Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun dan Mengisi Kemerdekaan Tanpa Hoaks

9 Agustus 2023   16:05 Diperbarui: 9 Agustus 2023   16:13 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum dan  Setelah Kemerdekaan

Perjuangan Indonesia dalam memperoleh Kemerdekaan sangat panjang.   Dengan semangat patriot akhirnya para pejuang dan pahlawan dapat membebaskan Indonesia dari kungkungan tawanan penjajahan.

Setelah melewati Kemerdekaan selama hampir 78 tahun,  inilah saatnya bagi semua warga Indonesia mengisi kemerdekaan yang sudah kita perjuangkan . 

Mengisi kemerdekaan mungkin bukan dengan bambu runcing atau selalu waspada terhadap musuh dengan senjata.  Tetapi mengisi kemerdekaan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Jika dulu musuh kita saat berperang adalah lawan yang terlihat dengan jelas membawa alat perang, maka saat ini kita memasuki era digital  kita  tidak bisa melihat  musuk kita secara fisik.

Bagaimana kita mengetahui siapa musuh kita?   Musuh kita  saat ini adalah mereka yang terselubung dalam "hoax" yang disebarkan hampir setiap media sosial.   Sebagai warga yang sudah menikmati internet sejak tahun 2020 di Indonesia, seharusnya kita harus bersikap kritis dan punya literasi digital terhadap semua pemberitaan baik itu berupa video, foto atau berita yang membludak di internet.

Tanpa adanya literasi digital, kita akan dengan mudah termakan "hoax" dan menyebarkannya.  Hal ini akan membuat musuh kita  menang karena kita mudah diadu domba, kita mampu dibohongi hal-hal yang sangat  mudah membabi buta dibuat sehingga dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Kontribusiku mengisi kemerdekaan

Usia seniorku sudah tidak mampu berkontribusi dan berperan besar kepada bangsa ini. Tapi dengan kemurahan Tuhan, aku masih diberkati dengan pikiran dan tenaga yang tersisa untuk selalu belajar digital yang sebelumnya tak pernah kupahami.

Ketika selesai pensiun, aku sebenarnya mencari passion yang belum kutemukan . Persiapan pensiun yang tak direncanakan dengan baik membuat aku harus jungkir balik untuk menemukan passion itu.

Lalu, ketika aku sudah menemukan bahwa passionku, aku terus mengasah kemampuan menulisku tanpa lelah.

Suatu ketika ketika aku mendapat undangan dari suatu media cetak  untuk ikut workshop tentang "hoax kesehatan", aku sangat kaget sekali. Tetapi keinginan kuat bahwa  pengetahuan tentang hoax itu bukan untuk diriku sendiri tapi nantinya akan aku tuliskan dan bagikan tulisan itu untuk pembaca.

Singkat cerita setelah 2 hari berturut-turut, aku mendapatkan bahan-bahan tentang literasi digital di Indonesia yang masih sangat rendah,  edukasi internet belum disiapkan oleh Pemerintah, sementara internet sudah menyerbu lebih dulu.  Hal ini membuat warga yang belum tersentuh literasi digital dalam menghadapi serbuan informasi itu akan terjebak dan sering terpapar dengan hoax.

Cara yang baik bagaimana kita mengakses berita yang benar dan akurat di media sosial.  Mencari sumber media yang terpecaya seperti televisi, media sosial yang kredibilitas dapat dipercaya.  Kelihatannya mudah, tapi banyak dari warganet yang tak melakukannya, mereka lebih menyukai media sosial digunakan untuk membagikan hal-hal yang sifatnya "hoax".

Saat Covid datang, banyak hoax tentang kesehatan yang sangat tidak mendidik.   Warga yang sedang resah dengan kesehatannya, ditambah dengan berita yang tidak benar, akibatnya orang yang mentah-mentah tanpa mengecek kebenaran sering kejeblos dalam kebingungan dan kepanikan tanpa solusi yang benar.

Bahkan, yang sangat disayangkan, orang menjadi apatis akan kebenaran dan tidak percaya kepada Pemerintah.  Tentula hal ini akan menyulitkan Pemerintah untuk memperbaik komunikasi yang sifatnya satu arah .

Aku diajarkan untuk mengenal 2 jenis informasi yang salah yaitu "Misinformation"  dan "Disinformation".   Apa bedanya?   Misinformation adalah informasi salah , orang yang membaca  tidak paham karena ketidak-tauan dan menyebarkan tanpa unsur kesengajaan.     Sementara Disinformation adalah informasi yang salah, orang yang membaca mengetahui informasi itu salah, tapi ikut menyebarkan dengan sengaja.

Aku juga paham mengapa orang senang dengan hoax karena orang terlalu mengagung atau membenci seseorang (fanatisme),  ada kelompok yang tidak layak dipercaya,  adanya filter buble "benar"  sehingga mesin pendeteksi yang mempelajari kecenderungan apa yang disukai seseorang.

Lalu aku juga baru menyadari bagaimana cek fakta terhadap hoax berita, foto, video. Semuanya ini dapat dipelajari dan dipraktekkan.  Untuk lengkapnya, silahkan klik tulisanku di sini.

Dengan belajar ini aku semakin memahami dan menyadari bahwa aku tidak lagi mudah menyebarkan hoax yang sangat merugikan bagi warga dan berakibat buruk.

Itulah sekelumit cerita kontribusiku  untuk mengisi Kemerdekaan ke -78 terutama saat ini kita  semangat sambut Pilpres dan Pilkada. Harapanku adalah kita tidak mudah dihasut , dihancurkan , diadu-domba satu dengan yang lainnya. 

Kita, semua warga Indonesia jaga persatuan NKRI karena #KitauntukIndonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun