-
Penampilan Diego Armando Maradona dengan tim Argentina yang merebut Piala Dunia 1978, ternyata sempat menarik perhatian Ramang. Dia mengakui kehebatan Maradona yang posturnya hampir sama dengan Ramang. Hanya saja, Maradona agak padat berisi, Postur Ramang sedang-sedang saja. Selain Maradona, ternyata Ramang juga mengakui Pele yang nama aslnya "Edison Arantes do Nascimentos" dan lahir 23 Oktober 1940, dua belas tahun lebih tua daripada Ramang.
Ramang juga maklum kalau Maradona saat bermain sering menenggak obat (doping) agar tampil prima di lapangan. Mengetahui hal itu Ramang jengkel dan seperti mau menarik kembali kekaguman pada pemain yang terkenal dengan "gol tangan Tuhan" itu.
"Na tipu-a" (Dia tipu saya). Kita ini alamiah," kata Ramang yang mengetahui kehebatan Maradona menggunakan doping, seperti dikisahkan anaknya, Anwar Ramang.
Setelah Maradona diketahui menggunakan doping, Ramang hanya memiliki satu idola, yakni Pele, pemain yang pernah membawa Brasil tiga kali juara dunia (1958 di Swedia, 1962 di Chile, dan 1970 di Meksiko). Keberhasilan itu mengantar Brazil berhak atas Piala Jules Rimet. Piala yang terbuat dari emas.
Pele mengawali debutnya di Bauru AC. Dengan tinggi 1,74 cm, Pele telah menjaringkan 605 gol ke jala lawan ketika bermain dengan klub senior, Santos, Brazil antara tahun 1956-1974.
Ketika pada 1975-1977 memperkuat New York Cosmos, Pele menyumbangkan 74 gol. Di bawah tim nasional Brazil, dia menyumbang 92 gol ke jala lawannya sebagaimana saya undur melalui Wikipedia 13 Juni 2010 pukul 21.30 Wita.
Anwar termasuk anak kesayangan ayahnya. Tidak heran dia selalu dibawa ke daerah-daerah guna menyaksikan  ayahnya bermain. Usia Anwar kala itu berkisar 7-8 tahun.
"Saya main, di luar saya menonton," kenang Anwar dalam percakapan dengan saya 14 Juni 2010 pagi di Warkop Jl. Veteran Makassar.
Sebenarnya, Ramang ingin Anwar mengikuti jejaknya. Namun, bakatnya berbeda. Anwar hanya dapat mengekui kehebatan ayahnya. Â Tidak saja Anwar sendiri yang mengakui kehebatan itu, tetapi begitu banyak orang yang pernah bermain dengan ayahnya dan menyaksikan pertandingan yang dilakoninya.
Anwar dan Rony Pattinasarany menjadi anak gawang ketika Ramang bermain di Stadion Mattoanging. Keduanya menjadi pemain PSM pada tahun 1965. Lantaran ada peristiwa Gerakan 30 September 1965/PKI, kejuaraan pada tahun itu ditunda dan dipindahkan ke  tahun 1966. PSM juara pada tahun ini.