Bagi  warga yang berada di Tangerang Selatan, pasti sudah memantau  Program Presiden Prabowo yang dikenal dengan nama Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Â
Apalagi mereka yang memiliki anak-anak di 7 sekolah di Tangsel  mulai dari TK, SDN, hingga SMPN .  Uji coba telah dilakukan , beberapa diantaranya yang terlihat adalah TK Pembina 1 di Serua,  SDN Lengkon Wetan Tangsel.
Penyalurannya program MBG ini diproses dari dapur umum yang jaraknya sekitar 5 kilomter dari sekolah dan disalurkan melalui Badan Gizi Nasional (BGN).
Jika dilihat secara kasat mata anak-anak TK, SD , SMA yang menerima nasi bergizi itu sangat senang karena mereka dapat makan bersama-sama temannya.  Tak perlu jajan, uang jajan masih utuh.  Juga mereka menganggap makanan yang dibagikan gratis itu adalah cukup enak, hari pertama ada  ayam goreng, kesukaan sebagian besar anak-anak. Â
Hanya beberapa anak yang alergi makanan tertentu seperti susu dan  ikan (ada yang diberikan ikan).
Nach ternyata dalam pelaksanaan di lapangan baik dari sekolah mana yang berhak menerima makanan gratis, segi mutu atau kualitas dan pendistribusian, maupun mitra yang memasak makanan gratis masih kebingungan karena  tidak ada petunjuk jelas dan mekanismenya yang jelas.
Dari segi jumlah sekolah, peserta yang menerima manfaat belum ada catatannya sama sekali, hari Senin itu hanya mencakup satu titik, SD Lengkong Gudang dan jumlah siswa belum pasti berapa.
Bayangkan target awal Program MGB itu mencakup  3 juta anak di tiga bulan pertama, sementara pada bulan pertama ini sasaran baru akan mencapai 600.000 orang di wilayah perkotaan dan kabupaten dalam uji coba coba. Â
Konsepnya pun berubah-ubah, awalnya disebut makan siang gratis, lalu dirubah menjadi makan bergizi gratis.  Saat berkampanye  anggaran makan siang gratis sebesar Rp.450 trilun dengan asumsi harga satu porsi makanan Rp.15.000  total jumlah anak 83 juta.  Terdiri dari  30 juta anak usia dini, SD 9,8 juta, SMP 10,2 juta, SMA dan SMK 4,3 juta santri, dan 4,4 juta ibu hamil.Â
Di tengah perjalanan, Â tujuan penerima dirubah bukan hanya anak sekolah tapi juga anak yang stunting. Â Indonesia menduduki peringkat 115 dari 165 negara yang menderita stunting.