Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Frugal Living Hidup Sederhana Penuh Kedamaian

27 Januari 2024   17:57 Diperbarui: 30 Januari 2024   17:48 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu saya pindah ke Jakarta, tentu kaget dengan kultur pola gaya hidup yang berbeda dengan gaya hidup kota yang tak sebesar dengan Jakarta.

Kepindahan saya ke Jakarta dalam rangka kuliah. Tetapi gaya hidup yang saya lihat di kota Jakarta pasti beda sekali dengan kota Semarang kelahiran saya.

Agak sedikit kultur shock karena sebagai mahasiswa yang dana kuliah dan biaya hidup hanya pas-pasan, dilematis bagi saya apakah mengikut pola gaya hidup ala Jakarta atau frugal living yang telah diajarkan oleh ibu saya.

Sejak kecil saya diajarkan pola frugal living. Ibu saya mengatakan jika saya memberikan uang untuk libur di rumah tante sebesar Rp200.000 (cukup besar untuk ukuran di tahun 1970an), kamu tidak harus menghabiskan uang itu semuanya. 

Ibu memberikan uang ekstra besar karena jika ada gangguan kesehatan seperti sakit, uang itu dapat dipakai untuk berobat. Jadi saya telah mengerti dan paham sejak kecil bahwa uang itu harus dikelola dengan baik sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan.

Dulu konsep frugal living belum dikenal. Tetapi konsep kesederhanaan itu punya makna sama dengan frugal living. Frugal living dimaknai sebagai gaya hidup hemat atau irit terhadap pengeluaran agar dapat menabung lebih banyak.

Frugal living saat pensiun

Beruntung apa yang saya lakukan sejak kecil itu sudah menjadi suatu habit atau kebiasasan hingga saya memasuki pensiun sehingga saya tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan frugal living.

Saya tak pernah menyesal kenapa tidak mengikuti gaya hidup seperti teman-teman yang mengatakan lebih baik menikmati apa yang ada saat ini karena usia kita sudah senior, buat apa uang tidak digunakan untuk jalan-jalan (leisure) dengan kapal atau ke luar negeri, nonton konser mahal, membeli barang-barang mewah yang disukai dan lain-lainnya.

Konsep frugal living tidak mengenal kekecualian, misalnya tidak berlaku jika kita sudah berusia senior. Contohnya ada seorang teman yang sudah pensiun, tak punya dana untuk kesehatan dan asuransi, tiba-tiba harus mengeluarkan dana operasi tumor yang cukup besar. Dia harus menjual rumah untuk semua biaya itu.

Dalam penerapan frugal living tidak hanya sekadar berhemat saja tapi ada strategi yang harus diimplementasikan. Tiga strategi yang biasanya saya lakukan adalah tujuan dari perencanaan, disiplin dan komitmen.

Baca juga : Inilah Tips Resolusi Keuangan Anti Gagal

Tujuan Perencanaan

Praktik frugal living itu terasa lebih bermanfaat ketika saya sudah memasuki pensiun. Tidak memiliki gaji tetap membuat saya harus hidup dari passive income dan menentukan berapa biaya kehidupan saya tiap bulannya. Ditambah dengan inflasi tiap tahunnya.

Hal utama dalam perencanaan keuangan, biasanya saya akan menghitung berapa perkiraan pemasukan dan membuat anggaran keuangan untuk tahun tertentu untuk tujuan tertentu, misalnya pada tahun 2019, saya harus operasi mata katarak di Penang.

Untuk operasi katarak ini tentunya tidak mendadak. Di 3-4 bulan sebelumnya saya sudah merasakan bagaimana penglihatan mata kiri saya mulai kabur.

Operasi mata katarak membutuhkan biaya yang harus ditanggung sendiri tanpa asuransi. Jadi saya mulai menghitung berapa besarnya biaya yang dibutuhkan. 

Kebutuhan biaya itu apakah mengganggu pemasukan, jika mengganggu, saya harus bisa berusaha untuk menabung berapa bulan dengan menyisikan pemasukan.

Disiplin dan komitmen

Saya selalu berusaha untuk disiplin dengan apa yang direncanakan, biaya operasi katarak dengan menabung tiap bulan.

Apabila terjadi kegagalan, misanya tiap bulan saya harus menabung Rp6.000.000-7.000.000, tetapi tiba-tiba di bulan kedua saya harus mengeluarkan dana untuk emergency yang lainnya misalnya masuk rumah sakit mendadak, maka saya akan evaluasi kembali. 

Untuk bulan di mana saya tak bisa menabung karena ada peristiwa tertentu, maka saya akan mencari tambahan pemasukan atau mencari jalan lain mengurangi pengeluaran yang tak penting sama sekali.

Disiplin untuk menabung saya lakukan karena saya harus membayar operasi katarak itu. Begitu juga dengan komitmen kepada diri sendiri saya tak boleh menganggap enteng pembayaran dan operasi katarak itu kan bisa gunakan kartu kredit. 

Bagi saya kartu kredit adalah soal penundaan pembayaran saja, tetapi dana tetap harus disiapkan. Jika kita tak punya "spare dana" untuk pembayaran dari tagihan kartu kredit, kita akan terlilit kepada utang dan bunga yang lumayan besar.

Saya belajar frugal living ini bukan untuk diri sendiri, tapi juga saya terapkan kepada anak saya. Anak begitu patuh dan disiplin melakukannya bukan semata-mata ingin irit, hidup tersiksa tidak bisa menikmati hidup semasa muda. 

Namun, manfaat yang sangat dia rasakan ketika dia tiba-tiba terancam PHK yang mendadak, dia sudah punya dana darurat untuk setahun jika dia belum mendapat pekerjaan baru. 

So, teman-teman tak ada yang salah dalam melakukan "frugal living" , tapi lakukan dengan penuh disiplin dan komitmen sehingga bukan sekadar slogan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun