Maka, seorang ulama sekaligus cendekiawan muslim yang ada pada masa awal kekhalifahan Bani Ummayyah, Hasan Al-Bashri pernah didatangi oleh seseorang yang mengaku penuh dosa dan berkata rizqinya lancar bahkan bertambah banyak. Mendengar hal itu, Hasan Al-Bashri bertanya, "Apakah engkau qiyamul lail semalam?" Seseorang itu berkata tidak. Lalu berujarlah Hasan Al-Bashri, "Sesungguhnya jika Allah langsung menghukum semua makhluk yamg berdosa dengan memutus risqinya, niscaya semua manusia di bumi ini sudah habis binasa. Sungguh dunia ini tak berharga di sisi Allah walau sehelai nyamuk pun, maka Allah tetap memberikan rizqi, bahkan pada orang-orang yang kufur kepadaNya."
Sesungguhnya, yang dihalangi dari seorang pendosa adalah rasa nikmat yang dikaruniakan Allah dari berbagai bentuk rizqi tersebut. Rizqi tetap hadir, tapi rasa nikmatnya dicabut. Rizqi tetap turun, tapi rasa lezatnya dihilangkan. Begitulah Ust. Salim A.Fillah pernah bertutur.
Maka, menurut Imam An-Nawawi, "karena dosa yang menodai hatinya, hamba tersebut kehilangan kepekaan untuk menikmati rizqiNya dan mensyukuri nikmatNya. Dan ini adalah musibah yang sangat besar."
"Rizqi adalah soal rasa. Jika telah ada "rasa", maka terjagalah kita dari dosa-dosa." Lanjut ust. Salim.
"Maka aku katakan kepada mereka, "Mohonlah ampunan kepada Rabb kalian. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengam lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan di dalamnya sungai-sungai." (Q.S Nuh:10-12).
Wallahu 'alam bisshawaf..
Makassar, 07/08/16
-Inayah Natsir-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H