Salah satu kepiawaian Ramang yang banyak dikagumi orang yang pernah menyaksikan penampilannya adalah ketika melakukan tendangan penalti. Setelah meletakkan bola di titik putih, biasanya Ramang tidak menghadap ke gawang lawan, tetapi langsung balik kanan. Bola yang selesai dia letakkan pun tak ditatapnya lagi. Ketika  pluit wasit berbunyi, dia membalik badannya, dan booomm.... Bola melesat dan masuk..
Memasukkan bola dengan tendangan salto, juga termasuk kepiawaian Ramang yang menjadi bibir orang. Ketika menggetarkan jala RRC yang bertandang ke Indonesia, Ramang mencetak dua gol. Salah satu golnya dilahirkan melalui tendangan salto. Ini merupakan bukti Ramang termasuk pemain yang haus gol. Oleh beberapa orang dia disebut sebagai salah seorang mesin gol PSSI. Yang kebetulan, berasal dari Makassar. Â Â
Dony Pattinasarani menilai, kehebatan Ramang adalah pada kecepatannya. Juga pada kualitas tendangannya. Tanpa terlalu jauh mengambil ancang-ancang, Ramang tetap mampu melepaskan tembakan gledek ke gawang lawan. Bahkan, dapat menyiksa kiper yang coba-coba berbuat bodoh menahan tendangannya. Dia memiliki kecepatan yang luar biasa. Ramang dalam waktu sepersekian detik bisa melepaskan tembakan dengan posisi yang sangat bagus. Meskipun, kecepatan kaki kirinya tidak 'segalak' kaki kanannya, namun kualitas tendangannya sama.
Seperti dikisahkan M.Arsyad yang jadi saksi penampilan Ramang melawan Persipare tahun 50-an. Penjaga gawang Parepare sesumbar akan menahan tendangan Ramang. Apa lacurnya, sebuah tendangan Ramang tidak saja menghasilkan gol, tetapi juga membuat penjaga gawangnya masuk dan terkapar di jalannya sendiri. Yang lebih tragis, begitu diangkat ternyata sang kiper sudah muntah darah. (Lihat  Terkapar dengan Bola di  Gawang )
Dali Amiruddin (kini Prof.Dr.dr., SpKK) ketika itu sedang belajar di Sekolah Rakyat Nomor 16 Parepare. Ternyata penjaga gawang nahas itu adalah Tuan Guru Hasan, yang tidak lain ayah dari Mawar, teman sekelas Dali Amiruddin di SR 16 di Kampung Baru Parepare, tempat tinggal Tuan Guru Hasan.
''Tuan Guru Hasan itu adalah orang tua Mawar, teman SR saya,'' kata Dali Amiruddin kepada penulis, di Kampus Unhas Tamalanrea, 15 November 2010.
Guru menjadi penjaga gawang masa itu memang kerap ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Kesebelasan Persatuan Sepakbola Bima (Persebi) Nusa Tenggara Barat pada tahun 1963-1964 memiliki penjaga gawang yang juga seorang guru. Bahkan, penjaga gawang tersebut Abdurrahman Siada, kemudian menjadi kepala sekolah penulis. Beberapa kali beliau  membela kesebelasan kabupaten pada saat pertandingan antarkabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lawan tangguh Persebi adalah Persisum Sumbawa. Salah satu pemain terbaik Persisum adalah Wadung. Dia menempati posisi penyerang tengah dengan nomor punggung 9. Dia pernah memperkuat PSSI ketika melawat Bangkok. Penulis mengetahuinya dari pemberitaan sebuah majalah di Jakarta.
Abdurrahman Siada malah sempat mengajarkan teknik dan cara menangkap bola yang baik jika menjadi penjaga gawang ketika penulis menjadi salah seorang muridnya di SD Negeri Kanca Bima, Nusa Tenggara Barat. Dua orang yang mencoba mengikuti gaya beliau menangkap bola waktu itu adalah Ibrahim Abdurrahman, kini karyawan Perguruan Islam Al Azhar di Pasar Minggu. Kami berdua menjatuhkan diri membuat tangan dan kaki kami lecet. Sesekali juga menyikut si kulit bundar yang masih terbilang besar (bola klinker, melenting, namanya) jika dibandingkan sekarang.
Ramang terkenal memiliki tendangan yang bervariasi. Salah satu di antaranya adalah mampu melepaskan tembakan efek (plintir) dengan menggunakan bagian tertentu dari kakinya. Kepiawaiannya ini, juga dia turunkan kepada anak asuhnya. Selain Donny, juga Azis Mattimu yang pernah memperkuat Persipangkep dan sempat dilatih Ramang, Solong, dan Noorsalam akhir tahun 50-an dan awal 60-an.
Andi Marzuki Wadeng punya pengalaman lain mengenai Ramang. Dalam suatu pertandingan, dia menyaksikan Ramang meng-heading bola dan masuk..Ini mungkin agak langka terjadi. Sebab Ramang tidak begitu piawai dengan urusan bola atas (heading). Bola setengah voli, termasuk makanannya. Kalau soal kepiawaiannya memanfaatkan kaki kanan, sudah bukan rahasia lagi.
''Di Wajo, juga ada pemain dengan kualitas sekeras Ramang. Makanya, kalau Ramang, Suwardi dan Noorsalam main melawan Gaswa Wajo, menangnya tidak terlalu banyak. Paling-paling 2-1 saja. Sekadar mempertontonkan aksi permainan trio itu saja,'' kata Marzuki Wadeng dalam perjalanan ke Pangkep menghadiri Pembukaan Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XIV Sulsel, 6 November 2010.
Dulu, kata Andi Marzuki, kalau ada anak-anak main bola dan menjadi bintang selalu diberi soarakan dengan menyebut nama Ramang. Seolah-olah bintang kecil dari kampung itu adalah reinkrnasi dari sosok Ramang yang namanya sudah menasional, bahkan menginternasional. Begitu populernya nama Ramang di benak anak-anak kala itu.
Ambas Syam, salah seorang Pengurus KONI Sulsel dan mantan anggota DPRD Sulsel ketika SMP di Bone pernah menyaksikan PSM berhadapan dengan Persibo Bone. Jika tidak salah, Persibo dibantai habis PSM dengan kemenangan tanpa balas 9-0.
''Ada tendangan Ramang dari tengah lapangan, langsung masuk ke gawang Persibo,'' kata Ambas Syam dalam perjalanan setujuan dengan Marzuki Wadeng, 6 November 2010 itu.
Tidak hanya itu. Ambas Syam juga masih ingat ketika Ramang mengambil tendangan pojok. Bola yang dilepas agaknya berputar dan masuk ke jala lawan. Inilah salah satu kelebihan Ramang yang hingga kini belum ada yang menyamainya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H