Ditengah berkecamuknya perang antara Rusia dan Ukraina, Indonesia sebagai negara non-blok ingin menjadi juru damai. Â Tanpa berpihak kepada salah satu negara yang sedang perang.Â
Tujuan Pak Jokowi datang ke Ukraina dan Rusia adalah agar mereka mau menghentikan perang, paling tidak genjatan senjata. Pak Jokowi menyadari sekali akibat perang kedua negara bagi Indonesia krisis pangan dengan kenaikan harganya sangat terasa sekali.
Kedua negara adalah pengekspor gandum terbesar bagi Indonesia. Relasi hubungan Indonesia dengan Rusia sangat baik atau bersahabat. Investasi Rusia di Indonesia sejak tahun 2021 Â sejumlah USD 23,2 juta. Investasi ini termasuk kecill dibandingkan dengan lawan Rusia , Singapore, HongKong, Tiongkok, Amerika Serikat dan Jepang , total invesasinya melampaui USD 2 miliar.
Apakah misi perdamaian Bapak Jokowi akan berhasil? Â Sulit diprediksi. Â Umumnya negara yang menawarkan perdamaian, akan memberikan bantuan kepada negara yang sedang perang. Indonesia tak mampu berikan bantuan dana maupun senjata. Jadi kita tidak bisa memaksa mereka untuk berhenti perang. Â Semoga hanya berikan semangat perdamaian dapat menjadikan kedua negara mengadakan genjatan senjata.
Krisis Energi di Eropa Barat
Selayaknya tidak ada perang. Â Perang membuat semua pihak merasa dirugikan, bahkan warga kedua pihak akan merana, merasakan banyak kehilangan baik harta benda, atau orang yang dicintai.
Bukan hanya orang yang dicintai saja, ternyata perang juga merugikan pihak ketiga.
Ketika Rusia mulai menyerang Ukraina,  negara-negara Eropa yang merupakan mitra NATO mulai menyatakan sanksi kepada Rusia.  Sanksi yang dikeluarkan oleh UE (United European) itu adalah, mereka akan menghentikan 2/3 pembelian energi ke Rusia  pada akhir tahun 2022 dan menutup seluruh impor gas ke RUsia pada tahun 2027.
Blokade UE terhadap batubara Rusia akan dimulai bulan Agustus 2022 dan sebagian besar minya Rusia  enam bulan ke depan.  Usaha ini untuk mengurangi pendapatan Rusia yang didapatkan dari ekspor energi sebesar 850 juta dollar per hari.
Ancaman itu ternyata jadi boomerang bagi negara UE. Rusia tak gentar dengan ancaman. Justru sebaliknya Rusia sebagai salah satu produsen energi terbesar di dunia setelah Arab Saudi punya strategi jitu. Â Apalagi, Â Rusia sebagai pemasok energi terbesar di Eropa Barat.Â
Rusia bergerak lebih cepat dari apa yang diprediksi oleh UE.  Raksasa energi Rusia yang dikenal dengan nama Gazprom,  pekan lalu sudah  mengurangi  pasokan gas ke lima negara Eropa  dari 60% menjadi 30%.
Termasuk negara German yang selama ini sangat tergantung pemasokan dari pipa Nord Stream 1. Â BUkan hanya German yang terkena dampaknya, negara Italia, Austraia, Ceko, slowakia pun mengalami kekurangan pasokan. Â Sebelumnya Polandia, Bulgaria, Denmark, Finlandia, Perancis dan Belanda.
Alasan diplomatis yang dikemukakan oleh Rusia adalah karena adanya kesalahan teknis sehingga pasokan energi harus dikurangi.
Akibatnya pengurangan dan penghentian pasokan gas ini berdampak besar sekali dengan melambungnya harga gas ke tingkat Euro 206 (Rp.3,2 juta) per megawatt. Â Awal tahun 2021, harga gas masih sekitar 19 Eropa.
Perlu diketahui UE  sangat kelabakan mencari kekurangan pasokan gas.  Mereka biasanya membeli gas pada musim panas  dan menyimpannya untuk cadangan musim dingin.  Penyimpanan itu dilakukan di bawah tanah.
Belum lagi para industri padat seperti pembuat kaca , pabrik baja mulai merasakan dampaknya minim stok untuk pengolahan industrinya.
Semua cadangan gas penyimapan dimasukkan ke tangka di bawah tanah sebesar 57 prsen. Â Komisi Eropa saat ini menyerukan kepada German untuk menetapkan 80% cadangan di bulan Oktober dan 90% di bulan Nopember.
Upaya lain yang dilakukan oleh negara Eropa yaitu dengan mendapatkan gas yang dialirkan lewat pipa dari Norwegia dan Azerbaijan. Â Sayangnya, German tak punya terminal impor LNG , terpaksa membuat empat terminal terapung. Â Keempat terminal terapung ini akan beroperasi tahun ini.
Selain itu Negera -negara Eropa yang awal mulanya sudah mulai berfokus energi terbarukan, terpaksa Kembali lagi kepada energi bahan bakar fosil. Â Contohnya German terpaksa gunakan batubara sebagai solusi alternatif. BElanda juga gunakan tenaga batubara untuk pembangkit listrik agar dapat beroperasi penuh.
Pasar gas alam akan meningkat sebelum penutupan Nord Stream 1 pada tanggal sekitar 11-21 Juli 2022.
Itulah dampak krisis energi yang terjadi di negara-negara Eropa. Â Awal dari krisis yang dibuat atas keputusan yang tak bijaksana membuat mereka sendiri pusing untuk mengganti energi gas yang hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H