Selanjutnya wartawan menanyakan apa yang ingin dilakukannya?  Dia menjawab dengan lemah, aku tak tau, aku tak punya lagi yang tersisa, semua hilang dalam sekejab.  Dulu aku tinggal di sini bersama suamiku. Dia meninggal 2021, lalu aku hanya tinggal bersama anak lelaki yang punya keterbatasan fisik.  Matanya tak pernah lepas dari rumah yang sudah tak berbekas .  Hilanglah harapan hidupnya.   Namun, ditengah kehilangan harapan itu ternyata orang yang bertanya itu bukan seorang wartawan tetapi seorang donatur .  Dia menyerahkan uang USD 1.000 kepada ibu tersebut.   Dalam kondisi normal,  nilai uang itu akan dianggap tak berarti karena  jumlahnya tidak besar tetapi bagi orang yang sedang kehilangann harapan tanpa sesuatu apa pun yang tertinggal, bantuan sedikit pun menjadi pelipur lara bahkan timbulnya harapan dan ekspektasi yang dulunya rendah menjadi meningkat.
Seorang ibu paruh baya  datang  ke rumah yang telah menjadi puing-puing . Dia memanggil-panggil nama anjingnya. Tiba-tiba muncullah seorang anjing yang berjingkat dengan berlari-lari kegirangan.  Sudah hampir 5 hari sejak kebarakarn, ibu ini tidak bisa membawa anjingnya.  Kegembiraan yang luar biasa si ibu menemukan kembali anjingnya yang masih hidup di tengah puing tanpa luka atau rasa lemas.  Kegembiraan menemukan buah hati ditengah sedihnya melihat puing-puing rumah yang tak bersisa dari kebakaran.Â
Namun, ada suatu video yang sungguh mengagetkan sekaligus membuat hati saya miris.  Saya tak dapat memastikan siapa mereka.  Yang pasti lima orang itu adalah orang Indonesia.  Di depan rumah yang hanya tinggal puing-puing itu, dua diantaranya membuat video rumah itu .  Padahal sudah ada pengumuman resmi dari  penegak hukum distrik yang disiarkan secara langsung bahwa tidak boleh berfoto , masuk halaman. Mencari/mengambil puing puing bakaran (sudah ada garis batas kuning).
Pemilik itu kaget  melihat ada sekelompok  orang yang tidak berhak membuat video dari  korban kehilangan properti.  Perempuan itu sangat menyayangkan pembuatan video yang umumnya untuk dimanfaatkan dan diviralkan dan  keinginan mendapatkan keuntungan di atas penderitaan orang lain.
Bahkan, perempuan itu  menanyakan kepada mereka,  "Siapa kamu?".  "Mengapa kamu membuat video, pembuatan video itu,  bukan hak kamu!
"
Pelajaran dan hikmah
Banyak pelajaran yang dapat kita dapatkan dari sebuah bencana kebakaran dengan korban dari orang yang dicintai , hewan yang dikasihi, dan properti yang dihuni .
Setiap harta benda seberapa besar pun nilainya , tak berharga ketika kebakaran sudah melalapnya. Â Tak ada yang disisakan, hanya puing-puing kesedihan.Â
Hendaknya kita tidak melekat dari benda-benda yang kita miliki, tetapi kita menyerahkan benda itu kepadaNya sebagai pemilik. Â DIA yang memberikan, DIA juga yang mengambilNYA.
Juga kitatak selayaknya  mengambil keuntungan diri atas penderitaan orang lain dengan membuat video-dengan berbagai narasi yang bernada agama atau alasan apa pun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H