Mohon tunggu...
Jaja Karja
Jaja Karja Mohon Tunggu... -

Salah satu mahasiswa FKIP Bhs. Inggris, yang akan terus dan tetap belajar untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Mencari Jalan Pulang

3 Mei 2012   07:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:47 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin peristiwa dihari libur kerja waktu itu bukanlah suatu pengalaman tersesat yang mengerikan ataupun menegangkan. Karena sebetulnya aku malah menikmatinya, plus pelajaran menarik yang aku dapat setelahnya. Pada Tahun 2007 aku adalah seorang karyawan di Golden Boutique Hotel Angkasa, Jakarta Pusat. Waktu itu adalah minggu pertama aku bekerja. Cukup menyenangkan menurutku. Sebagai Public Attendent disebuah hotel tidak membuatku merasa minder dengan pekerjaan ini. Walau sebagai PA (begitu kami menyebutnya) yang banyak diketahui orang adalah suatu jabatan yang paling rendah, Namun aku menganggap profesi itu memiliki prestige sendiri bagiku yang lulusan SMA yang terletak di kaki gunung Ciremai. Seperti halnya karyawan lain akupun mendapat libur pertamaku. Bukan hari minggu tentunya, karena perusahaan kami tidak mengijinkan karyawannya untuk libur diakhir pekan. Rasa keingintahuanku akan kota Jakarta yang begitu megah dan memiliki banyak tempat wisata menarik, membuat aku penasaran dan memutuskan untuk menghabiskan libur pertamaku menyusuri tempat – tempat yang sering aku lihat di TV. Tujuan pertamaku adalah Pasar Baru, yang katanya didalamnya terdapat berbagai toko yang menjual barang – barang murah.

Akupun lekas menunaikan keinginanku walau tak ditemani oleh seorang teman. Nampaknya rasa keingintahuanku mengalahkan rasa takutku. Aku menuju Pasar baru dengan angkot berwarna biru yang aku sendiri tidak tahu angkot jurusan apa, karena ibu pedagang kakilima yang aku tanyai sebelumnya menyuruhku untuk naik angkot itu. Nampaknya sopir angkot yang aku tumpangi begitu baik. Dia dengan tepatnya menurunkanku di Pasar Baru yang sama sekali belum pernah aku lihat sebelumnya.banyak toko kain yang aku jumpai di sana, selain itu toko – toko swalayan dan Supermarket juga tersedia di sana. Ramainya pengunjung membuatku sedikit bingung. Toko mana yang hendak aku kunjungi. Akhirnya dengan uang pemberian orangtuaku, aku membeli beberapa potong kaos yang aku beli di lapak obralan yang begitu banyak pengunjungnya. Tak puas berkeliling Pasar Baru, akupun penasaran dengan cerita temanku akan Monas. Katanya letak Monas tidak begitu jauh. Akhirnya aku putuskan untuk berjalan kaki menuju arah timur seperti arahan temanku. Akupun bingung sekaligus terkesan, bukannya Monas yang aku lihat, malah mesjid Istiqlal yang nampak dimataku. Subhanallah luasnya minta ampun. Aku belum pernah menemukan mesjid sebesar ini di kampungku. Akupun tak melewatkan kesempatan emasku untuk sholat dzuhur berjamaah di dalamnya. Tambah takjub aku dibuatnya. Entah kemana lagi tujuanku. Yang jelas aku terus melangkahkan kakiku ke timur. Seperti tujuanku semula, Monumen Nasional. Sesampainya disana aku puaskan penglihatanku akan rasa penasaran selama ini. Tugu berpuncak emas yang biasa aku lihat di televisi, berada di depan mataku. Aku mengelilingi seluruh area monas yang luas, ku manjakan mataku yang haus akan tumbuhan berdaun hijau yang biasa aku lihat di desaku. Tanpa terasa aku telah kehilangan pintu masuk tempat aku pertamakali menginjakkan kakiku. Aku semakin bingung, jangan- jangan aku tak bisa pulang!pikirku dalam hati. Kaki pun semakin lelah, bertanyapun aku tak mampu. bukannya aku malu, melainkan aku lupa ciri-ciri tempat pertama setiba aku di sana. Kakiku terusmencari, entah arah mana yang kutuju. Hingga akupun lelah dan mengistirahatkan sejenak kaki di bangku taman. Sebotol air mineral menemaniku, menghilangkan dahaga di kerongkonganku. Angin yang berhembus seakan menghilangkan kegundahanku saat itu. Hingga terdengar adzan ashar tiba. Beruntungnya aku mendengar adzan itu! Seketika aku teringat mesjid yang barusan saja aku datangi. Entah benar ataupun tidak suara adzan itu berasal dari mesjid Istiqlal, aku lekas mempercepat langkahku menuju suaranya. Alhamdulillah…. akupun menemukannya, menemukan pintu keluar yang sedari tadi aku cari. Walau rasa penat kakiku menjadi-jadi, aku bersusah payah untuk menggerakannya hingga aku sampai juga di mesjid Istiqlal. Sejenak ku menarik nafas dan menunaikan kewajibanku sebagai muslim. Akhirnya kesegaran kembali berada di tubuhku. Perjalananku masih jauh, aku harus memaksa kakiku untuk tetap berjalan.

Kini bukanlah rasa lelahku yang mengganggu, melainkan begitu sulitnya aku mengingat jalan mana yang harus aku ambil. Aku kembali tersesat untuk keduakalinya. Tanpa pikir panjang dengan sisa uang di dompetku aku menghentikan bajaj yang melintas di depanku. Aku minta diantarkannya menuju tempat kosanku. Dengan gesitnya bajaj itu melaju. Sampai – sampai satu roda belakangnya terangkat ketika kami melewati tikungan. Begitu rusuhnya sopir ini pikirku. Belum pernah aku menumpang kendaraan semacam ini. Sudah berisik, menantang maut pula. Hingga akhirnya aku dapat bernafas lega di depan kosanku. Ku sodorkanuang lima ribu yang tersisa pada sopir bajaj itu, namun tak kusangka, dia malah berkata KURANG MAS! Astagfirullah………Sungguh perjalanan yang banyak terdapat pelajaran di dalamnya. Perjalanan selanjutnya, aku selalu bertanya sebelumnya mengenai jalur angkot yang harus aku ambil untuk menuju suatu tempat pada temanku. Kemudian aku ingat terus ciri-ciri tempat yang aku datangi supaya aku tidak kesulitan mencari pintu masuk. Dan yang terakhir, bawa uang lebih jika sewaktu-waktu aku membutuhkan jasa sopir bajaj.

salam semangat ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun