Siapa yang  menyangka bahwa beberapa daerah elit di Los Angeles telah ludes dilalap api yang ganas sekali pada tanggal 7  Januari 2025.
Tak pernah seorang pun yang memprediksi adanya peristiwa yang sangat mengerikan yaitu tsunami api dapat meludeskan 40.000 lahan dan menghancurkan 12.300 bangunan . Kebakaran yang terjadi sangat mengerikan itu terpicu dari  angin Santa Ana yang bersifat kering.
Kecepatan angin yang dahsyat luar biasa cepat itu datangnya dari pusat gurun California.  Angin itu disebut dengan angin Santa Ana atau Fhn. Awalnya kebakaran terjadi dihutan, dan akhirnya menjalar ke tempat pemukiman  yang bergerak amat cepat.
Dalam sekejab rumah-rumah elite yang pada umumnya pemiliknya para selebritis seperti Leighton Meester dan Adam Brody, Julia Louis-Dreyfus, Joshua Jackson, Anna Faris, Ricki Lake, Cary Elwes, Cameron Mathison, Spencer Pratt, dan Heidi Montag , Â hilang dan hangus.
Bahkan ada 24 orang yang tewas dan 100.000 orang yang harus evakuasi dari rumah mereka.
Sebelum terbakar, betapa asri, indahnya lingkungan  daerah Los Angeles.  Hal ini bisa dilihat dari video yang beredar dari  before and after  mulai dari  ada cafe  yang bagus penataannya sampai kepada pertokoaan yang dibangun sesuai dengan kontur tanah, rumah-rumah berukuran luas dan sangat menyenangkan.  Apalagi ada rumah dengan view yang langsung menghadap ke laut yang kebiruan .
Daerah yang paling parah adalah  Palisades dan Eaton, di pesisir antara Santa Monica dan Malibus.  Kebakaran yang terparah sampai hari ini dalam sejarah Los Angeles. Â
Kerugian dan kehilangan dalam sekejab
Tak seorang pun yang ingin mengalami bencana  atas orang yang dicintai bahkan properti yang dimiliknya hilang dalam sekejab.
Kegalauan dari orang yang kehilangan itu terlihat ketika saya melihat wajah yang tanpa ekspresi , seorang ibu paruh baya, datang ke tempat bekas rumahnya yang telah menjadi puing-puing. Tak ada satu pun yang diselamatkan.
Ketika seseorang mendekatinya, Â menanyakan siapa namanya , Â dijawabanya dengan singkat sambil menunduk melihat semua puing-puing rumahnya dan mengangkat rangka besi , dia berteriak lemah, ini tempatku menulis.
Selanjutnya wartawan menanyakan apa yang ingin dilakukannya?  Dia menjawab dengan lemah, aku tak tau, aku tak punya lagi yang tersisa, semua hilang dalam sekejab.  Dulu aku tinggal di sini bersama suamiku. Dia meninggal 2021, lalu aku hanya tinggal bersama anak lelaki yang punya keterbatasan fisik.  Matanya tak pernah lepas dari rumah yang sudah tak berbekas .  Hilanglah harapan hidupnya.   Namun, ditengah kehilangan harapan itu ternyata orang yang bertanya itu bukan seorang wartawan tetapi seorang donatur .  Dia menyerahkan uang USD 1.000 kepada ibu tersebut.   Dalam kondisi normal,  nilai uang itu akan dianggap tak berarti karena  jumlahnya tidak besar tetapi bagi orang yang sedang kehilangann harapan tanpa sesuatu apa pun yang tertinggal, bantuan sedikit pun menjadi pelipur lara bahkan timbulnya harapan dan ekspektasi yang dulunya rendah menjadi meningkat.
Seorang ibu paruh baya  datang  ke rumah yang telah menjadi puing-puing . Dia memanggil-panggil nama anjingnya. Tiba-tiba muncullah seorang anjing yang berjingkat dengan berlari-lari kegirangan.  Sudah hampir 5 hari sejak kebarakarn, ibu ini tidak bisa membawa anjingnya.  Kegembiraan yang luar biasa si ibu menemukan kembali anjingnya yang masih hidup di tengah puing tanpa luka atau rasa lemas.  Kegembiraan menemukan buah hati ditengah sedihnya melihat puing-puing rumah yang tak bersisa dari kebakaran.Â
Namun, ada suatu video yang sungguh mengagetkan sekaligus membuat hati saya miris.  Saya tak dapat memastikan siapa mereka.  Yang pasti lima orang itu adalah orang Indonesia.  Di depan rumah yang hanya tinggal puing-puing itu, dua diantaranya membuat video rumah itu .  Padahal sudah ada pengumuman resmi dari  penegak hukum distrik yang disiarkan secara langsung bahwa tidak boleh berfoto , masuk halaman. Mencari/mengambil puing puing bakaran (sudah ada garis batas kuning).
Pemilik itu kaget  melihat ada sekelompok  orang yang tidak berhak membuat video dari  korban kehilangan properti.  Perempuan itu sangat menyayangkan pembuatan video yang umumnya untuk dimanfaatkan dan diviralkan dan  keinginan mendapatkan keuntungan di atas penderitaan orang lain.
Bahkan, perempuan itu  menanyakan kepada mereka,  "Siapa kamu?".  "Mengapa kamu membuat video, pembuatan video itu,  bukan hak kamu!
"
Pelajaran dan hikmah
Banyak pelajaran yang dapat kita dapatkan dari sebuah bencana kebakaran dengan korban dari orang yang dicintai , hewan yang dikasihi, dan properti yang dihuni .
Setiap harta benda seberapa besar pun nilainya , tak berharga ketika kebakaran sudah melalapnya. Â Tak ada yang disisakan, hanya puing-puing kesedihan.Â
Hendaknya kita tidak melekat dari benda-benda yang kita miliki, tetapi kita menyerahkan benda itu kepadaNya sebagai pemilik. Â DIA yang memberikan, DIA juga yang mengambilNYA.
Juga kitatak selayaknya  mengambil keuntungan diri atas penderitaan orang lain dengan membuat video-dengan berbagai narasi yang bernada agama atau alasan apa pun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H