Saya teringat sekali ketika memiliki handphone pertama kali rasanya bahagia, senang bahkan sukacita luar biasa.  Saya dapat menelpon orang-orang terdekat saya dengan sangat mudahnya.  Bahkan komunikasi dengan ibu saya yang tinggal  di luar kota .  Beliau sakit tak berdaya,  saya dapat berkomunikasi dengan beliau dengan sangat intensif dan mudah, walalupun tanpa tatap muka.  Ada komunikasi yang  yang terjalin secara berkesinambungan tanpa harus datang ke kota beliau tinggal.
Fungsi telepon bukan hanya menelpon keluar tetapi juga menerima telepon masuk dari keluarga maupun teman. Â Telepon menjadi alat penting untuk menjalin hubungan, menyampaikan kabar berita dengan begitu cepat dan mudah dan berbagi cerita.Â
Saya teringat sekali , ketika lupa membawa gadget karena sedang di charge,  saya terpaksa  harus kembali ke rumah meskipun perjalanan saya sudah cukup jauh dari rumah. Begitu berharganya suatu telepon bagi saya .
Di era teknologi yang semakin canggih, ketika akses internet sudah hadir di tengah kita, Â fungsi telepon telah mengalami perubahan yang signifikan. Â Â Dengan kemunculan aplikasi seperti WhatsApp, komunikasi semakin mudah . Kini dapat menjangkau lebih banyak teman atau saudara yang jauh jaraknya hanya dalam ketukan jari. Â Media sosial dan aplikasi pesan instan membuat jarak seakan tak lagi jadi penghalang. Â Kita bisa berbagi momen secara real-time, dan komunikasi menjadi lebih interaktif.
Penipuan
Namun, di balik kemudahan  di atas, ada sisi gelap yang muncul.  Telepon yang dulunya jadi alat komunikasi, kini sering kali dijadikan sarana penipuan.  Banyak kasus di mana penipuan dilakukan melalui telepon, dengan penipu menyar sebagai pihak yang dapat dipercaya.  Ini bukan hanya merugikan secara finansial, tetapi juga menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat.
Pengalaman teror
Saya pernah terjebak suatu penipuan. Â Saya membeli baju batik di sebuah media sosial . Â Saya sadar bahwa banyak penipuan lewat media sosial.
Tetapi saat itu, mata dan pikiran saya hanya tertuju kepada media sosial saja. Â Begitu saya memesan baju, saya diarahkan ke suatu whatsapplication. Â Admin whatsapp dengan bahasa yang kurang baik, minta saya segera bayar dan minta bukti bayarnya.Â
Sedikit curiga karena tidak ada  penataan cara pemesanan yang terorganisir.  Namun, sekali lagi saya hanya ingin cepat beli.  Saya bayar dan kirim bukti bayar.
Tak lama hanya sekitar 10 menit, ada suatu whatsapplication baru yang masuk. Â Mata saya kaget melihat logo Whatsapp itu "Bea Cukai". Â Ada apa gerangan? Â Saya tak terkait dengan barang impor apa pun.
Begitu saya baca beritanya, saya kaget sekali, pernyataannya:
"Perkenalkan saya Kurnia Saktiyono petugas bea cukai di Bandara Soekarna Hatta paketan anda sudah sampai di Bandara. TPI Â barang kami tahan krn itu tidak ada kelengkapan surat pajak PPN PPHnya, sy tanya ini barang pembelian lewat online atau kiriman dari keluarga?"
Tersentak saya , pikiran saya segera mengatakan bahwa saya terjebak penipuan, kenapa barang lokal dikirim bandara dan harus bayar PPH PPN. Â Â Jawaban saya singkat, barang lokal, dikirim saja.
Namun, apa yang terjadi? Â Setiap 2 jam sekali saya menerima telpon dengan profil dugaan scam. Telpon ini terus berdering-dering hampir 5 hari . Â Saya merasa trauma dan merasa teror dengan telepon ini.
Ternyata gangguan telepon masuk ini menjadi suatu hal yang jamak. Â Ketika profil incoming call itu tertera "Dugaan Scam" Â saya segera mendiamkannya.
Bayangkan, setiap hari dalam record saya, ada 5 telepon masuk dengan profil dugaan scam. Â Hal ini sungguh mengganggu hati dan kesadaran saya. Tidak lagi merasa aman jika ada telepon masuk.
Himbauan
Bagi Anda sekalian yang menggunakan handphone baik itu android maupun i-phone, gunakan alat untuk mematikan telepon masuk yang tidak dalam list . Â
Cara lainnya adalah gunakan aplikasi "Truecaller" yang mengidentifikasi "dugaan scam" Â atau scammer apabila ada telepon masuk.
Kini , saya lebih berhati-hati dalam menerima panggilan. Saya juga mengingat teman-teman dan keluarga untuk waspada terhadap panggilan mencurigakan. Di era informasi ini, penting  bagi kita untuk tetap waspada dan melindungi diri dari penipuan yagn semakin marak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H