Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bosan Kerja, "Syndrome Boreout" Berhati-hatilah, Hindari Terjebak Kesehatan Mental

12 November 2022   14:22 Diperbarui: 14 November 2022   12:46 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi burnout saat kerja (SHUTTERSTOCK)

Sandy (bukan nama sebenarnya) tiap pagi jelang ke kantor, kepala dan tubuhnya serasa berat sekali. Semangatnya hampir hilang. Padahal sebelum Sandy bekerja di kantor yang baru ini, dia merasa sangat dirinya orang yang paling bersemangat pergi ke kantor.

Begitu ibunya melihat gelagat dan tanda-tanda yang kurang baik, dia bertanya kepada Sandy, "San, kok akhir-akhir ini kamu seperti orang yang kehilangan semangat untuk bekerja, bahkan seperti orang yang tak punya motiviasi. Dulu kamu tidak seperti itu!"

"Ngga apa-apa kok mah! Aku cuma ngga punya motivasi lagi untuk kerja di tempat baru ini!"

"Loh kamu khan dapat pekerjaan baru yang sangat menantang dan lebih besar tanggung jawabnya ketimbang pekerjaan yang lama," tanya ibunya.

"Ngga mah. Justru di tempat baru ini tanggung jawabku kecil sekali. Aku tak paham kenapa aku mau kerja di tempat ini. Aku pikir karirku akan berkembang pesat karena tanggung jawab besar dan pencapaianku akan tinggi. Ternyata yang terjadi justru sebaliknya!" jawab Sandy.

"Oh, kamu sekarang dalam situasi "boreout" yach!" desak mamahnya.

"Betul sekali mah, aku kehilangan motivasi, serasa sendiri di dunia, terperangkap dan terasa kalah dalam segala hal. Semuanya sangat jauh dari impian, pekerjaan rutin tanpa ada tantangan. Rutin tanpa proyek besar yang bisa diukur pencampaian," jawabnya.

Kondisi Sandy yang boreout itu berlawanan dengan burnout. Jika burnout adalah syndrome karena kelelahan akibat overworked atau bekerja terus menerus.

Boreout adalah sebaliknya, kejenuhan kronis atau berkepanjangan akibat pekerjaan yang monoton atau repetitif

Persamaannya adalah keduanya menunjukkan gejala yang sama tetapi penyebabnya sangat berbeda. 

Jika burnout dipicu oleh beban berat dan target kerja yang terlalu berlebihkan, sementara boreout justru bosan dan kurangnya tantangan kerja.

Gejalanya seperti apatis, tak semangat, cemas, mudah marah, sensitif dan mudah meledak emosinya. Bahkan ada beberapa yang menarik diri dari pergaulan sosial, teman-temannya.

Apabila boreout tidak diatasi dengan baik maka terjadilah gangguan psikosomatis dan psikis yang akibatnya bisa menimbulkan kesulitan tidur, insomnia, telinga berdengin atau tinnitus, sering pusing, sakit kepala, gampang sakit perut, lemahnya sistem kekebalan tubuh dan memicu mudah terserang penyakit infeksi.

Istilah boreout lahir dari ide dari seorang konsultan perusahaan Peter R.Werder dan Philippe Rothlin. Pemicu dari boreout adalah tantangan kerja yang terlalu ringat, rendahnya minat terhadap pekerjaan yang dijalani dan bosan di tempat kerja.

Ketiga elemen itu saling berkaitan dan saling mempengaruhi.

Ketika seorang karyawan yang telah lama dan punya integritas tinggi di perusahaan tak diberikan kesempatan untuk pekerjaan yang lebih berat dan menantang, maka akan timbul kebosanan dan dia mudah terjebak dengan boreout. Akhirnya dia merasa dirinya tak bermanfaat atau gagal di tempat yang tidak bermanfaat bagi pengembangan diri.

Lalu, apa peran perusahaan? 

Jika Anda menemukan orang yang sedang mengalami krisis makna dalam bekerja dan krisis perstumbuhan, maka satu-satunya jalan adalah merubah sistem pengembangan karir dan suasana lingkungan kerja.

Ada career path dan tujuan yang bisa dicapai oleh setiap orang yang mampu menguasai dan mencapai target yang tinggi dari kemampuannya. 

Ketika orang itu berhasil, maka ada penghargaan dari perusahaan. Penghargaan berupa promosi jabatan yang otomatis kenaikan gaji.

Berbenah organisasi di perusahaan yang justru tidak memberikan kesempatan bagi karyawan yang punya kualifikasi tinggi tapi posisi yang rendah.

zetbusiness.com/boreout
zetbusiness.com/boreout

Juga untuk atmosphere atau suasana kerja yang tidak memberikan penghargaan dan apresiasi atas kinerja karyawan harus segera dirubah dan selalu mengedepankan prestasi dan kinerja karyawan untuk penghargaan.

Tegakkan diagnosis

Seberapa tepat kebosanan itu dianggap wajar dan tidak wajar. Sebenarnya tidak ada ukuran atau parameter yang pas untuk menganalisa apakah kebosanan itu tepat atau tidak.

Pola atau studi kasus yang dihadapi sesesorang yang sangat boreout, misalanya A telah bekerja 10 tahun di posisi yang sama dan tidak pernah dibeirkan kesempatan yang lebih besar untuk pekerjaan yang lebih besar tanggung jawabnya. 

Hal ini pernah terjadi di Finlandia di tahun 2014, boreout meningkat risiko pergantian karyawan, pensiun didni dan Kesehatan mental dan penilaian diri yang buruk dan stress.

Di tempat lain, di Turki juga pernah terjadi perkerja merasakan kebosanan kronis, mengalami stres dan kecemasan yang sangat tinggi. Ketika sampai di rumah, para karyawan itu sering sakit fisiknya.

Ketika kita sedang dalam covid, kasus burnout lebih menyita perhatian orang dan ilmuwan. Sementara tentang boreout tidak mendapatkan perhatian sama sekali.

International Classfication of Diseases (ICD) telah mengatakan bahwa borout belum ada batasan yang jelas standard diagnosisinya. Sebenarnya ada perbedaan antara burnout dan boreout.

Perlu diingatkan meskipun belum ada diagnosis yang jelas, kita perlu hati-hati untuk tetap memperhatikan orang yang boreout karena kondisi yang tidak kelihatan. 

Mereka itu tetap bekerja seperti biasa ke kantor, akan tetapi tidak ada semangat kerja, waktunya dihabiskan di meja kerja tanpa hal-hal yang tidak berkaitan misalnya bermain gim hingga belanja daring.

Semua tindakan yang dilakukan itu bukan karena mereka malas, tetapi justru untuk mengalihkan masalah kebosanan atau mekanisme koping.

Lebih berhati-hati bagi mereka yang punya ciri-ciri boreout dan segera atasi supaya tidak terjadi sakit mental yang berkelanjutan.

Referensi bacaan: 1 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun