Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dampak Kemacetan bagi Kesehatan, Materi, dan Ekologi, Apa Solusinya?

9 Agustus 2022   16:11 Diperbarui: 10 Agustus 2022   13:10 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laporan TomTom Traffic Index tersebut menyebut kemacetan di DKI Jakarta memang membaik dibandingkan dengan 2017 (Life of Pix/Pexels)

Dari hari Senin hingga Sabtu jalanan di sepanjang Jabotabek tak ada yang tak macet. Setiap kali jelang jam-jam kerja 8.30-9.30 kepadatan itu terlihat sangat memprihatinkan. Jalan tol maupun non-tol semuanya padat merayap, bahkan tersendat.

Begitu macetnya sehingga untuk menjangkau jarak tempuh yang sama misalnya 20 km, dulunya hanya 30 menit, sekarang harus menyediakan waktu untuk 1 jam dengan jarak yang sama.

Menurut TomTom, spesialis teknologi geolokasi berbasis di Belanda merilis laporan tahunannya dalam TomTom Traffic Index.

Laporan TomTom Traffic Index tersebut menyebut kemacetan di DKI Jakarta memang membaik dibandingkan dengan 2017 (peringkat ke-4 dengan kemacetan 61%).

Sementara pada tahun 2020, kemacetan turun ke level 36% dan tahun 2021 (34%). Sekarang, kemacetan tercatat di peringkat ke-46 (34%).

Dengan kamacetan yang cukup melelahkan itu, saya pernah berpikir berapa kerugian waktu, materi, dan lingkungan. Kabarnya total kerugian akibat kemacetan telah mencapai Rp71 triliun setiap tahunnya.

Dari kerugian waktu, jelas untuk pergi ke suatu tempat jika normalnya hanya 1 jam, kita harus meluangkan waktu dua kali lipatnya, 2 jam.

Bayangkan, bagi mereka yang harus ke Bandara, melewati titik-titik macet, jika waktu tinggal mepet sekali, begitu sampai di Bandara, bisa tertinggal pesawat. Perlu perhitungan yang matang untuk bisa dapat sampai ke tempat yang dituju tanpa terlambat.

Kerugian materi pasti, konsumsi energi bisa dua kali lipat jika macetnya di setiap titik bahkan sampai tol pun harus bermacet ria. Padahal harga bahan bakar sekarang sudah naik. Kerugian dari pembelian normal menjadi pembelian abnormal atau lebih mahal dari yang seharusnya. Misalnya biasa cukup dengan Rp300.000, kita bisa mengeluarkan sebanyak Rp600.000

Kerugian polusi lingkungan. Di minggu yang lalu, di sekitar Tangerang Selatan tempat tinggal saya dan teman saya di BSD, terlihatlah kabut hitam di sekitar Gedung bertingkat. Awalnya, saya menduga itu karena hari akan hujan.

Ternyata setelah mendapatkan informasi dari IQAir, Indeks kualitas udara di Tangerang Selatan 110 AQI US dengan polutan utama PM2.5. Hal ini 7.8 di atas yang ditetapkan oleh WHO. Risiko tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Particulate Matter 2.5 merupakan polutan kecil yang berbahaya bagi Kesehatan terutama paru-paru kita. Ketika sedang melakukan kegiatan di luar (misalnya olahraga) tanpa masker, maka akan membuat sesak nafas.

Apa solusi terhadap kemacetan?

Shift kerja

Untuk pekerja DKI Jakarta, siap-siap yah untuk pulang malam. Wacana untuk menggantikan jam kerja dengan shift siang-malam.

Wacana ini datangnya dari Kepolisian, Polda Metro Jaya karena kemacetan yang luar biasa. Semakin parah.

Para pejabat di kalangan Polda Metro Jaya sedang berembug dengan Gubernur DKI untuk mengatur jam kerja para pekerja di Ibu kota untuk mengurangi kemacetan.

Seorang pakar kebijakan public mengatakan bahwa solusi ini tidak menghilangkan akar masalah kemacetan. Hanya menghilangkan yang ada di permukaan. Tapi bukan itu akar masalahnya.

Meniru Kebijakan Pemerintah Singapura

Reformasi kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura untuk mengurangi kendaraan sudah dilakukan sejak tahun 2009 dengan menaikkan harga mobil berlipat ganda. Harga mobil di Singapura jauh lebih mahal ketimbang di Amerika Serikat. 

Jika memiliki mobil harus ada sistem yang mensyaratkan penawaran hak untuk memiliki dan menggunakan kendaraan selama beberapa tahun. Istilah yang dikenal dengan Certificate of entitlement.

Untuk masuk ke area tertentu seperti Orchad Road, dikenakan area licencing Schengen (ALS) dengan stiker yang dipasang untuk membatasi kuota masuk di tengah kota.

Pajak kemacetan juga dikenakan sebesar 0,50-3 Dollar Singapura per jalanan, tergantung dari lokasi bepergian. ALS ini dikenakan oleh Land Transport Authority sejak tahun 2009.

Transport umum dan jalan kaki

Ayo kita semua budayakan gunakan transportasi umum seperti KRL, Bus TransJakarta. Transportasi umum itu memang masih banyak kendalanya yaitu penuh sesak saat jam kerja, tidak ada schedule yang tepat kapan berangkat .

Namun, bagi mereka yang tak terikat dengan jam kerja, bisa memulai kegiatan dengan menumpang KRL dan Bus Transjakarta.

Saya pernah mencoba untuk naik transportasi umum di hari Sabtu. Jumlah penumpangnya belum begitu banyak seperti biasa. Berangkat dengan KRL ke kota disambung dengan taksi. Pulangnya menggunakan TransJakarta disambung kembali dengan taksi. Kendala utama adalah jadwal dan waktu tempuh yang tidak bisa dijadwalkan.

Jalan kaki

Jika jarak tempuh tujuan kita tidak terlalu jauh, pertimbangkan untuk berjalan kaki. Selain menyehatkan, jalan kaki tanpa berkendaraan mengurangi polusi udara.

Menurut sebuah penelitian dari Harvard Health Publishing mengemukakan 2 keuntungan untuk jalan kaki.

1. Mengurangi berat badan

Berjalan kaki selama hampir 1 jam dengan sangat konsisten, akan mengurangi peningkatan berat badan. Riset ini dilakukan kepada penderita 32 penderita obesitas dari 12.000 responden.

Hasilnya mereka yang melakukan secara konsisten selama satu jam sehari akan berkurang 1/2 berat badannya.

2. Meningkatkan imun

Berjalan kaki akan mendorong peningkatan fungsi imun. dan akan melindungan Anda dari flu.

Penelitian dilakukan terhadap 1.000 lelaki dan perempuan yang berjalan 20 menit sehari, 5 hari dari seminggu, 43% berkurang sakitnya dari mereka yang melakukannya seminggu sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun