Begitu ada insight, saya perbaiki dan serahkan kembali. Ternyata untuk kedua kalinya, editor masih kurang lagi untuk cerita yang tidak sambung.
Saya hampir "stuck" karena sudah merasa jenuh untuk bisa memperbaiki. Saya ingin menyerah saja.
Lalu, saya dibantu oleh editor tentang apa yang harus dilakukan. Akhirnya saya serahkan yang ketiga kalinya. Jika tidak diterima lagi, saya akan mengundurkan diri.
Akhirnya, setelah proses revisi terakhir selesai, saya mendapat pelajaran yang sangat berharga. Menulis cerita anak, tidak semudah apa yang saya sangka. Perlu mindset seorang anak untuk bisa mengembangkan dan menceritakan dengan asyik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H