Mohon tunggu...
Irwan Lamara
Irwan Lamara Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya anak kampung yang mencoba belajar banyak hal

Hanya anak kampung yang mencoba belajar banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setelah Membaca Buku “The Divine Message of The DNA”

11 Juli 2016   14:43 Diperbarui: 11 Juli 2016   15:03 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sering beranggapan bahwa yang terjadi pada seseorang entah itu kecerdasan ataupun bakat diwariskan dari orang tua. dan  memang begitulah pengetahuan yang kita dapatkan pada umumnya. Namun dalam buku ini diberikan sebuah pemahaman baru, bahwa semua gen yang dimilki manusia itu sama bentuknya. Semua manusia memiliki potensi yang sama dengan yang lain. terus kenapa ada yang berhasil dan kenapa ada yang gagal?

Semua gen yang dimiliki manusia memiliki potensi yang sama. Namun gen-gen itu ada yang aktif ada yang tidak. Jika gen itu aktif, maka dia akan berkerja jika tidak maka dia tidak akan bekerja. Sebagai contoh mungkin seseorang memiliki gen  bakat yang bagus dalam menyanyi, namun karena gen tersebut tidak aktif maka bakat tersebut tidak akan pernah muncul. Begitu juga dengan kecerdasan, semua manusia memiliki gen kecerdasan, namun  kalau gen tersebut tidak aktif maka kecerdasan tersebut tidak akan pernah muncul. Dengan demikikan adalah penting untuk mengaktifkan gen-gen positif dan membuang gen-gen negatif. Yang menjadi pertanyaan bagaimana caranya  mengaktifkan gen-gen positif dalam diri kita?

Di buku ini Dr. Kazuo Murakami, memberikan tips untuk mengaktifkan gen-gen positif yang ada dalam tubuh kita sendiri. tips, yang pertama adalah selalulah berpikir positif tentang diri anda. Berpikir positif akan menyalakan gen-gen posiitif yang selama ini padam. Dengan berpikir positif maka segala sesuatu akan dihadapai secara optimis. Dan tentu saja ini juga mempengaruhi gen tadi. Yang kedua, carilah sesuatu yang dapat memberimu inspirasi untuk melakaukan sesuatu. dengan adanya inspirasi, maka kita akan bersungguh-sungguh dalam memgerjakan pekerjaan kita. Yang ketiga, berpindah tempat atau dalam bahasa Islam, Hijrah. Berpindah tempat akan membuat anda bertemu dengan orang lain yang berbeda dan menemukan tempat  dan lingkungan yang berbeda,sehingga membuat gen positif anda aktif, untuk melakukan adaptasi. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang yang sukses diperantauan dibandingkan dikampung sendiri, selain iu carilah informasi-informasi yang baru agar cara pandang kita tidak begtu-begitu sajamengani kehidupan.  Dan tips yang terakhir adalah milikilah niat yang mulia, yaitu berniatlah untuk memberikan kebahagiaan dan kedamaian bagi umat manusia. Niat mulia ini akan membuat gen positif aktif mendukung tujuan kita melayani umat manusia. Nia yang baik digambarkan penulis buku ini seperti seorang ayah yang tetap menanam pohon, meskipun ia tahu ia tidak akan menikmati pohon itu, tetapi ia percaya bahwa pohon itu akan bermanfaat bagi generasi berikutnya setelah ia meninggalkan dunia.

***

Membaca buku ini mengingatkan saya pada ajaran Islam yang selama ini saya pelajari. Bukankah Islam mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik dan larangan berprasangka buruk? Kepada orang lain saja kita di larang untuk berprasangka buruk, apalagi dengan diri kita, tentu lebih di larang lagi. dan perintah untuk selalu berprasangkan baik ini yang kemudian para ilmuwan menyebutnya dengan berpikir positif. Selain itu, tips dari Dr. Kazuo Murakami, tentang niat yang mulia, ternyata telah diajarkan oleh Islam. Sebagaimana sabda Nabi “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”

Penemuan Dr. Kazuo Murakami ini membuktikan bahwa jika ilmu pengetahuan dikembangkan dengan sungguh-sungguh maka akan menemukan kebenaran ajaran Tuhan. Dr. Murakami memahami hal  ini melalui peneltiannya tentang gen, sedangkan kita sebagai muslim  mendapatkan pengetahuan ini melalui Nabi kita Muhammad SAW. Tidak jadi masalah kita menemukan kebenaran  melalui jalan mana, yang terpenting setelah menemukan kebaran itu, kita mengakui keberadaan sang pencipta, Allah, Tuhan kita dan mematuhi hukum-hukum yang telah digariskan Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun