Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pentingnya Peningkatan Peran Perempuan dalam Proses Transisi Energi Adil dan Berkelanjutan

19 Juni 2024   11:06 Diperbarui: 19 Juni 2024   12:49 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kulonprogokab.go.id

Anda semua pasti telah merasakan betapa panasnya cuaca sejak tahun lalu, 2023. Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi hampir di seluruh dunia . Kenaikan suhu udara 1 derajat celsius ini merupakan salah satu bagian dari perubahan iklim (fluktuasi iklim jangka panjang) dan pemanasan global (peningkatan suhu permukaan rata-rata planet bumi).

Pemanasan global sudah terjadi di bumi kita, Indonesia karena adanya peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer, seperti karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh aktivitas manusia terutama pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Peningkatan suhu global ini menyebabkan perubahan iklim yang merusak, peningkatan suhu laut, pencairan es, perubahan pola cuaca ekstrem.

Akibatnya dari pemanasan global sangat mengancam manusia, makhluk hidup baik di darat atau laut dan kerusakan ekosistem . Kerusakan ekosistem ini akan mengurangi potensi produksi pertanian, meningkatkan biaya adaptasi dan menimbulkan ketidakstabilan sosial.

Solusi yang terbaik adalah untuk melakukan transisi energi dari energi yang menimbulkan emisi karbon menjadi energi ramah lingkungan atau net zero emisi. Untuk itu butuh perubahan kebijakan yang mendukung energi bersih.

Oxfam, sebuah organisasi internasional, memiliki tujuan mendukung transisi energi  adil dengan mengurangi kemiskinan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Menjembatani tradisi lokal dan teknologi dalam transisi energi adalah tugas kompleks namun penting, terutama bagi perempuan.

Oxfam mengakui peran krusial perempuan dalam proses ini karena perempuan memiliki pengetahuan tradisional yang luas tentang penggunaan dan pengelolaan sumber daya energi lokal. Perempuan dengan keahlian dan perspektif unik mereka dapat memainkan peran vital dalam mempercepat adopsi teknologi energi terbarukan yang lebih efektif dan mendukung kebijakan energi yang berkelanjutan.

Meskipun termasuk dalam kelompok rentan, seperti perempuan, anak-anak,, lansia, masyarakat miskin, dan komunitas adat, mereka dapat diberdayakan dalam transisi energi adil melalui berbagai pendekatan.

1. Partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan: Melalui konsultasi public, forum diskusi, dan inklusi dalam dewan kebijakan energi.

2. Akses yang setara terhadap teknologi dan sumber daya energi: Memastikan bahwa mereka memiliki akses yang setara terhadap teknologi energi baru seperti panel surya atau kompor bersih dengan subsidi dan bantuan keuangan yang sesuai.

3. Pendidikan dan pelatihan: Memberi pendidikan dan pelatihan tentang teknologi energi baru untuk memberdayakan mereka dalam partisipasi aktif dalam transisi energi.

4. Kebijakan dukungan: Mendorong kebijakan yang mendukung kelompok rentan, seperti tarif energi yang lebih rendah atau program pengurangan energi bagi rumah tangga berpenghasilan rendah.

5. Perlindungan lingkungan dan Kesehatan: Memperbaiki kualitas lingkungan dan Kesehatan masyarakat melalui transisi ke energi bersih.

6. Pemberdayaan ekonomi: Menciptakan lapangan kerja baru dan inklusif melalui proyek energi terbarukan, yang dapat meningkatkan kemandirian ekonomi kelompok rentan.

7. Monitoring dan evaluasi: Membuat mekanisme untuk memantau dan mengevaluasi dampak transisi energi terhadap kelompok rentan guna melakukan penyesuaian yang diperlukan.

Setelah terjadi transisi energi lokal, perempuan memiliki kesempatan untuk berperan dalam berbagai kapasitas yang mendukung Pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif:

1. Pengelola energi terbarukan: Terlibat dalam operasi dan pemeliharaan infrastruktur energi terbarukan seperti panel surya atau turbin angin.

2. Kewirausahaan energi bersih: Membuka usaha kecil atau menengah dalam sektor energi terbarukan, seperti instalasi panel surya atau produksi bahan bakar biomassa.

3. Pendidikan dan pelatihan: Menjadi fasilitator dalam menyebarkan pengetahuan tentang energi terbarukan kepada komunitas mereka.

4. Pemimpin komunitas: Membawa perubahan positif dalam komunitas dengan memobilisasi perempuan lain untuk terlibat dalam Pembangunan berkelanjutan.

5. Pengelola sumber daya alam: Menjadi pengelola sumber daya alam yang berkelanjutan, seperti hutan atau lahan pertanian untuk produksi biomassa.

Contoh konkritnya:

Sumber: bisnis.com
Sumber: bisnis.com

1. Perempuan di Desa Terasering Sembalun, Lombok Nusa Tenggara Barat

Para perempuan di desa sangat terlibat dalam pengembangan , instalasi, pemeliharaan panel surya untuk energi bagi kebutuhan rumah tangga dan fasilitas umum di desa. Dengan pengembangan dan pengelolaan energi surya ,secara otomatis dapat meningkatkan penggunaan listrik di desa dan meninggalkan ketergantungan sumber daya energi fosil.

sumber: kulonprogokab.go.id
sumber: kulonprogokab.go.id

2. Perempuan di Desa Temon, Kulon Progo, Yogyakarta

Untuk dana pengembangan energi terbarukan, perempuan di desa ini telah membentuk koperasi dan mengembangkan produksi biogas dari limbah organik. Cara kerjanya, mereka mengumpulkan limbah rumah tangga dari peternakan , diproses menjadi biogas dan digunakan untuk memasak dan energi listrik.

Fungsi perempuan di desa ini bukan sekedar pengelola proses produksi saja, tapi juga merupakan agen perubahan dalam transisi energi dan melestarikan energi ramah lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Sumber: turbin PLTMH/Antara/Www.kamse.org
Sumber: turbin PLTMH/Antara/Www.kamse.org

3.Perempuan di Desa Ciptagelar, Lebak, Banten

Untuk pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, lahan secara tradisional, perempuan di desa ini punya peran yang sangat kuat. Mereka langsung menggunakan kayu bakar yang ramah lingkungan. Tenaga alternatif yang dikembangkan di desa ini oleh perempuan seperti adanya mikrohidro dapat menghasilkan listrik untuk memenuhi kebutuhan komunitas.

Sumber: ITB Listrik Indonesia.com
Sumber: ITB Listrik Indonesia.com

4. Perempuan di Desa Kampung Plaosan, Klaten, Jawa Tengah

Untuk memberdayakan ekonomi, perempuan di desa ini telah membentuk usaha mikro dari penjualan produk berbasis energi terbarukan. Contoh produk yang mereka jual lampu tenaga surya portable dan kompor hemat energi. Mereka juga aktif melakukan kampanye untuk hemat energi kepada warga setempat. Selain jadi pioneer untuk usaha, kesadaran tentang pentingnya transisi energi lokal diterapkan.

Dengan demikian , melalui peran mereka dalam transisi energi lokal, perempuan tidak hanya meningkatkan partisipasi mereka dalam sektor energi tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap Pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan.

Referensi:

1.Oxfam: Apa yang kami lakukan

2.Oxam: Menuju Transisi Energi

3.Peran Strategis Perempuan Dalam Pencapaian

4.Transisi Enregi: https://www.enelgreenpower.com/learning-hub/energy-transition

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun