Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Setujukah TK, SD, SMP dan SMA Tidak Perlu Wisuda?

15 Juni 2023   12:31 Diperbarui: 17 Juni 2023   20:04 1942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegaduhan tentang wisuda minta dikembalikan hanya untuk yang lulus kuliah diunggah akun Twitter Senin 12 Juni 2023. 

Pesan twitter mengatakan bahwa jenjang TK,SD,SMP dan SMP dinilai tidka perlu mengadakan wisuda.

Berikut narasinya: "Kembalikan wisuda hanya untuk lulus kuliah. TK, SD,SMP dan SMA tidak perlu wisuda".

Sebuah fenomena foto-foto anak-anak TK, SD, SMP, dan SMA mengenakan pakaian jubah hitam, toga berwarna hitam lengkap dengan tali yang menggantung di togadan memegang gulungan ijazah.

Semarak wisuda ini memang terlihat setelah selesainya pembelajaran untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMA.

Kemeriahan perayaan wisuda yang muncul itu disertai dengan perayaan pesta seni, berbagai perayaan pesta setelah acara wisuda.

Berbagai komentar dari para netizen media sosial bermunculan, "Dulu di WISUDA adalah kebanggaan setelah jadi SARJANA. Sekarang, anak TK pun sudah bisa di-wisuda".

Sumber: whatsapplication
Sumber: whatsapplication
Seolah-olah kesakralan wisuda berubah. Wisuda berarti upacara peneguhan atau pelantikan bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan. Di kalangan akademi, wisuda merupakan penanda kelulusan mahasiwa yang telah menempuh pendidikan di suatu universitas.

Pengakuan wisuda itu hanya untuk mereka yang sudah menyelesaikan akademik, telah mengubah wajah pendidikan kita untuk memamerkan bagaimana anak dari PAUD hingga SMA harus seperti orang dewasa didandani lengkap, yang perempuan pakai sanggul dan make up serta aksesori lainnya, yang lelaki memakai jas hitam. Prosesi wisuda mahasiswa ditiru persis pada saat wisuda anak SD, SMP maupun SMA.

Fenomena konsumerisme atau pamer?

Ada yang mengatakan bagi anak-anak PAUD, acara wisuda seperti di atas adalah sebuah bagian dari eksploitasi terhadap anak. Arti eksploitasi bukan hanya memperkejakan anak-anak yang masih dalam usia belajar tetapi memperlakukan anak tidak sesuai dengan perkembangan umurnya.

Anak PAUD, SD, SMP belum mengetahui makna sebenarnya tentang wisuda, hanya karena keputusan dari sekolah yang menentukan untuk mengadakan wisuda, maka anak-anak diharuskan ikut acara itu.

Sekolah yang mengadakan acara ini tentu membebankan biaya acara baik itu untuk perlengkapan pakaian, foto dan segala dokumentasi kepada orangtua.

Dari yang saya baca (kebanyakan dari orangtua yang kurang mampu), mereka sangat kebingunan mencari dana untuk biaya wisuda.

Bagi mereka biaya wisuda yang besar itu suatu beban berat dan makna wisuda tidak sebanding dengan biaya yang mereka keluarkan karena kebututuhan mereka yang lebih penting jauh lebih banyak.

Apakah wisuda ini hanya untuk kebanggaan bagi orangtua?

Sebagian orangtua yang anaknya masih PAUD, SD mengatakan bahwa acara wisuda ini merupakan kenangan dan rasa bangga melihat anaknya berfoto menggunakan toga. Kebanggaan untuk apa jika anak itu belum melewati tahap yang paling krusial yaitu perguruan tinggi? Memang benar baha anak itu baru melewati satu babak dalam pendidikan, tetapi masih banyak tahap lain yang harus diselesaikan. 

Apakah benar anak menikmati acara wisuda?

Seorang kepala sekolah Sunshine Montessory Preschool mengatakan bahwa perlu tidaknya wisuda untuk anak TK tidak perlu diperdebatkan karena semua tergantung dari kebiasaan tiap sekolah dalam merayakan kelulusan anak.

Di sekolah tersebut di atas ada suatu program yang dinamakan Sunshine Annual Festival, acara akhir tahun. Seluruh anak dari kelas paling kecil diharapkan untuk menampilkan pertunjukkan tari, nyanyi, drama, puisi, art exhibition dan termasuk acara wisuda itu sendiri.

Bahkan disebutkan orangtua sangat terharu melihat perkembangan anak mulai dari tingkat TK A, TK B dan segala perkembangan motoric, emosional hingga kognitif.

Menurut kepala sekolah Sunshine Montessory itu acara wisuda anak itu tidak hanya dilihat dari satu saja tetapi harus melihat sisi lain. Artinya tidak semua anak dapat lulus sampai perguruan tinggi, jadi kesempatan untuk menghargai setiap proses jenjang itu harus dilakukan.

Di beberapa negara seperti Barcelona, Spanyol dan Amerika Serikat, wisuda TK, SD, SMP itu tidak memakai toga. Cukup di sekolah saja atau ada yang pinjam tempat di universitas.

Di Amerika Serikat, wisuda untuk SMA mutlak dirayakan karena lulusan itu tidak semuanya melanjutkan ke universitas. Di sana anak memilih masing-masing (tanpa turut campur orangtua), apakah melanjutkan atau tidak ke universitas.

Jadi pencapaian SMA jadi akhir dari suatu tujuan bagi sebagian siswa, oleh karena itu mereka lebih merayakan graduation untuk anak SMA. Mereka mengenakan toga untuk lulusan dari "public school" tidak untuk "private school".Mereka juga adakan pesta sederhana.

Bagaimana pendapat orangtua tentang wisuda anak, sarjana?

Saya sebagai orangtua ingin urun rembuk bahwa anak saya dari SD, SMP, SMP, SMA tidak pernah mengadakan acara wisuda. Hanya di SMA diadakan semacam "prom night", tetapi bukan wisuda.

Penghargaan proses perkembangannya tidak pernah hilang meskipun tanpa wisuda. Saya melihat bahwa hasil proses pendidikan bukan dilihat dari sebuah lembar kertas atas wisuda atau acara wisuda itu sendiri.

Bahkan ketika wisuda di Universitas di Australia pun, ada pilihan apakah akan hadir wisuda atau tidak. Anak saya hadir untuk wisuda yang pertama tanpa didampingi oleh orangtua (saya sedang tidak bisa hadir).

Lalu, untuk wisuda yang kedua (ambil double degree), dia tak hadir, jadi universitas memberikan pilihan hadir atau tidak hadir. Untuk yang tidak hadir, semua ijazah dan dokumen akan dikirimkan ke alamat mahasiswa di negara tujuan (misalnya Indonesia).

Demikian juga teman saya di Amerika Serikat, sebagai orangtua dari dua anak (putra dan putri), tidak pernah hadir dalam wisuda anak-anaknya. Anaknya memilih mencari pekerjaan ketimbang hadir wisuda sebagai euforia kegembiraan sesaat.

Bagaimana pendapat Kompasianer tentang wisuda anak TK, SD, SMP, SMA?

Yuk berikan komen supaya kita dapat kumpulkan pendapat banyak orangtua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun