Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Lahir Pancasila: Membumikan Pendidikan Karakter Nilai Pancasila kepada Anak

1 Juni 2023   16:03 Diperbarui: 1 Juni 2023   16:05 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Pancasila.   Ingatan kembali kepada masa anak-anak.  Dari SD hingga SMA,  tidak ada hari libur untuk Hari Lahir Pancasila.  Namun, ada acara apel atau upacara pada pagi hari  sebelum pelajaran.

Saat apel atau upacara,  selalu ada pembacaan isi Pancasila oleh seorang anak yang ditunjuk untuk maju ke depan podium.  Dengan suara lantang, anak itu akan membaca satu persatu sila , mulai dari Ketuhanan yang Maha Esa.  Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan  hingga  Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jika ditanya apakah kami semua hafal dengan 5 sila Pancasila,  jawabannya otomatis, "Ya".  Kami tak boleh lupa dan salah untuk menghafal sila-sila itu karena sejak SD hingga SMA ada pelajaran Pendidikan Moral Pancasila merupakan pelajaran penting dari 3 pelajaran yang tak boleh merah angkanya .   Tapi jika ditanya lebih lanjut apakah kami mempraktekkan pelajaran itu?  Bagaimana bisa praktekan jika pemahaman hanya teoritis tanpa pengenalan praktek dalam kehidupan keseharian.

 Saya  sering gelisah  jika ada  pelajaran PMP  karena saya tak pernah menyukai pelajaran ini .   Alasannya  materi yang disampaikan oleh guru PMP, hafalan mati (sampai saya sering ingat habis ini pasti guru akan mengatakan bla..bla)  hanya teoritis saja.

 Bahkan, saya sering ngantuk, jika ada pelajaran PMP, saya suka mencoret-coret buku atau kertas kosong untuk menghilangkan rasa kantuk saya.  Untung belum pernah tertangkap basah.

Ironinya saya tak pernah ingin mendapatkan nilai PMP bagus, buat saya angka 6 sudah cukup bagus.   Yang penting nilainya tak merah.   Kartu mati bagi say ajika angka merah.

Namun, pelajaran Pancasila  di era anak saya  bukan sekedar teori saja.  Mereka (murid-murid) diajak langsugn terjun ke masyarakat  untuk praktek apa nilai-nilai Pancasila dan penerapannya.

Sehingga  tujuan dari PMP untuk membentengi anak dari paham-paham radikal yang merusak bangsa lebih tercapai karena PMP itu sudah tertanam dalam diri anak, bahasa kerennya terinternalisasi .

Ada pergeseran  cara  pengajaran PMP menjadi PPPKn  kepada anak-anak agar anak mudah memahaminya dan bisa dipraktekan dalam realitas kehidupan sehari-hari.

Berikut ini adalah beberapa penerapan sila-sila yang diberikan di sekolah anak saya:

1.  Aplikasi Sila Pertama:

Bagi kami yang masih murid SD, SMP, konsep sila pertama ini masih sangat  tidak jelas mengapa kami harus beragama.   Penerapan sila pertama ini diserahkan keapda orangtua yang mendidik anaknya sesuai dengan agama yang dianut oleh orangtua. 

Jadi saat anak saya SMP,  mereka diajakarn untuk datang ke tempat ibadah beberapa agama (Islam, Katolik, Hindu ) untuk memahami secara sederhana keberagaman agama yang dianut oleh pemeluk di Indonesia.  

Implementasi keseharian:

Orangtua bisa mengajarkan anak tentang agama secara sederhana dalam bahasa anak seusianya . Ajak anak beribadah dan dan berikan pemahaman kenapa anak pergi ke suatu ibadah,  tetapi anak lain berbeda tempat ibadanya.  

Juga diajarkan kepada anak sebelum makan atau tidur untuk berdoa lebih dulu .  Pengamalan sila Ke 1 ini sangat penting untuk dasar pengenalan Tuhan ke dalam diri anak sejak dini.

2. Aplikasi sila kedua

Bagi anak seusia 7-15 tahun, konsep kemanusiaan yang adil dan beradab sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, secara sederhana,ajak anak pergi menjenguk temannya yang sedang dalam kesulitan secara finansial .

Jika kemanusiaan, empati terhadap teman, orang lain sudah dididik sejak dini sehingga ketika anak tumbuh dewasa pun, jiwa kemanusiaan yang tinggi tetap dimiliki.

3. Aplikasi sila ketiga

Saya sering ajak anak ke rumah teman saya yang beda keyakinan,  atau suku bangsa beda.  Sekembali ke rumah saudara, teman atau tetangga saya katakan sebagai teman, kita harus rukun berteman, bermain dengan teman tanpa bedakan status sosial.

Ajak teman-teman anak untuk kebersamaan, makan kue di teras rumah.   Makna penting tentang kebersamaan.

4. Aplikasi sila keempat

Secara sederhana, sebagai tugas orangtua memberikan kebabasan atau kesempatan kepada anak untuk menentukan keinginannya.

Contohnya tentang menu makan kesukaannya,  memilih pakaian yang ingin dipakainya atau membiasakan anakb erpendapat atau mendengarkan pendapat orang lain

5. Aplikasi sila kelima

Berbagi dengan teman merupakan implementasi sila ke-5 .  Sederhananya, mengingatkan anak untuk bersikap adil terhadap semua teman, tidak membedakan teman, bermain bersama semua teman.

Nilai-nilai adil dalam perbedaan menjadi hal yang perlu dilakukan oleh anak.  Anak terbiasa untuk hidup dengan nilai-nilai ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun