Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kesuksesan Anak di Masa Depan: Pentingnya Keseimbangan Akademik dan Keterampilan Hidup

14 Oktober 2024   20:45 Diperbarui: 14 Oktober 2024   20:51 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source:  freepik.com

Hampir setiap orangtua menginginkan kesuksesan anak-anaknya di masa depan. Kesuksesan apa yang diinginkan oleh orangtua?  Tentu perpektif kesuksesan Anak beda dengan orangtua.. Umumnya, orang tua ingin anaknya sukses secara mandiri dalam keuangan.

Di era kini  orang tua yang menginvestasikan dana sebesar-besarnya  untuk kebutuhan biaya akademik anak-anaknya.   Bahkan, mereka tak segan untuk menghabiskan waktunya untuk bekerja membanting tulang supaya dana bisa terkumpul untuk biaya akademik anak-anaknya. 

Sayangnya, ada kondisi kontradiktif dari orang tua yang tak pernah menyiapkan masa depan anaknya melalui akademik.  Saya tak pernah bertemu dengan orang tua tersebut sebelumnya. Tetapi justru saya dipertemukan dengan dua anak muda yang tak punya orang tua lagi.

Ketika saya tercengang melihat kondisi 2 anak perempuan yang masih muda tapi tak punya pendidikan maupun keterampilan dan sekarang dalam kondisi yang bergantung kepada orang lain dan juga sedang dalam kesulitan keuangan.

Pelajaran orang tua yang tak mempersiapkan anaknya dalam bidang akademik

Setahun terakhir ini saya  dekat dengan dua anak perempuan usia 30-an.  Seorang bernama  Berta (bukan nama sebenarnya), seorang yang lain bernama Lina (bukan nama sebenarnya)

Berta adalah seorang anak yatim piatu.  Ketika Berta masih kecil, kondisi keuangan keluarganya sangat terjamin karena ayahnya sebagai lulusan MBA dari Amerika punya posisi penting di perusahaan perminyakan asing. Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Tanpa disangka, ketika Berta menginjak usia 14 tahun, ayah Berta terkena penyakit kanker nasofaring.  Dalam waktu yang sangat singkat,  beliau sudah meninggalkan Berta dan ibunya.  Berta hanya hidup bersama ibunya.   Sejak saat itu Berta hanya tinggal bersama ibunya.  Sayangnya, ibunya tidak  pernah mendidik  dan memikirkan  bakat atau keterampilan Berta sejak kecil.

Waktu berjalan begitu cepat.  Ibu Berta pun terkena kanker usus.  Dana peninggalan ayahnya tinggal sedikit.  Ibu Berta hanya bisa berobat di Klinik Dokter yang bukan spesialisasinya kanker.   Kegiatan Berta yang baru lulus SMA itu hanya mengantarkan ibunya berobat .  

Sayangnya, waktu untuk ibunya juga tak lama, beliau dipanggil Tuhan dan Berta harus hidup sendiri.  Satu-satunya harta yang dimilikinya adalah rumah.   Berta pernah beberapa kali bekerja sebagai tenaga outsourcing.  Tapi beberapa kali setelah kontrak selesai, Berta harus mencari pekerjaan lain atau menggangur. Satu-satunya harta yang dimiliki adalah rumah peninggalan orangtua.  Itu pun dikontrak dengan dibayar secara angsuran.  Hasil kontrak itu tak bisa dinikmati oleh Berta sendiri. Dia harus berbagi dengan tantenya yang dianggapnya paling berjasa untuk membantu dia saat ibunya sakit. 

Kondisi Berta sangat kritis karena dia kehilangan pekerjaan lagi karena PHK dan akhirnya sampai sekarang ini dia belum juga mendapatkan pekerjaan.   Menolong calon pekerja lulusan SMA tidaklah mudah.  Sangat sulit sekali karena tak punya kualifikasinya tinggu uang dbutuhkan perusahaan saat ini.

Lain halnya dengan Lina, ayahnya dulunya seorang insinyur perkapalan yang punya pekerjaan dari hasil kontrak kerja sama dengan satu perusahaan BUMN.  Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Sayangnya, ibunya tak sempat memperhatikan perkembangan keterampilan Lina . Yang jelas Lina sebagai penderita skizofrenia telah  waktu untuk pengobatan ke dokter syaraf, ditambah dengan penderitaan ibunya yang sakit diabetis.

Ketika Tuhan memanggil pulang ibunya,  Lina hidup bersama ayahnya yang tak bekerja.  Hidup mereka hanya ditopang dari bantuan saudara ayahnya.

Suatu saat ketika ayahnya terkena covid , saya sebagai tetangga membantu membawa ayah Lina ke Rumah Sakit. Takdir Tuhan telah memanggil ayah Lina.

Dalam hidup sendiri, Lina hanya hidup dari bantuan saudara-saudara ayahnya.  Tak ada satu pekerjaan apa pun yang dilakukannya.  Kesehatan mental yang tak terganggu membuat tak ada kesempatan bagi Lina untuk bisa masuk ke dunia kerja.

Pentingnya  Nilai Akademik

Di era persaingan yang ketat, sukses anak di masa depan ditentukan salah satunya oleh nilai akademis yang tinggi.  

Membangun fondasi pengetahuan yang kuat sesuai dengan passion masing-masing anak sangat penting sekali.  Dengan memiliki dasar yang kuat, anak dapat mengejar kemajuan karir yang lebih baik dan juga pengembangan pribadi yang optimal.

Keterampilan hidup

Pembelajaran keterampilan hidup atau sering disebut dengan life skill adalah kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi tantanngan sehari-hari.  Hal ini mencakup seperti komunikasi, manajemen waktu, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial. Belajar keterampilan hidup tidak hanya membantu anak dalam berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga membentuk karakter yang kuat.  Oleh karena itu mengintegrasikan pembelajaran keterampilan hidup ke dalam pendidikan formal.

Strategi untuk Sukses

Agar tercapai keseimbangan antara keterampilan hidup dan akademik, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan. Salah satunya adalah pembelajaran eksperiensial, di mana anak diajak untuk belajar melalui pengalaman langsung. Misalnya , proyek kelompok atau kegiatan ekstrakurikuler dapat meemberikan kesempatan bagi anak untuk mengasah keterampilan sosial dan kepimpinan.

Selain itu pendampingan dan pelatihan dari orangtua atau guru sangat berperan. Dengan bimbingan yang tepat, anak dapat diarahkan untuk menemukan minat dan bakatnya, sekaligus mengembangkan keterampilan yang relevan.

Pembelajaran mandiri juga penting, anak perlu diajarkan untuk belajar secara mandiri dan bertanggung jawab atas proses belajar mereka.

Kesimpulan

Keseimbangan antara keterampilan hidup dan nilai akademis adalah kunci untuk mencapai sukses di masa depan. Dengan memadukan kedua aspek ini, anak-anak tidak hanya siap menghadapi tantangan akademik, tetapi juga dapat menjadi individu yang tangguh dan siap bersaing di dunia kerja. Melalui Upaya bersama keluarga, sekolah, dan masyarakat, kita dapat membantu generasi mudah meraih impiah mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun