Mengenai biaya untuk pembinaan "Blitar Putra" sendiri, Bupati Sanusi dicukupi oleh Yayasan "Blitar Putra" yang statusnya telah diubah menjadi perseroan terbatas (PT) sejak tahun 1972. PT ini bergerak di bidang perdagangan palawija dan omzetnya telah mencapai 30-50 juta rupiah (waktu itu) dan memiliki 150 karyawan.
"Blitar Putra" terutama membina pemain-pemain muda yang dihimpun dari berbagai daerah, seperti Frans Onama dari Irian Jaya, Hartoyo (Malang), Wadung (Aromcy Malang, yang kemudian memperkuat kesebelasan Persatuan Sepakbola Sumbawa -- Persisum dan pernah membela timnya itu ketika berhadapan dengan kesebelasan Persatuan Sepakbola Bima -- Persebi di lapangan Maredeka Bima, di sebelah barat Istana Bima pada tahun 1970), Ahmad Budif (kiper PSM), dan lain-lain.
Di samping latihan-latihan lapangan, para pemain juga diberi pengetahuan teori. Selama ini tercatat sebagai penggembleng "Blitar Putra" antara lain Drs.Djunaedi (mantan pemain Gama Jogja), Ruslan (Surabaya), Abdul Latif (PSM), Bambang (Persema), Suwardi Arland serta Ramang, dan Bupati Sanusi sendiri.
Prestasi "Blitar Putra", pada tahun 1971 bermain 44 kali dengan berbagai kesebelasan di Indonesia. Dari penampilannya itu, 26 kali menang, 7 kali seri, dan 11 kali kalah. Jumlah gol yang dicetak 138 dan kemasukan 48 gol.
Pada tahun 1972, "Blitar Putra" bermain 42 kali, menang 25 kali, 7 kali seri, dan 10 kali kalah dengan memasukkan 78 gol dan kemasukan 32 gol. Kesebelasan-kesebelasan yang pernah dihadapinya, antara lain asal Solo, Yogyakarta, Makassar, Surabaya, Denpasar, dan lain-lain,
Drs.Alimuddin, Humas Kabupaten Blitar yang juga merangkap Sekretaris "Blitar Putra" pada tahun 1973, target :Blitar Putra" masuk empat besar II PSSI yang ketika itu ditempati Persema, Jayapura, Sigli, dan Persib. Bahkan jika mungkin ranking empat besar I yang sekarang ketika itu diduduki PSMS Medan, Persija Jakarta, PSM Makassar, dan Persebaya Surabaya. Impian itu rupanya tidak mustahil akan tercapai mengingat banyak bibit pemain dan tekunnya pembinaan di daerah Blitar.Pada tahun 1973, dari 18 kecamatan  di Blitar masing-masing mempunyai satu klub, ditambah dengan 6 klub yang berada di dalam kota.
Ramang dalam wawancara itu menjelaskan beberapa kelemahan para pemain pada saat itu.
"Mereka banyak yang tidak disiplin latihan," keluh Ramang.
Meskipun seseorang telah menjadi seorang pemain yang hebat, kata Ramang, disiplin berlatih merupakan keharusan.
"Dan yang lebih penting, jangan terlalu cepat membanggakan diri," pesannya. (J.A.Noertjahyo, S.H., Kompas. Hasil kliping saya 1973, tanpa tanggal dan bulan. Tulisan ini sudah diedit seperlunya). (Bersambung)
. Â Â Â . Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â