Ramang sebenarnya memiliki 7 orang anak. Tetapi, tiga orang meninggal dunia. Â Yang hidup, anak kedua, Rauf, H. Ratna anak ketiga, keempat H.Anwar, dan Arsyad anak kelima. Anak ke-1 menurut Rauf, Â meninggal ketika masih bayi. Katanya, ketika sedang di dalam pangkuan Sarinah, ibunya, terjadi pengeboman di Barru. Lantaran kaget, adik kecilnya meninggal dunia.
Akan halnya dengan saudaranya yang ke-6 dan 7, kata Rauf, Â meninggal dunia sebelum lahir. Miskram. Tiga anak laki-lakinya semuanya menjadi pemain bola. Rauf, Anwar, dan Arsyad. Namun yang paling menonjol di antara ketiganya adalah Anwar yang sempat memperkuat tim PSSI Junior tahun 1970. Kesebelasan yang diperkuat Anwar sempat mengalahkan Birma di Manila dalam Kejuaraan Asia. Indonesia meraih juara II, medali perak. Bagaimana kiprah anak-anak almarhum Ramang di lapangan hijau?Â
a. Rauf
Rauf kini tinggal di sebuah rumah kontrak Kompleks Perumahan Minasa Upa. Sebelum hijrah ke Makassar, pernah menjadi Pegawai Kantor Daerah Kabupaten Donggala beribukota kotakan Palu. Saat itu yang menjadi Bupati Donggala adalah,A.Azis Lamadjido. Pak Tambunan memimpin Provinsi Sulawesi Tengah.
Di antara tiga anak laki-laki Ramang yang sempat mengikuti jejaknya, Â Rauf-lah yang lebih mirip. Dia yang mewarisi sosok ayahnya. Tingginya 165 cm. Di antara tiga bersaudara, Arsyad yang memang agak jangkung.
Rauf, yang lahir tahun 1946, seperti juga Anwar, pernah main bersama ayahnya. Ketika itu, 1968, PSAD yang mereka perkuat melawan ke Ambon. Ramang di posisi striker, Anwar kanan luar, dan Rauf di belakang. Sambutan masyarakat luar biasa, karena mereka hanya ingin menyaksikan kebolehan Ramang di lapangan. Waktu itu, rata-rata pemain inti PSM bercokol di PSAD.Â
Sekembali dari Palu tahun 1978, Rauf menjadi karyawan Pabrik Kertas Gowa, hingga perusahaan tersebut gulung tikar. Begitu Pabrik Kertas Gowa gulung tikar dan mandek, dia tidak memiliki pekerjaan. Kini, biaya kontrakan rumahnya dibiayai dari hasil pekerjaan anak perempuannya yang bekerja di sebuah rumah makan di Makassar.
Rauf pertama main bola di SR 4 di Jl. G.Latimojong sekitar tahun 1959-1960. Di belakang kantor Perusahaan Telepon dan Telegraf (PTT) -- kini PT Telkom, ada lapangan bola. Kantor PT Telkom itu sudah tidak ada. Di lapangan itulah dia bermain bola telanjang kaki. Posisinya, striker.Setelah pakai sepatu posisinya berubah sebagai poros halang. Hingga terakhir sebagai bek kiri.Â
Rauf pernah bermain bersama Karno Wahid dan Dullah Wahid dan mampu menaikkan pamor Persipal Palu. Rauf Ramang bergabung dengan  Palu Putra dan Persipal ketika berlangsung Kompetisi Piala Soeharto tahun 1974 (pertandingan final Persija vs PSMS berakhir 1-1 dan dinyatakan juara bersama). Tidak seperti adiknya, Anwar, Rauf termasuk pemain yang kurang produktif menghasilkan gol. Apalagi posisinya di belakang.
Bermain dalam Grup C Piala Soeharto 1974, di Stadion Menteng Jakarta Pusat, Persipal mampu menahan Persebaya 2-2, tanggal 6 Januari 1974. Dalam pertandingan kedua, 18 Oktober 1974, Persipal menggulung PSBS Biak 4-1, sementara pada tanggal 20 Oktober Persipal menghancurkan PPSM Magelang 10-1. Pada tanggal 24 Oktober, Persipal bermain imbang 2-2 melawan PSL Langkat dan bermain imbang lagi dengan Persebaya pada tanggal 26 Oktober 1974. Persipal bertengger di puncak klasemen Grup C dengan mengantongi nilai 6, hasil dua kali menang, dua kali seri, memasukkan 18 gol dan kemasukan 6 gol.
Persipal akhirnya melaju ke babak delapan besar. Pertandingan berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta. Persipal menang atas PS Bangka 2-1 dalam pertandingan pertama pool I tanggal 29 Oktober 1974. Persipal ketinggalan lebih dulu 0-1, ketika pemain Bangka Akil menggetarkan jala gawang tim yang diperkuat Rauf saat pertandingan berlangsung 3 menit di babak kedua. Namun dengan gol yang diciptakan Erwin Sumampouw melalui penalti pada menit ke-53 dan Anwar Hadi pada menit ke-67, Persipal mampu membalik keadaan menjadi 2-1.
Dua gol yang diciptakan Rauf Ramang dalam pertandingan Piala Soeharto 1974 ketika menghadapi Persipura 31 Oktober membuat Persipal mampu menahan kesebelasan kuda hitam dari timur itu 2-2.  Rauf Ramang membuka kemenangan 2-0 dengan memborong dua gol  sebelum turun minum (menit ke-21 dan 26). Jafed Sibi dan Hengky Heipon membalas ketinggalan timnya pada menit ke-48 dan 74 membuat kedudukan imbang 2-2.
Pada pertandingan terakhir pool 2 November 1974, Persipal gagal menahan laju Persija, hingga takluk 1-5. Dalam klasemen akhir pool, Persipal Palu berada di peringkat ketiga dengan nilai 3, sekali menang-sekali seri, dan sekali kalah dengan kebobolan 8 gol dan memasukkan 5 gol. Langkah Persipal pun terhenti, gagal masuk ke semifinal, karena hanya peringkat I dan II yang melaju ke babak berikutnya.
Namun kenangan yang tak terlupakan oleh ayah dua anak ini adalah ketika tampil di Stadion Mattoanging tahun 1975. Persipal mengalahkan PSM 2-1. Ini sejarah bagi Persipal, karena mampu mengalahkan kesebelasan 'Ikan Merah' itu di kandangnya sendiri.
Ketika pertandingan 18 besar tahun 1975 yang digandeng dengan Turnamen Piala Soeharto, prestasi Persipal tidak juga mengecewakan. Berada di Pool C bersama Persebaya Surabaya, PSBS Biak, PSL Langkat, dan PPSM Magelang, Persipal mampu tampil sebagai juara pool.
Dalam pertandingan tanggal 18 Oktober di Stadion Menteng, Persipal menggasak PSBS Biak 4-1. Empat hari kemudian, Persipal membantai PPSM Magelang 10-1. Pada tanggal 24 Oktober ditahan imbang 2-2 oleh PSL Langkat.
Persipal lolos ke babak 8 besar. Satu pool dengan Persipura, Persija, dan PS Bangka, Persipal hanya mampu merebut peringkat III dengan prestasi satu kali menang, satu kali seri, satu kali kalah dengan nilai 3, memasukkan 3 dan kemasukan 8. Persipal mencatat kemenangan tunggal 2-1 atas PSB Bangka 29 Oktober 1975, imbang 2-2 melawan Persipura 31 Oktober, dan digulung Persija 5-1 2 November 1975. Turnamen ini menampilkan juara kembar Persija dan PSMS ketika pertandingan dihentikan pada menit ke-40 saat kedudukan imbang 1-1.
Pada perebutan piala yang sama tahun 1976, Persipal Palu mencoba menjajal kemampuan lagi.  Persipal berada di grup C yang dimainkan di Stadion Menteng Jakarta Pusat. Pada pertandingan tanggal 6 Januari  1976, Persipal membuka pertandingan dengan bermain, 2-2, imbang melawan Persebaya Surabaya.Â
Dalam pertandingan kedua, 9 Januari, melawan Persisam Samarinda, Persipal menang besar, 5-1. Stefanus Sirey dua kali menggetarkan jalan lawannya, sementara Johannes Djakadewa, Indrajaya, dan Daniel, masing-masing satu kali. Persipal kalah tipis 0-1 atas PSIS Semarang dalam pertandingan dua hari kemudian. Persipal mengantongi nilai 1, ketika berhasil menahan Persiraja Banda Aceh 1-1 dalam pertandingan 14 Januari 1976. Gol Persipal diciptakan Johannes Djakadewa, 2 menit setelah kick off.
Di klasemen akhir, Persipal berada di peringkat ketiga dari lima kesebelasan (Persiraja Banda Aceh, Persebaya, Persipal, PSIS Semarang, dan Persisam Samarinda). Persipal gagal lanjut ke babak 8 besar, karena hanya dua kesebelasan peringkat teratas yang boleh melenggang kangkung ke babak berikutnya.
Selagi memperkuat Palu Putra, Rauf pada tahun 1976 menghadapi kesebelasan Feyenoord asal Belanda. Kala itu, Anwar juga ikut memperkuat kesebelasan Palu Putra dan sang tamu menang 1-0. . Â Â
Pada tahun 1978/1979 saat Kompetisi Divisi Satu bergulir, Persipal yang dilatih Ramang masuk dua besar tiap grup A bersama PSKB Binjai. Divisi I babak kedua, diikuti 12 kesebelasan, yakni PSKB Binjai, PSP Padang, PSTT Tanjungkarang-Telukbetung, Persija Selatan/Barat, Persib Bandung, PSIS Semarang, Perseba Bangkalan (Madura), Perseden Denpasar, Persigowa Gowa, Persipal Palu, PSHL Hitu Liau, dan Persipura Jayapura.
Persipal berada di Grup A bersama PSKB Sinjai, Perseba Bangkalan, dan Persija Selatan/Barat. Persipal hanya sekali menderita kalah, ketika berhadapan dengan PSKB Binjai yang berkesudahan 1-2, dalam pertandingan di Stadion Abu Bakrin, Magelang, 21 Oktober 1978. Ramang Paduai yang memperkecil kekalahan Persipal Palu ketika itu.
Kekalahan ini membuat Rauf Ramang bermain kesetanan pada pertandingan kedua. Benar juga, ketika berhadapan dengan Persija Selatan/Barat, pada tanggal 24 Oktober 1978, mereka sikat 3-0 tanpa balas. Dua gol Persipal diborong Yacobus Makamual, dan satu gol lainnya lahir dari kaki Indrajaya.
Namun prestasi yang menggemparkan, justru lahir pada tanggal 26 Oktober, dua hari setelah menekuk Persija Selatan/Barat, yakni ketika 'menghabisi' kesebelasan Perseba Bangkalan, 6-0 tanpa ampun. Indrajaya memborong tiga gol, hattrick, pada menit ke-15, 30, dan 32. Dullah Wahid kebagian dua gol (menit ke-23 dan 89), dan satu gol lainnya hasil sontekan Natsir Umar pada menit ke-60.
Pada akhir penyisihan grup, Persipal berada di bawah PSKB Binjai (meraih 6 angka) yang memuncaki grup, dengan 4 angka, hasil sekali kalah, dua kali menang. Persipal termasuk kesebelasan paling subur menghasilkan gol (10) dengan kemasukan hanya 2 gol. Perseba dengan kebobolan terbesar (8 gol) berada di urutan ketiga dan Persija di urutan keempat dengan nilai nihil. PSKB Binjai dan Persipal ke babak 6 besar.
Di babak enam besar, kesebelasan dibagi ke dalam dua grup (D dan E). Persipal berada di grup D bersama dengan PSIS Semarang dan Perseden Denpasar. Dalam pertandingan di Stadion Diponegoro Semarang, 31 Oktober 1978, Persipal bermain imbang dengan tuan rumah PSIS Semarang, 1-1. Dullah Wahid berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-36, setelah gawang Persipal Palu kebobolan lebih awal ketika pertandingan baru berjalan 8 menit.
Persipal menggasak Perseden Denpasar 3-0 pada pertandingan 2 November. Karno Wahid membuka gol pertama pada menit ke-10, disusul mesin gol Persipal Indrajaya pada menit ke-20, dan Yacobus Makamual pada menit ke-56. Prestasi dua kali menang mengantar Persipal menjuarai grup D dengan meraih nilai sama (3) dengan PSIS Semarang. Persipal tertolong oleh selisih gol kemasukan yang minim (4-1) dengan PSIS (4-3).
Dalam pertandingan semifinal, masih di stadion yang sama, 3 November 1978, Persipal Palu menggasak PSKB Binjai yang mengalahkannya di babak penyisihan Grup A dengan angka telak 4-1. Â Berarti, Persipal dan Persipura maju ke final. Perebutan tempat tiga dimenangkan PSIS yang mengalahkan PSKB 3-0 pada tanggal 5 November.
Pertandingan menentukan peluang Persipal terjadi di final 6 November 1978 melawan Persipura. Jacobus Mobilala, mencetak dua gol, Hengky Heipon dan Albert Pahelerang, masing-masing satu gol, mengantar kemenangan besar kesebelasan kuda hitam dari timur itu menjungkalkan Persipal Palu 4-0. Hanya Persipura yang naik peringkat ke Divisi Utama PSSI, bergabung dengan Persija Jakarta (sang juara musim 1978/1979) bersama PSMS Medan, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, dan Persiraja Banda Aceh. Perjalanan Persipal hendak melewati gerbang divisi utama PSSI terhenti.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H