan saya menuju Kota Depok. Astaga....saya sempat lupa, jika saya sama sekali belum pernah menginjakan kaki di Kota Depok. Gimana saya bisa tahu jalan menuju ke sana! Setelah saya tanya sana - sini mengenai kendaraan umum yang harus kami gunakan untuk menuju Depok, bukannya solusi yang saya dapatkan, malah semakin ruet saya harus mengingat nama - nama bis dan Angkot yang harus saya tumpangi. Nampaknya saya harus mencari alternatif lain untuk mengatasi masalah ini. Dari pada saya nyasar sampai sana, sayapun akhirnya konsultasi dengan Mbah Google. Akhirnya saya mendapatkan beberapa referensi kendaraan umum yang bersedia mengantar kami selamat sampai tujuan, yang tak lain adalah Universitas Indonesia, yang berada di bagian utara Depok. Menurut informasi yang saya dapatkan, Jasa Kereta Api menawarkan kemudahan bagi penumpangnya menuju lokasi yang kami tuju. Dengan biaya yang seadanya, sayapun lantas membeli tiket kereta di stasiun Cirebon yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal saya, Majalengka. Stetelah lima belas menit di Stasiun, akhirnya sayapun berhasil mendapat tiket dengan jadwal keberangkatan dikeesokan harinya tepatnya pada tanggal 15 Mei 2012 pukul 07.45 pagi dengan kereta Cirebon Ekspres kelas Bisnis tujuan stasiun gambir. "Waduh pasti mahal nih!" pikir saya saat itu. Jangan khawatir dulu, karena ternyata harga tiket tersebut hanya RP.60.000,- saja, dan itu sebanding dengan harga tiket Bus dari terminal Rajagaluh, tempat tinggal saya menuju kawasan Ciputra Grogol, Jakarta Barat. Keesokan harinya kamipun berangkat dari rumah satu jam sebelum jadwal keberangkatan kereta. Sesampai di stasiun, terlihat sudah kereta Cirebon Ekspres menanti penumpangnya, dan siap berangkat pas jam 07.45 WIB. Tak pernah saya kira sebelumnya, ternyata naik kereta itu asik juga ya! Beda dengan bis yang duduknya saja saling berdesakan, keringatpun becucuran. Terlihat begitu rapi suasana di dalam kereta saat itu. Petugas kebersihanpun berkali - kali memberikan servisnya selama perjalanan. Tentunya tak ada lagi yang namanya guncangan akibat jalan terjal yang sering membuatku muntah. Toiletpun disediakan. Tapi untuk yang satu ini saya tak berani untuk menggunakannya, karena setelah saya masuk kedalamnya, saya sedikit merasa aneh ketika melihat lubangnya. He..he... pasti semuanya sudah tau maksud saya! Maklumlah itu pertamakalinya saya menjadi salah satu penumpang kereta. Petugas pelayanan juga beberapa kali menawarkan barang, mulai dari minuman, makanan, cemilan sampai bantal yang bisa dipergunakan oleh penumpang agar lebih nyaman. Tapi jangan mengira itu semua gratis lho. Penumpang dikenakan biaya tersendiri untuk hal yang demikian. Pukul 11.00 WIB kereta yang saya tumpangi tiba di stasiun Gambir. Akhirnya sampai di Jakarta juga, tapi sayang saya belum bisa bernostalgia dengan kota tempat tinggal saya lima tahun yang lalu. Perjalananpun kami lanjutkan menuju Depok dengan kereta listrik comuterline, yang sama sekali tidak bayar alias gratis bagi penumpang yang baru saja sampai di stasiun Gambir. Ternyata sayapun tak harus menunggu lama di stasiun ini, karena tepat jam11.00, kereta menuju depok telah datang menjemput. Bagus lah, biar ponakan saya bisa segera melepas rasa penasarannya. Tentunya ini juga pertamakalinya saya maik kereta listrik ber-AC. Nyaman sekali ternyata, rasa cape hilang karena dihembus dinginnya AC. Kebetulan waktu itu penumpang juga tidak membludak, jadi sayapun bisa selonjoran kaki untuk melepas penat. Tak berapa lama kamipun tiba di stasiun UI Depok. Wahh...hebat juga ya, Universitas ini ternyata sudah punya stasiun sendiri rupanya. Coba di Universitas tempat saya belajar, jangankan stasiun, halte pun tidak ada. Malangnya nasibku! Lalu kita mesti kemana nih?? Saya pun sempat bingung setelah sampai di stasiun ini. Selepas kami keluar dari stasiun, yang kami lihat adalah kawasan yang ditumbuhi banyak pohon yang tertata rapi, tapi mana Universitasnya ya? Akhirnya sayapun memutuskan untuk membuntuti orang yang berpakaian seperti mahasiswa yang tengah berdiri didepan halte. Menunggu dengan ketidaktahuan membuat saya semakin gelisah. Akhirnya sayapun beranikan diri untuk bertanya. Setelah berbincang beberapa saat, informasipun didapatkan. Ternyata untuk menuju kampus UI, kita tak perlu repot nunggu angkot di sini, karena kawasan ini memang forbiden untuk angkutan umum semacam itu. Justru pihak kampus sendiri telah menyediakan bus khusus untuk para mahasiswa dan pegawai sebagai akses menuju gedung - gedung di sekitar kawasan UI. Mereka menyebut bus ini dengan sebutan "Bikun", karena memang warna dasar bis ini dalah kuning. Bus ini beroperasi setiap senin - jumat mulai pukul mulai pk.07.00-22.00 sementara pada hari Sabtu hanya sampai pukul 14.00 WIB. Setelah kami masuk kedalam bus ini, wahh nyaman sekali. Ber-AC, luas dan kursinya juga empuk. Lagi - lagi saya pun membanding - bandingkan dengan fasilitas yang ada di kampus saya. Luar biasa, pelayanan di kampus ini sungguh maksimal, gak perlu bayar lagi. Kamipun putuskan untuk berhenti di area kampus teknik, karena itu memang kemaun keponakan saya yang hendak mengambil jurusan teknik mesin dikemudian hari.sungguh luasnya area kampus teknik ini, tiga kali lipat dari luas kampus tempat saya belajar. sayapun di ajak keponakan untuk mencari jembatan texas atau jembatan merah di sana. Katanya sih cukup dikenal masyarakat. Ternyata kamipun menemukannya. Designnya cukup unik, dengan warna merah dan sedikit kuning. Jembatan ini menghubungkan fakultas teknik dan Psikologi yang dipisahkan oleh danau buatan. Kamipun sempatkan untuk berfoto ria di sini. Ooh ya, jangan kaget di area danau belakang kampus kami juga melihat beberapa warga sekitar tengan asik memancing dan menjala ikan di sini. Rupanya pihak kampus mengijinkan masyarakat luar untuk berekreasi juga disini. Kamipun melanjutkan perjalanan kami menuju gedung pusat Universitas. Lumayan jauh kami berjalan, akhirnya nampak juga bangunan yang sering muncul di internet. Lantas tujuan kami selanjutnya menuju perpustakaan, tapi kami urungkan mengingat kami belum menunaikan shalat Dzuhur. Tak jauh dari situ, kamipun sampai di depan mesjid kampus. Astaga, apa itu? Lho kok banyak sepeda berbaris di samping mesjid, rupanya pihak kampus menyediakan sepeda gratis bagi mahasiswa dan pegawai disini. Tinggal tunjukan kartu identitas warga UI, sepedapun sudah bisa di bawa berkeliling kawasn UI. Sayangnya kami tidak bisa menggunakan fasilitas ini karena kami hanya punya KTP saja,he..he..he. Selepas shalat, kamipun beranjak menuju perpustakaan UI. Bangunannya nampak luar biasa tidak terlihat seperti bangunan perpustakaan kebanyakan. Gedung ini memiliki arsitektur yang cukup modern dan minimalis.Gedung perpustakaan tersebut dirancang dengan konsep "sustainable building" yang mana kebutuhan energi menggunakan sumber terbarukan yakni energi matahari (solar energy) selain itu di dalam gedung tidak diperbolehkan menggunakan plastik. Area baru tersebut bebas asap rokok, hijau serta hemat listrik, air, dan kertas. Perpustakaan pusat UI tersebut akan mampu menampung sekitar 10.000 pengunjung dalam waktu bersamaan atau sekitar 20.000 orang per hari selain itu juga akan menampung 3-5 juta judul buku. Perpustakaan ini terbuka juga untuk umum. Ketika kami masuk ke dalamnya, sungguh luar biasa! Terpampang ukiran nama - nama bahasa di seluruh duniamemenuhi lantai satu. Lalu dimana buku - bukunya? Kamipun ternyata harus naik ke lantai dua, tapi jangan lupa untuk menitipkan tas dan jaket di tempat penitipan yang berada tak jauh dari elevator. Tenang saja, barang kamu bakal aman di sini. Mereka hanya menyediakan loker tempat penyimpanan sementara kita diberikan kuncinya. Sesampainya kami di lantai dua, terlihat beberapa perangkat komputer berderet di luar ruangan perpustakaan. Mereknya tak tanggung - tanggung "APPLE", komputer ini mempermudah pengunjungnya untuk mencari buku yang yang diinginkan. Luar biasa, banyak koleksi buku di perpustakaan ini. Jika di bandingkan dengan yang ada di kampus saya, buku di perpustakaan tempat saya belajar mungkin hanya setetes saja dari jumlah buku yang ada di sini. Kebanyakan buku berbahasa inggris. Pantas saja mahasiswa di sini pentar - pintar. Rasa takjub saya tak sempat terpuaskan mengingat waktu sudah semakin sore. Kamipun sempatkan mengambil gambar di pinggir danau UI yang cukup terkenal ini. Selepas itu kamipun lekas menuju stasiun UI. Tentunya dengan diantar "bikun" yang masih beroperasi. Sesampainya di stasiun, kini saatnya kami harus membeli tiket kereta comuterline menuju stasiun gambir yang harganya RP.6000,- saja. Sesampai di stasiun Gambir, tiket yang kami dapatkan ternyata jadwal keberangkatannya esok pagi. Akhirnya.... sempat juga kami berjalan - jalan di Monas. Tentunya tak terlewatkan pula kami shalat berjamaah di mesjid yang paling populer di Indonesia, mesjid Istiqlal. Ini merupakan pengalaman pertama bagi keponakan saya berkunjung ke mesjid Istiqlal. Suasananya begitu tenang, sampai saya lihat keponakan saya berdo'a dengan khusuknya. Mungkin dia berdo'a agar dikabulkan keinginannya untuk dapat kuliah di Kampus UI sana. Selanjutnya kamipun bergegas menuju rumah kediaman teman lama saya yang berada tak jauh dari Pasar Baru untuk menginap dan menunggu esok tiba. Perjalanan saya menuju Depok, sungguh tak pernah terpikirkan sebelumnya akan semenarik itu, malah pengalaman itu benar - benar berkesan dalam ingatan saya. Kota Depok yang cukup dikenal dengan Universitasnya, menawarkan tempat liburan menarik bagi semua orang, khususnya para pelajar. Andai saya punya kesempatan lagi, akan saya jelajahi seluruh area kampus UI dan tentunya mencari tempat menarik lainnya di kota Depok.

13394000801324381573
13394000801324381573

Kompasiana-Opera Travel Blog Competition (http://www.opera.com/bitmaps/portal/external/201206-travel-blog-competition.jpg)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun