Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkereta dari Kyoto ke Kobe (Refleksi Harbuknas 2021)

17 Mei 2021   17:45 Diperbarui: 19 Mei 2021   15:12 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang kereta dari Kyoto ke Kobe, 31 Agustus 2013. (Foto: MDA)

Namun Malik menilai membaca memiliki fungsi strategis, salah satunya mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.  Tingkat literasi Indonesia masih rendah Mengutip laman Kementerian Dalam Negeri, (23/3/2021), Indonesia ada di posisi ke-62 dari 70 negara untuk masalah tingkat literasi. Posisi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat literasi rendah.

Survei dilakukan oleh "Program for International Student Assessment" (PISA) yang dirilis "Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)" pada 2019. Dikutip dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika, UNESCO menempatkan Indonesia sebagai negara terendah kedua untuk tingkat minat baca. Artinya, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%, atau hanya ada 1 dari 1,000 orang Indonesia yang rajin membaca.

            Guna meningkatkan budaya membaca di kalangan mahasiswa yang diajar saya menghadiahkan buku kepada mereka yang berulang tahun saat mengajar. Bahkan, di sebuah universitas swasta, saya membagikan puluhan buku yang ditetapkan sebagai buku rujukan mata kuliah. Ketika pada minggu berikutnya setelah memberikan buku itu sebelumnya, banyak yang mengatakan baru membaca judulnya ketika ditanya. Jadi memang payah minat baca di kalangan masyarakat kita, termasuk di kalangan mahasiswa. Apalagi dengan serbuan dan pengaruh media sosial seperti sekarang ini. Minat baca buku kian terpuruk.

            Pada tanggal 16 Mei 2021 siang, selagi bersama keluarga melaksanakan rekreasi di Pantai Biru Makassar, saya menelepon Ayah saya di Kanca Bima, kampung halaman.

            "Lagi bikin apa ini Abu (ayah)," seru saya dari Makassar begitu komunikasi gawai tersambung.

            "Ya, saya sedang membaca-baca kembali buku biografi yang ditulis Aji (saya)," jawab Ayah.

            Saya langsung termenung. Dengan kondisi penglihatannya yang selalu dikeluhkan, Ayah masih terus membaca padahal usianya tahun ini genap 93 tahun. (*)   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun