Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspadai Penderita Komorbid Tertular Covid Akibatnya Meninggal, Inilah Pengalamanku

29 Desember 2023   16:00 Diperbarui: 29 Desember 2023   19:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru setahun kita merasa yakin bahwa pandemi covid 19  telah berlalu.  Kita telah merasakan betapa virus Covid-19 telah meluluh lantakkan Kesehatan dan perekonomian Indonesia dari tahun 2020 hingga tahun 2022.

Belum bernafas lega, ternyata  kita dikejutkan lagi adanya varian baru dari Covid 19 .  Beberapa varian baru itu adalah Omicron (B.1.1.529) yang merupakan turunan dari virus Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.  Varian ini mudah sekali menular oleh infeks alami maupun vaksinasi. Vrius ini terus berada di Masyarakatdengan berbagai sifat dan karakternya.

Sub varian covid-19 yang muncul dan telah dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah varian baru yaitu  Eris atau EG.5 dan EG.2.  Varian EG.5 adalah cabang dari sublineage XBB.  Subvarian yang menyebar lebih luas di seluruh dunia . EG.5 merupakan turunan dari XBB.1.9.2. dengan mutase ekstra pada protein spikenya.

Peningkatan kasus Covid 19 dengan subvariant EG.5 dan EG.2 ini meningkat . Kenaikan ini disebabkan oleh kasus mycoplasma pneumoniae yang masuk ke Indonesia.

Dibutuhkan kewaspadaan dari Masyarakat untuk penyakit peneumonia ini.   Tetapi menurut Ibu Siti Nadia Tarmizi selaku Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Indonesia mangetakan warga tidak perlu khawatir karena kasus ini belum berimplikasi keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) untuk pasien terpapar Covid-19.

Pemerintah hanya menghimbau Masyarakat terutama mereka yang sekarang ini sedang berlibur dan berwisata untuk tetap mematuhi protocol Kesehatan Covid 19,  memakai masker dan selalu mencui tangan.

Dari data Kemenkes tercatat jumlah kasus aktif Covid-19 pada tanggal 14 Desember 2023 sejumlah 1.499 kasus.  Beberapa menjalani perawatan di rumah sakit dan ada isolasi mandiri.

Pengalaman mengantar pasien komorbid Covid-19

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Siang hari pada tanggal 23 Desember sekitar jam 14:00 saya mendapat telpon dari  Ibu  H : "Bu Ina mohon dibantu segera ke rumah Bapak HS (kakak ibu H).   Kakak saya katanya sulit bernafas dan pucat sekali".

Perlu diketahui bahwa Bapak HS hanya tinggal bersama putri tunggalnya , M,  penderita schizophrenia .  Lokasi rumahnya tidak begitu jauh dari kediaman saya, sekitar 300 meter saja.

Bergegas saya dan suami untuk datang ke rumah Bapak HS.  Begitu melihat kondisi beliau, suara nafasnya "ngos-ngosan" sangat menyesakkan dada saya, begitu pula mukanya sangat pucat pasi.

Segera saya menelpon adiknya bahwa Pak HS harus dibawa ke rumah sakit.  Sebaiknya rumah sakit mana?   Dijawab oleh H bahwa data Pak HS sebagai anggota BPJS ada di Rumah Sakit Hermina Ciputat.

Lalu, kami order mobil online , dengan kondisi yang sudah sangat payah, Pak HS duduk dengan keringat dingin.   Perjalanan menuju rumah sakit Hermina Ciputat sangat macet, bahkan berhenti total.   Akhirnya  sampailah kami di depan UGD RS Hermina.

Sayangnya, di depan IGD itu pasien tidak diperbolehkan untuk turun, tapi diperiksa sejenak . Dokter segera mengatakan bahwa RS Hermina tidak ada tempat lagi, juga tidak ada oxygen, jadi terserah kepada keluarga pasien untuk mebawa pasiennya.

Dengan kebingunan kami langsung minta kepada supir mobil online melanjutkan perjalanan ke RS Sari Asih Ciputat.  Perjalanan yang sebenarnya tidak jauh, tetapi macet luar biasa, membuat cukup lama hingga 1 jam.

Tiba di depan IGD RS Sari Asih, segera satpam memberikan kursi roda untuk pasien.   Beruntung saat itu masih agak sepi, pasien langsugn boleh masuk langsugn ke bagian IGD dan M, anak pak HS  mendaftarkan pak HS.

Sambil menunggu kedatangan ibu H, adik pak HS yang rumahnya di Cengkareng, saya menunggu di luar IGD.

3 jam kemudian barulah Ibu H datang.  Hasil diagnose dari pemeriksaan sementara adalah adanya pembengkangan jantung dan tingginya diabetis tinggi.

Saya bersama suami pulang ke rumah karena hari telah jelang pukul 22.00

Esoknya saya mendapatkan hasil laboratorian dari RS Sari Asih bahwa Bapak HS penderita covid-19 dan harus mencari Rumah Sakit rujukan Covid karena RS Sari Asih bukan RS Covid. Namun, sulitnya luar biasa untuk mendapatkan RS Rujukan karena RS Fatmawati, RS  Suyoto, RS Persahabatan semua penuh.   Terpakasa Bapak HS tetap di IGD karena seharusnya dipindahkan di ruang isolasi.

Wah saya terkejut dan kaget serta khawatir apakah saya dan suami akan terpapar karena kami begitu dekatnya dengan pasien.

Akhirnya hari itu saya menjalankan antigen test, hasilnya melegakan hati, negatif.

Belum lagi bernafas lega, hari Senin tanggal 27 Desember pukul 13:00 saya mendapat berita dari Ibu H bahwa Bapak HS telah dipanggil Tuhan.  Pada malam hari ini juga beliau harus dimakamkan sesuai dengan protokol Covid-19.  Diantar oleh 2 orang keluarga terdekatnya saja, pemakaman selesai pukul 23 malam.

Berita duka cita ini membuat kami semua sedikit shock karena ternyata komorbid Bapak HS tidak kuat melawan Covid-19, risikonya terlalu besar.

Jadi teman-teman bagi siapa saja yang memiliki komorbid disarankan untuk tetap jaga dan lindungi diri dengan protocol Covid .   Risiko penyakit komorbid lebih besar jika terinveksi virus Corona.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun