Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan Hingga Tujuh Kali, Indonesia Ancang Kuda

17 Juni 2022   21:19 Diperbarui: 18 Juni 2022   05:28 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Dewan The Federal Reserve di Washington DC, Amerika Serikat. Foto: AFP/DANIEL SLIM via Kompas.id

Yang akan terjadi sebaliknya, jika kenaikan suku bunga sampai akhir tahun mencapai 3,5 % , tentunya hal ini akan berdampak  resesi di Amerika Serikat. Jika resesi terjadi terlalu lama akan menghantam perekonomian dalam jangka Panjang juga.

Kenaikan suku bunga membuat bisnis menjadi lesu, orang tidak bisa berbisnis karena biaya suku bunga pinjaman begitu tinggi.  Demikian juga orang yang mau pinjam uang untuk sekolah (di Amerika biaya sekolah dapat meminjam) pasti dinaikkan, lalu perputaran bisnis dan kegiatan ekonomi pasti akan terdampak cukup berat.

Gedung Federal Reserve. Foto oleh CNN Money via Kompas.com
Gedung Federal Reserve. Foto oleh CNN Money via Kompas.com

Apa dampaknya bagi Indonesia?

Jika  Bank Sentral (The Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga karena inflasi yang tertinggi selama hampir 40 tahun, maka kenaikan suku bunga acuan akan ikut menggerek yield obligasi.

Seperti kita ketahui pasar obligasi di Amerika Serikat itu hebat sekali nilai marketnya. Valuasinya mencapai USD 23 triliuun. Jadi apabila pasar ini "tergoncang" maka dampaknya akan signifikan.

Pertanyaannya apakah investor asing yang membeli obligasi di pasar modal akan lari kembali ke negara Paman Sam? Mereka tentunya mengincar suku bunga yang tinggi di sana.

Namun, lagi-lagi menurut ketua Pasar Modal Indonesia mengatakan bahwa sebelum suku bunga acuan dinaikkan oleh the Fed, jumlah investor asing yang membeli obligasi Indonesia tidak begitu besar.

Demikian juga menurut Ibu Sri Mulyani, dampak dari kenaikan suku bunga acuan the Fed itu harus diperhatikan agar tidak terjadi cashflow di pasar obligasi akibat keluarganya investor asing (capital flow).  Tetapi Ibu Sri Mulyani mengatakan tak perlu khawatir karena fundamental ekonomi Indonesia saat ini kuat (export dan cadangan devisa). Cadangan devisi kita di akhir Mei 202 mencapai USD 21,51 miliar.

Hanya diperhatikan apabila kenaikan suku bunga acuan itu akan berdampak dari segi cost of fund di European Central Bank, yang merupakan keniscayaan pasti terjadi.  Inilah yang harus diperhatikan untuk kebijakan fiskal yang mempengaruhi APBN kita.   

Oleh karena itu Ibu Sri Mulyani meyakinkan kita semua bahwa kita semua harus melindungi APBN dengan mengurangi utang dan deficit yang terjadi pada tahun lalu melampai 6%.  Tahun ini diharapkan bisa turun Kembali ke 3%.

Akhirnya kita berharap yang terbaik untuk semua kebijakan yang telah dibuat oleh the Fed.  Pengaruh dan dampak global tidak menggoncang ekonomi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun