3. Jenjang atau jarak pasien dan dokter tetap ada. Dokter yang punya pasien banyak, tak punya banyak waktu untuk memberikan penjelasan tentang penyakit apa yang diderita pasien dan apa penanganannya yang terbaik.
4.Harga obat di Indonesia yang murah adalah yang generaik, sementara obat paten harganya mahal sekali dan tidak dikover oleh asuransi atau BPJS. Â Regulasi untuk obat agar tidak terlalu mahal untuk obat .
5.Pelayanan terpadu antara dokter ahli. Â Jika pasien punya komplikasi antara satu penyakit dengna penyakit yang lainnya, Â maka pasien terpaksa harus mengonsumsi obat baik dari dokter spesialis A dan dokter spesialis B, semakin banyak obat yang dikonsumsi bukan berarti menyembuhkan.
6. Kompetensi dokter yang mumpuni,  seorang dokter spesialis di Penang, terus belajar dan sampai mendalami detail kemajuan ilmunya  karena ilmu kedokter terus berkembang.  Harapannya dokter di Indonesia punya kompetensi yang terus dikembangkan dan diasah.
7.Apakah Rumah sakit rujukan seperti RSCM , RS Jantung Harapan, RS Kanker Dharmais, juga memiliki kapasitas tempat, peralatan, tim medis yang cukup untuk melayani begitu banyaknya rujukan dari semua rumah sakit
Diharapkan perbaikan fasilitas Kesehatan bukan hanya terlihat dari Gedung yang mewah saja tapi juga penanganan yang mumpuni dan fasilitasnya yang lengkap menuju Kesehatan internasional.
Jika tidak ada perbaikan , Indonesia akan kalah terus  dengan Malaysia yang telah menjadi pilihan mediwisata pertama bagi beberapa  warga Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H