Gubernur Sulawesi Selatan H.M.Nurdin Abdullah (NA) nonaktif akhirnya berhasil menghapus teka-teki mengenai kelanjutan nasib Stadion Mattoanging ketika berlangsung polemik soal kepemilikan beberapa bulan silam. Â Kini, bangunan yang tegak sejak 1957 itu sudah rata dengan tanah. Gagasan NA ini tidak urung memicu Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) Pusat mengganjarnya dengan penghargaan sebagai pemerhati olahraga bersama sejumlah figur lainnya.
Pada Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan para pihak yang terkait pembangunan stadion yang bakal berkapasitas 40.791 tempat duduk itu Sabtu (19/12/2020), saya juga ikut bergabung atas nama KONI Sulawesi Selatan melalui jaringan virtual dari rumah. Sementara dari Kantor KONI Sulsel, juga bergabung Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI Sulsel Drs.,Syamsuddin Umar, M.Si, yang sejak FGD pertama juga ikut hadir.
Dari paparan yang disampaikan secara komprehensif oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam pembangunan stadion ini, saya rasanya sudah tak sabaran ingin melihat kehadiran stadion megah dengan konsep perahu pinisi ini. Bagi para pembaca, saya mencoba menasikan sedikit dan selintas informasi terkait stadion kita ini.
Saya mulai dari luar, stadion akan memiliki empat pintu akses, yakni dari dua dari Jl. Andi Mappanyukki, satu dari barat,Jln.Cenderawasih dan satu dari arah selatan, di samping TVRI Sulsel. Â Untuk masuk ke stadion, tersedia 12 pintu akses dengan 6 tangga keluar. Tersedia pula akses untuk penonton berkebutuhan khusus.
Di halaman akan ditanami penghijauan, termasuk mempertahankan tanaman yang sudah ada. Lampu dengan sinar warna kuning akan menyinari halaman jika malam hari. Letak bola-bola lampu mengantisipasi kemungkinan terjadinya aksi vandalisme yang kerap terjadi saat usai pertandingan, terutama jika tim tuan rumah kalah.
Di bagian gedung, juga akan ada plaza, tempat menjual beraneka kebutuhan penonton yang kelak menjadi pemasukan bagi stadion. Disediakan juga ruang museum untuk menyimpan "warisan" masa lalu stadion tersebut, termasuk foto-fotonya. Saya pun tak mau ketinggalan menawarkan buku "Ramang Macan Bola" (terbit 2011) dan "Satu Abad PSM Mengukir Sejarah" (2020) yang saya tulis bersama Andi Widya Syadzwina. Mendengar saya mempromosi buku, Pak Syamsuddin Umar pun langsung menyebut :Bola Bundar" Â bukunya yang ditulis Andy Pallawa dan cetakan I terbit 1 Maret 2018.Â
Soal area parkir tidak perlu khawatir. Stadion ini dirancang mampu menampung 635 unit mobil plus 1.432 sepeda motor. Terdapat tiga pos keamanan, dengan tiga titik, yakni sebelah kanan dan kiri stadion (dari arah barat Jl.Cenderawasih) dan satu pos keamanan di lokasi parkir kendaraan (motor).
Tempat duduk terbuat dengan sistem tempat duduk tunggal (single seat). Jarak antara tiap kursi 80cm.  Bagi penonton muslim, tersedia 7 musala di lantai Ii dengan kapasitas 120 orang per musala. Total daya tampung 1.500 orang, perhitungan  2% kapasitas dari total luas bangunan yang 111.000m2.
Tersedia empat ruang ganti/pemain dengan empat "resting room" (toilet) dan 2 "warming up area". Ruang ganti pakaian ini berkapasitas 25 orang dengan 3 meja "massage".
 Tanpa sintelban
Dari paparan para pihak yang terlibat dalam pembangunan, Â Stadion Mattoanging baru memiliki lapangan dengan panjang 105m, lebar 68, sesuai standar internasional (FIFA). Di belakang gawang tersedia "space" (lokasi) masing-masing 5 m yang dapat dipakai untuk pemanasan pemain. Namun, Pak Syamsuddin Umar menilai lokasi seluas ini tidak akan cukup. Jika melakukan pemanasan saat pertandingan berlangsung pada lokasi seluas itu, sudah dapat dipastikan pemain akan diusir oleh inspektur pertandingan.