Kalau menghadapi pertandingan, semua pemain harus konsentrasi. Tidak boleh lagi memikirkan keluarga. Tidak boleh tengok sana tengok sini, ketika menuju lapangan. Itu isyarat agar perjalanan mulus dan tidak ada yang menghalang. Jika ada yang memotong jalan, pasti terhalang perjalanannya. Ramang menganggap pemali jika di dalam tim ada seorang perempuan. Kalau ada perempuan di atas kendaraan harus diturunkan.
''Karena Bapak masih pakai 'anu-anu' dulu kan?,'' kata Anwar Ramang. Sekarang orang tidak memperhatikan masalah-masalah nonteknis seperti ini.
Dony Pattinasarani lain lagi ceritanya. Dia bersama beberapa pemain lainnya di PSM Junior pernah dilatih Ramang antara tahun 1974-1975 (setelah dan sebelum dipanggil lagi oleh PSSI melatih tim nasional). Dony sendiri pernah dilatih bagaimana mengeksekusi tendangan pojok langsung masuk ke gawang lawan. Dia lakukan itu dengan baik.
''Ramang itu menekankan pada kemampuan fisik individu pemain. Sehari kita berlatih mulai pukul 14.00-18.00. Jadi, para pemain memiliki rasa percaya diri yang tinggi,'' sebut Dony kepada saya di Warkop Phoenam, Jakarta, 15 Oktober 2010.
Hasil penggemblengan fisik yang keras itu ternyata membawa sukses bagi PSM Junior ketika itu, meski belum sempat merebut juara. Namun dalam pertandingan demi pertandingan, kesebelasan asuhan Ramang ini menyikat lawan-lawannya. Persija yang di babak penyisihan mereka sikat 2-0, justru berbalik menggasak PSM Junior 0-2 pada pertandingan final..
Dony merasakan bahwa apa yang diajarkan secara autodidak dan berdasarkan pengalaman saja  oleh Ramang dulu, justru puluhan tahun kemudian menjadi bahan dasar yang diajarkan pada pelatih di masa olahraga yang konon juga diintervensi oleh sains dan teknologi ini.
''Teori-teori yang diajarkan sekarang, sebenarnya pernah kita dapat dari Ramang tahun 1974,'' sebut Dony, putra kelima mendiang kapten tim nasional, Nus Pattinasarani
Kalau kita menghadapi lawan, Ramang hanya menitipkan satu kalimat klasik.
''Jangan biarkan sejengkal wilayah pertahanan PSM dikuasai pemain lawan. Orang boleh lewat tapi bola tidak atau bola boleh lewat tetapi orang tidak,'' sebut ayah dua anak, yang juga adik kandung mantan pemain nasional PSSI almarhum Ronny Pattinasarani tersebut.
Pesan Ramang itulah yang kemudian diamalkan oleh Hafid Ali, dan di belakang hari juga oleh Bahar Muharram, Josef Widjaja, pada masanya masing-masing. Kata Ramang, kalau sudah berupaya maksimal, ternyata orang dengan bola lewat, lihat kotak 16. Bila aman, bikin perhitungan. Â Â
Meski Ramang tidak pernah mengikuti kursus kepelatihan dan memperoleh sertifikat, namun pada tahun 1987 dia memperoleh piagam penghargaan pelatih PSSI sebagai olahraga terbaik terbaik dari Menteri Muda Olahraga dr.Abdul Gafur. Piagam tersebut masih tersimpan di kediaman Rauf. Ini merupakan bukti bahwa Ramang diakui sebagai pelatih.
Fakta ini tidak dapat dibantah. Pasalnya, kesebelasan-kesebelasan yang pernah dipegang Ramang pasti naik daun. Lihat saja PS Blitar Putra, Palu Putra, PSM, dan kesebelasan lainnya. Selalu memperoleh peningkatan prestasi. Hanya saja, begitu ditinggalkan Ramang, kesebelasan tersebut bagaikan langsung ambruk. Mungkin belum ada pelatih seperti Ramang yang dapat memoles suatu kesebelasan. Jika dia ada di situ, pasti tim yang dilatih akan naik kelasnya. PSM Junior yang dia latih tahun 1974-1975, masuk final dan kalah atas Persija 0-2, meski di pertandingan penyisihan PSM sempat menggasak tim ibu kota itu 2-0. (Bersambung).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H