Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola

Ulang Tahun Anti Klimaks, PSSI Vs Uruguay 2-1 (56)

27 Mei 2021   00:02 Diperbarui: 27 Mei 2021   00:09 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempo 04 Mei 1974. Ulang Tahun Anti-Klimaks BUKAN saja menunda rasa kecewa penggemarnya, Kesebelasan PSSI malahan memperpanjang harapan mereka.

Berhadapan dengan Kesebelasan World Cup Uruguay minus beberapa pemain intinya, PSSI pada pertandingan tanggal 19 April 1974 mempersilakan 60.000 penonton Stadion Utama memperbincangkan prospeknya. Tentu saja kali ini mereka patut mendapat ujian. Bukan lantaran pemain-pemain Uruguay kehilangan pola dan gaya Amerika Latinnya --- permainan pendek, kontrol dan pengolahan individuil yang matang dibarengi terobosan-terobosan berbahaya. 

Lebih-lebih tanpa Iswadi anak-anak PSSI berhasil mengembangkan tempo permainan yang memaksa lawan menyesuaikan diri. Trio Kadir-Waskito-Risdianto tidak menemui kesulitan mengacak-acak pertahanan lawan yang kendor. Ada tanda tanya apakah Uruguay sedang menyesuaikan taktik dan strategi baru menghadapi babak final di Muenchen bulan Juni ini?

Tapi jelas dalam menyusun pertahanan, mereka tidak mendasarkan man-to-man marking maupun membangun pertahanan zone yang mengandalkan pada kemahiran posisionik. Di barisan muka mereka tampaknya terlalu rakus membuat gol, sehingga selalu kesusu mendekati gawang Ronny Pasla.

Menguasai lapangan tengah, taktik khas pemain Amerika Latin tidak dipergunakan semestinya sebagai basis pengatur serangan. Bola banyak diumpan tinggi menyilang. Substansiil: Perubahan substansiil pada gaya Amerika Latin ini barangkali yang membawa kemajuan substansiil pula bagi anak-asuhan Djamiat.

Dalam langkah dan tempo pertandingan seperti itu kesebelasan PSSI nampak lebih mantap. Dan kemenangan 2-1 atas Uruguay bertepatan dengan HUT ke-44 PSSI, paling tidak menyuguhkan kemungkinan baru buat pemain-pemain muka lama. Apakah dalam pertandingan revans tanggal 20 April --- meski kalah 2-3 tapi cukup memuaskan merupakan nilai kemajuan substansiil Kesebelasan PSSI?

Djamiat sendiri lewat Kompas menyatakan "belum dapat dikatakan konstan". Di lini belakang Sutan Harhara jelas kurang beruntung, karena harus melayani kiri-luar yang amat menonjol pengolahan bolanya. Subroto sebagai poros-halang pertama di sisih Anwar Ujang, nampak lebih condong ke kiri. Ini merepotkan Nobon untuk menutup lobang dari sudut kanan.

Sementara mengenai Nobon sendiri agaknya Djamiat masih berada di persimpangan. Membiarkan Nobon berlanglang-buana menurut keadaan atau menjadikan dia terrier dengan tujuan merongrong seorang lawan. Tanpa Iswadi Risdianto nampaknya menjadi ompong. Lebih-lebih dengan posisi agak tertarik mundur. Bukankah kombinasi Ris lebih herbahaya di sekitar daerah gawang lawan? Switch-switch Kadir dan Waskito yang langsung mengancam gawang lawan, merupakan orang pada terobosan-terobosan Jacob Sihasale.

Dengan materi pemain yang dimiliki PSSI plus prestasinya lawan Uruguay sekarang, agaknya boleh dijadikan modal untuk mencapai sasaran Juara pada Turnamen Anniversary Cup 1974 bulan Juni yang akan datang.

Syahdan, jika orang menilai mutu permainan PSSI itu sebagai hadiah ulang tahun, tidak pula berlebihan. Beberapa peristiwa menjelang usianya ke-44, induk-organisasi ini merundung kemuraman. 

Rencana coaching oleh Tony Pogacnik tak kunjung terlaksana. Turnamen antarwilayah belum lagi menampilkan pemain-pemain yang dapat mengubah wajah kesebelasan nasional. Persiapan pembentukan tim nasional junior ke Bangkok gugur di kandungan. 

Tidak jelas absennya PSSI dalam turnamen Junior itu karena alasan biaya atau memang kurang bermutu. Sementara itu Coach Suwardi Arland yang baru dipromosikan ke tingkat nasional, menjelang pertandingan PSSI-Uruguay ternyata telah mengikat diri dengan tim PSBI Blitar.

Rentetan peristiwa itu terjadi justru bertepatan pada periode pembaruan oleh Ketua Komtek Suparyo yang terkenal keras disiplinnya dalam pembinaan. Keresahan yang kian bertumpuk agaknya terbasuh oleh pertunjukan PSSI di lapangan hijau pada hari ulang tahunnya ke-44. 

Meskipun anti-klimaks yang terjadi pada dua pertandingan lawan Kesebelasan Uruguay itu bukan tidak membawa konsekuensi bagi pimpinan PSSI, khususnya Komteknya. 

Kenyataan bahwa para pemain dihimpun tergesa-gesa di Pelatnas dengan hasil di luar dugaan itu, tidak kurang menimbulkan pertanyaan juga. Bukankah singkatnya waktu pembinaan dan pergaulan di Pelatnas justru tidak sempat menguras tenaga dan mental para pemain?

 "Ada benarnya juga orang bilang begitu", kata Ronny Pasla pada TEMPO, "kami masih fresh, masih kangen setelah lama tidak bersatu dalam tim". Rupanya bekal kesegaran dari rumah ditambah suasana HUT PSSI, masih memadai untuk dipertaruhkan dalam satu atau dua pertandingan. Sampai di sini tentu saja bukan lembaga pelatnas yang harus dikorbankan. Kalau makin lama dilatih makin mandul, barangkali pembinaannya yang kurang beres. Mau kata apalagi? (Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun