Di Amerika Serikat, wisuda untuk SMA mutlak dirayakan karena lulusan itu tidak semuanya melanjutkan ke universitas. Di sana anak memilih masing-masing (tanpa turut campur orangtua), apakah melanjutkan atau tidak ke universitas.
Jadi pencapaian SMA jadi akhir dari suatu tujuan bagi sebagian siswa, oleh karena itu mereka lebih merayakan graduation untuk anak SMA. Mereka mengenakan toga untuk lulusan dari "public school" tidak untuk "private school".Mereka juga adakan pesta sederhana.
Bagaimana pendapat orangtua tentang wisuda anak, sarjana?
Saya sebagai orangtua ingin urun rembuk bahwa anak saya dari SD, SMP, SMP, SMA tidak pernah mengadakan acara wisuda. Hanya di SMA diadakan semacam "prom night", tetapi bukan wisuda.
Penghargaan proses perkembangannya tidak pernah hilang meskipun tanpa wisuda. Saya melihat bahwa hasil proses pendidikan bukan dilihat dari sebuah lembar kertas atas wisuda atau acara wisuda itu sendiri.
Bahkan ketika wisuda di Universitas di Australia pun, ada pilihan apakah akan hadir wisuda atau tidak. Anak saya hadir untuk wisuda yang pertama tanpa didampingi oleh orangtua (saya sedang tidak bisa hadir).
Lalu, untuk wisuda yang kedua (ambil double degree), dia tak hadir, jadi universitas memberikan pilihan hadir atau tidak hadir. Untuk yang tidak hadir, semua ijazah dan dokumen akan dikirimkan ke alamat mahasiswa di negara tujuan (misalnya Indonesia).
Demikian juga teman saya di Amerika Serikat, sebagai orangtua dari dua anak (putra dan putri), tidak pernah hadir dalam wisuda anak-anaknya. Anaknya memilih mencari pekerjaan ketimbang hadir wisuda sebagai euforia kegembiraan sesaat.
Bagaimana pendapat Kompasianer tentang wisuda anak TK, SD, SMP, SMA?
Yuk berikan komen supaya kita dapat kumpulkan pendapat banyak orangtua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H