Sayangnya, ketika terjadi pandemi, pendapatannya sangat turun drastis. Hal ini membuat dirinya tak mampu memberikan dana kepada ibu dan saudara-saudaranya.
Contoh lain, seorang outsourced office boy bernama Dedi Ardila berusia 28 tahun. Gaji yang diterima oleh Dedi sebesar Rp 4,4 juta per bulan.Â
Dari gaji ini, Dedi harus membagi dua yaitu Rp 2,5 juta dirinya dan dan 6 orang yang menjadi tanggungan di keluarganya. Nah, 6 orang itu adalah istri, anak, ibu dan ayah mertua serta kakak iparnya.
Sisa dari gaji itu digunakan untuk kebutuhan makan siang dan beli bensin. Di samping itu dia masih menyisihkan Rp 200 ribu untuk ibunya sendiri. Apabila ibunya minta uang Rp 500 ribu, maka seluruh dana gajinya akan habis ludes tidak bersisa. Apabila ada kebutuhan mendadak lainnya, dia terpaksa meminjam dana dari teman.Â
Jadi pola hidupnya dari pinjaman satu ke pinjaman berikutnya untuk mengkover pinjaman pertama atau sering disebut gali lubang tutup lubang.
Mungkinkah memutus mata rantai generasi sandwich?
Potret generasi sandwich yang disurvei oleh Kompas sebanyak 504 responden dari 34 provinsi menunjukkan bahwa dari total 206 juta pekerja terdapat 56 juta pekerja produktif orang Indonesia merupakan bagian dari generasi sandwich. Mereka harus menanggung anak-anak mereka, juga orangtua mereka.
Menjadi tulang punggung keluarga plus orangtua membuat beban berat bagi mereka karena dia sudah harus menanggung dua generasi yaitu generasi di bawah (anaknya) dan generasi di atas (orangtua).
Menyedihkan sekali apabila mereka juga harus menanggung adik, kakaknya yang notabene belum bekerja atau membutuhkan dana.
Bagaimana generasi sandwich bisa meng-cover semua kebutuhan hidup yang besar itu?
Mereka terpaksa kerja keras. Ada yang kerja jadi supir ojek dari jam 6- 9 pagi, lalu kerja formal di kantor dari jam 9 -17.00.
Harapannya adalah mereka bisa hidup sejahtera, mencukupkan kebutuhan keluarga.
Namun, sekali lagi apabila para sibling dan orangtua tetap jadi beban berat dari generasi sandwich, maka mata rantai generasi sandwich tak akan pernah putus.