Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Minggu yang 'Apes'

30 Maret 2014   22:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu (30/3/2014) merupakan saat yang paling 'apes' bagi saya selama ini. Betapa tidak, pada hari inilah saya terkena hipnotis seperti yang banyak diberitakan di media. Akibatnya, isi rekening saya ludes amblas. Selama ini saya yang justru menasihat keluarga dan orang-orang lain, malah saya yang terkena dan jadi korban. Sialan. Kisahnya;.

Sekitar pukul 11.00, saya meninggalkan kediaman Kak Roem, Ketua DPRD Sulsel di Jl.Ratulangi Makassar, sehabis mewawancarainya untuk buku 40 hari Prof.Dr.A.Amiruddin.Saya memang dari rumah belum sempat sarapan, kecuali mengembat sekerat roti yang diolesi selei durian. Juga, saya tidak membawa mobil, karena dipakai ibu ke Pangkep untuk arisan keluarga. Pilihan satu-satunya, naik angkot. Biasanya kalau ada motornya Hery, anak saya yang pertama, itu yang saya tunggangi. Sebenarnya, masih ada satu motor di rumah, tetapi saya lupa menyambarnya.

Sekitar pukul 09.03 saya tiba di Pos Satpam kediaman Kak Roem. Saya duduk-duduk di pos sambil menunggu konfirmasi kesediaan Kak Roem melalui pembantunya yang disampaikan salah seorang dari dua Satpam yang berjaga di Pos sambil menonton TV.

Usia wawancara, saya berjalan kaki ke selatan. Tujuannya ke Mall Ratu Indah untuk mentransfer uang ke adik untuk pembeli madu di kampung. Di depan Gedung Bank Sulselbar, tiba-tiba seorang lelaki gemuk menunggang sepeda motor berhenti sambil menahan saya dan mengajak bincang-bincang, sambil mengatakan, bahwa gedung yang dibangun di samping kiri Jl. Ratulangi adalah temannya yang bekerja. Dia pun berbasa basi menjelaskan bekerja di Kantor PU di Makassar dan kini pindah ke Kantor PU di Palopo sambil menanyakan ini itu, setelah menyalami saya.

Tiba-tiba dari arah selatan muncul seorang lelaki bertubuh kecil, kerempeng. (Saya ingat dan mengenali keduanya jika saya bertemu lagi). Dia bertanya tentang letak sebuah pesantren, Dia sebut nama pesantren itu. Tiba-tiba yang gemuk ikut nimbrung apakah si badan kerempeng itu dari salah satu Pesantren di Martapura, Kalimantan Selatan? Lelali kecil menjawab: ya. Lalu yang gemuk, menyambut bahwa si anu (sambil menyebut nama orang) baru saja kembali dari berobat pada ustadz di pesantren karena istrinya lumpuh dan kini Alhamdulillah ditambah rezeki Rp 600 juta.

''Kalau begitu boleh kami didoakan agar dapat rezeki seperti bapak itu,'' kata si gemuk.

Akhirnya kami berjalan memasuki sebuah halaman pertokoan dan duduk bertiga di depan sebuah bak - tak tahu bak apa. Si kecil duduk di tengah, saya apit dengan si gemuk, dan mulailah dia berkhutbah.

''Bapak ini suka minum dan berjudi,ya. Harus tobat,'' kata si kerempeng.

''Tetapi saya sudah berhenti,'' jawab si gemuk.

''Sekarang punya simpanan?,'' kata si kerempeng lagi.

''Ya, Rp 81 juta, istri saya tahun depan mau ke tanah suci,'' si gemuk melanjutkan kemudian diikuti dia mengeluarkan kartu ATM Bank BNI yang diletakkan di atas bungkusan kecil terbungkus plastik. Kemudian si kerempeng itu beralih kepada saya.

''Kalau Bapak ini, saya lihat salatnya bagus, tetapi zikirnya masih kurang. Masih ada simpanan?,'' kata dia.

''Ya ada sedikit,'' sambung saya kemudian dengan polos merogoh dompet yang mengeluarkan kartu ATM Bank BNI dan Mandiri.

''Berapa kira-kiranya isinya. Boleh minta nomor PIN,'' Tanya dia dan saya jawab apa adanya dan dengan polos menyebut nomor PIN tanpa curiga sama sekali .

''Tahun berapa bapak naik haji,'' tanya di kerempeng kecil itu lagi.

Saya jawab apa adanya, kemudian dia bangun dan menyalami saya, dan minta si gemuk mengantarnya ke pesantren yang dimaksud tadi. Saya malah sempat melambaikan tangan lugu kepada keduanya, ketika melintas dengan sepeda motor di samping saya.

Ketika berjalan kaki hingga ke Mall Ratu Indah, saya belum menaruh curiga bahwa terhipnotis. Masalah mulai muncul, ketika saya hendak mentransfer uang ke adik. Tertulis di layar bahwa PIN anda salah. Dua kali dan satu kali di ATM BNI yang lainnya saya coba. Jawabannya sama.

Saya tiba di rumah, kemudian ingat call center Bank BNI, setelah menelepon salah seorang teman di Bank BNI untuk melaporkan kejadian yang saya alami. Dia pun memberikan nomor call center Bank BNI. Saya laporkan kepada pelayan call center masalahnya. Ketika saya sebut nomor kartu ATM yang ada di tangan saya, pelayan menyebut, kartu ATM dengan nomor yang saya sebut bukan atas nama saya, tetapi orang lain yang tentu saja sesuai etika perbankan dia tidak dapat beritahu.

''Itu bukan ATM Bapak, sesuai nama yang tertera di rekening,'' kata sang pelayan perempuan.

''Tidak, kartu ATM itu sekarang di tangan saya,'' jawab saya.

''Benar, tetapi itu bukan banyak punya,'' jelasnya.

Saya kemudian membalik muka kartu ATM dan ternyata benar, tertera nama Drs.M.Arif yang ditulis di atas tanda tangan. Sementara di kartu ATM saya tidak ada nama saya. Badan saya lunglai, ketika mengetahui bahwa kartu ATM saya rupanya terganti ketika duduk bertiga dengan dua penipu itu. Call center menyebutkan jumlah yang ditarik tunai dan ditransfer pada hari ini (30/3). Saya tambah lunglai, kemudian mencoba tidur, tetapi sulit memejam mata..

Saya pun minta kepada call center Bank BNI langsung memblokir (memblokade) kartu ATM saya guna menjaga terjadinya penarikan dana lagi berikutnya.

Dari pengalaman saya itu, berhati-hatilah jika bertemu dengan orang yang tidak dikenal dan berpura-pura sok kenal. Kalau pun saya menjadi korban, memang kondisi fisik dan perasaan saya saat itu memang kurang fit. Selain belum sempat sarapan pagi, juga berjalan di bawah terik matahari ikut menurunkan daya tahan tubuh dalam usia yang sudah melangkahi kepala enam. ***.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun