Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perubahan Fungsi Telepon Masuk: dari Komunikasi Jadi Teror

18 September 2024   17:42 Diperbarui: 19 September 2024   15:07 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source  freepic.com

Saya teringat sekali ketika memiliki handphone pertama kali rasanya bahagia, senang bahkan sukacita luar biasa.  Saya dapat menelpon orang-orang terdekat saya dengan sangat mudahnya.  Bahkan komunikasi dengan ibu saya yang tinggal  di luar kota .  Beliau sakit tak berdaya,  saya dapat berkomunikasi dengan beliau dengan sangat intensif dan mudah, walalupun tanpa tatap muka.   Ada komunikasi yang  yang terjalin secara berkesinambungan tanpa harus datang ke kota beliau tinggal.

Fungsi telepon bukan hanya menelpon keluar tetapi juga menerima telepon masuk dari keluarga maupun teman.   Telepon menjadi alat penting untuk menjalin hubungan, menyampaikan kabar berita dengan begitu cepat dan mudah dan berbagi cerita. 

Saya teringat sekali , ketika lupa membawa gadget karena sedang di charge,  saya terpaksa  harus kembali ke rumah meskipun perjalanan saya sudah cukup jauh dari rumah. Begitu berharganya suatu telepon bagi saya .

Di era teknologi yang semakin canggih, ketika akses internet sudah hadir di tengah kita,  fungsi telepon telah mengalami perubahan yang signifikan.    Dengan kemunculan aplikasi seperti WhatsApp, komunikasi semakin mudah . Kini dapat menjangkau lebih banyak teman atau saudara yang jauh jaraknya hanya dalam ketukan jari.   Media sosial dan aplikasi pesan instan membuat jarak seakan tak lagi jadi penghalang.  Kita bisa berbagi momen secara real-time, dan komunikasi menjadi lebih interaktif.

Penipuan

Namun, di balik kemudahan  di atas, ada sisi gelap yang muncul.  Telepon yang dulunya jadi alat komunikasi, kini sering kali dijadikan sarana penipuan.  Banyak kasus di mana penipuan dilakukan melalui telepon, dengan penipu menyar sebagai pihak yang dapat dipercaya.  Ini bukan hanya merugikan secara finansial, tetapi juga menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat.

Pengalaman teror

Saya pernah terjebak suatu penipuan.   Saya membeli baju batik di sebuah media sosial .  Saya sadar bahwa banyak penipuan lewat media sosial.

Tetapi saat itu, mata dan pikiran saya hanya tertuju kepada media sosial saja.  Begitu saya memesan baju, saya diarahkan ke suatu whatsapplication.   Admin whatsapp dengan bahasa yang kurang baik, minta saya segera bayar dan minta bukti bayarnya. 

Sedikit curiga karena tidak ada  penataan cara pemesanan yang terorganisir.  Namun, sekali lagi saya hanya ingin cepat beli.  Saya bayar dan kirim bukti bayar.

Tak lama hanya sekitar 10 menit, ada suatu whatsapplication baru yang masuk.  Mata saya kaget melihat logo Whatsapp itu "Bea Cukai".   Ada apa gerangan?  Saya tak terkait dengan barang impor apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun