Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perusahaan Terkaya RI Siap Produksi 1 Juta Kompor Listrik, Ada Apa di Balik Konversi Kompor Listrik?

24 September 2022   16:40 Diperbarui: 26 September 2022   12:40 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kompor Induksi (Dok.Forbes)-kompas.com

Awalnya adanya kebijakan Pemerintah untuk mengganti LPG 3 kg dengan listrik, masih saya anggap relevan .  Alasan utama dari subsidi yang membengkak LPG 3 kg karena permintaan lebih besar  dari  supply LPG yang notabene masih impor itu tak sebanding dengan tahun yang lalu.  Angka-angka bisa menjadi indicator bukti bahwa pergantian itu sahid ,valid dan kuat alasannya.

PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)  sedang melakukan uji coba program konversi kompor LPK ke kompor Listrik atau induksi.   Uji coba dilakukan di tiga kota besar, Denpasar , Solo dan salah satu kota di Sumatera.

Dalam uji coba itu,  1000  rumah tangga kota yang mendapat kompor industry dan alat masak dari PLN.

Kompor yang diberikan gratis itu terdiri dari dua tungku dengan daya 1.000 watt dan 1.800 watt khusus untuk mereka yang punya daya 450VA ,900 VA dan usaha mikro.

Tujuan uji coba untuk mengetahui  berapa kapasitas daya tungku yang cocok.  Bahkan Direktur PLN dalam Rapat pendapat dengan Komisi VII memaparkan  keuntungan kompor listrik.

Saya kaget mendengar usulan dari Banggar DPR untuk menaikkan daya listirk subsidi dari 450 volt ampere  menjadi 900 VA.

Anehnya usulan itu untuk menaikan daya tanpa membebankan biaya (kejanggalan).  Tanggapan PLN mengatakan akan menerapkan keputusan yang diambil bersama oleh pemerintah dan DPR.

Isu Kelebihan pasokan listrik

Ditengah gencarnya isu konversi LPG Gas jadi kompor listrik, ada isu yang hebat sekali, ternyata PLN sudah menyatakan kepada DPR bahwa mereka oversupply untuk pasokan listrik,  oversupply cukup fantastis 6 gigawatt. Angka ini akan membengkak menjadi 7,4 GW di 2023 dan 41 GW di tahun 2030.

Loh kok bisa oversupply?  Jadi PLN memiliki kontrak jual beli listrik dengan pengembang swasta yang disebut dengan  IPP, sering disebut dengan skema  Take or Pay.

Dalam skema ini PLN harus ambil semua pasokon listrik dari pembangkit listrik sesuai dengan kontrak. Jika tidak diambil PLN harus bayar, jika tidak dikenakan penalty.

Nach, ternyata oversupply inilah yang jadi masalah utama PLN.  PLN rupanya mendorong untuk peningkatan konsumsi listrik di tanah air. Sasarannya adalah mereka yang masih gunakan 450 VA untuk bisa ditingkatkan jadi 900 VA.  Hal ini untuk mengurangi oversupply PLN selama ini.

Kenapa dibebankan kepada warga kecil?

Kebijakan yang membuat oversupply ini seharusnya bukan membuat kebijakan yang lebih blunder yaitu menaikkan 450VA jadi 900 VA dan meminta  warga dengan LPG 3 kg untuk ganti kompor listrik.

Mengherankan dan membingungkan bagi rakyat kecil yang harus dibebani oleh oversupply PLN dengan biaya yang tinggi ketika konversi listrik 450V jadi 900 V  ditambah dengan penggantian kompor listrik yang notabene memang gratis, tapi setelah itu warga harus membayar listrik untuk memasak jauh lebih besar ketimbang dengan kompor gunakan gas.

Saya sedang mempelajari dengan angka berapa besarnya biaya warga yang harus bayar listrik lebih tinggi ketimbang gunakan LPG.

Namun, kebijakan ini sungguh tidak seharunya membebani warga yang sekarang ini sedang sulit keuangan dengan kenaikan BBM.

Sebaiknya PLN bisa melakukan renegosiasi untuk mengubah perjanjian agar membayar yang dipakai saja, yang tidak dipakai dikembalikan  atau ditanggung bersama..  Perlu negosiasi ulang dan IPP harus memahami bahwa oversupply bukan ditanggung rakyat yang sedang susah.

Kenapa Perusahaan -perusahaan sudah siap jual kompor listrik

Ketika uji coba belum selesai, hal yang mengusik hati adalah  menurut DIrjen  Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan elektronika mengatakan industry sudah siap menunggu kepastikan spesifikasi yang ditentukan saja.  Tahun 2023 akan diproduksi sekitar 5 juta perangkat kompor listrik.

Tiga perusahaan besar yang sudah siap mensuply kompor listrik memproduksi 1,2 juta,  300 ribu dan  memproduksi 1 juta perangkat.   Perusahaan yang lainnya juga sudah siap mensupply

Pendapat Pengguna kompor Gas  dan Listrik

Dari survey kecil-kecilan , 3 orang yang saya tanya tentang penggunaan kompor listrik untuk memasak. 

Dari segi alat-alat yang harus dibeli (di luar 1000 yang tidak disubsidi ) harganya mahal, belum lagi alat penggoreng, panci yang harus diselaraskan dengan kompor listrik induksi.   Bagi mereka yang berjualan, apakah kompor listrik bisa portable dibawa kemana-mana?

Dari segi keamanan, memang kompor listrik lebih aman, mengurangi kebakaran yang sering terjadi untuk kompor gas.

Dari segi  hasil masakan, menurut pendapat pengguna kompor listrik kurang optimal dan tidak seenak gunakan kompor bahan bakar elpiji.

Dari segi biaya bayar listrik vs biaya gas,  ini harus digali dan dihitung karena untuk beli gas elpiji gas 3 kg seharga  Rp.64.000. Sementara untuk kompor listrik , biayanya belum ditemukan karena pengguna kompor listrik sangat rendah.   Belum memastikan kompor listrik lebih murah dari LPG karena  dari segi watt kompor listrik paling sedikit penggunaannya daya 1.000 watt dan 1.800 watt, harga listrik per kwh sekarang Golongan R-1/TR daya 900 VA, Rp 1.352 per kWh. * Golongan R-1/ TR daya 1.300 VA, Rp 1.444,70 per kWh.

Pertimbangkan lebih bijak untuk konversi kompor LPG dengan kompor listrik yang dasarnya hanya oversupply dari PLN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun