Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Inflasi Jauh Lebih Besar dari Kenaikan Gaji/UMR, Apa Solusinya?

26 Maret 2022   18:43 Diperbarui: 13 Juni 2022   17:35 1829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi inflasi lebih besar dari kenaikan gaji. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Tiga minggu sebelum Ramadan, kenaikan satu persatu harga bahan pokok sudah dapat dirasakan.  Awalnya dari kelangkaan minyak goreng. Lalu, begitu HET minyak goreng dilepas tanpa batas, tiba-tiba stock minyak goreng di toko retailer langsung penuh. Tapi harganya sudah melonjak yach, dulunya RP.16.000/per kg, ada teman yang membeli seharga Rp.50.000 dua liter artinya Rp.25.000 per liter.  Teman saya sangat terkejut sekali menanyakan kepada saya kenapa bisa naik hamper 100%.

Kenaikan disusul dengan bahan pokok yang lainnya, telur menjadi Rp.26.000 per kg, dulunya Rp.20.000/per kg, belum lagi bawang merah, bawah putih, cabai, daging.

Gas 12 kg yang awalnya Rp.175.000 sekarang sudah naik menjadi Rp.195.000.  Terus terang ini sangat memberatkan, bagi saya ngga bisa ngirit gas karena masak itu jadi segi harga lebih murah ketimbang beli makanan dari luar, juga dari segi sehat, lebih baik masak sendiri.

Pemerintah sedang ancang-ancang untuk menaikkan Pertamax.  Jika kenaikan Pertamax sekitar Rp.500 , semua komponen yang menggunakan pertamax, transportasi online, transportasi taxi, dan transportasi untuk distribusi bahan pangan akan menimbulkan dampak kenaikan yang luas .

Dari data Badan Pusat Statistik , saya belum mendapatkan data inflasi terbaru, tetapi saya mendapatkan data dari DataKata bahwa inflasi bulan Februari : 2,06%  sedangkan Maret (masih berlangsung) sudah mendekati 2,545. 

Sementara pemerintah DKI telah menentukan kenaikan upah minimum hanya 1.09%.  Apakah dengan kenaikan UMR 1.09% bisa menutupi inflasi yang telah mendekati 2.545%.  Tingkat inflasi akan mempengaruhi daya beli masyarakat terutama menenengah ke bawah.  

Buat ibu rumah tangga yang tugasnya belanja kebutuhan sehari-hari, tentunya kenaikan ini membuat pusing kepala.  Pendapatan tetap tapi pengeluaran melambung dan meningkat cukup tinggi.

Beberapa hari ini ketika masuk ke pasar tradisional, sering terdengar keluh kesah pembelanja yang terdiri dari ibu-ibu, "uang ngga cukup lagi untuk belanja , biasanya beli bawang cukup Rp.10.000 sekarang harus tambah lagi.   Dari pada tiap hari "tekor" (rugi) belanja melebihi budget, lebih baik  jumlah belanjaannya dikurangi saja.

Sungguh ironi  menggeliatnya ekonomi untuk permintaan makanan selalu diikuti kenaikan harga bahan pangan lebih cepat dari kenaikan gaji itu sendiri .

dokpri-ANTARAFOTO diolah dengan canva.com
dokpri-ANTARAFOTO diolah dengan canva.com

Hanya memikirkan kenaikan harga tanpa ada solusi menambah beban pikiran . Berpikir berat nantinya akan menimbulkan sakit mental atau sakit fisik.

Lebih baik mencari jalan keluar yang praktis apa yang bisa dilakukan untuk bisa menutupi kenaikan harga kebutuhan pokok.

Berikut ini beberapa solusi yang dapat kita lakukan:

1.Mencari substitusi pengganti bahan makanan

Makanan yang biasanya kita goreng, lebih baik dipikirkan untuk menggantinya dengan dikukus, direbus atau dipepes. Contohnya ikan biasanya digoreng , sekarang dibuat pepes atau ditim (dikukus). 

Buat menu-menu baru yang lebih sehat tanpa goreng.  Ikan dibakar atau digulai menjadi pilihan pengganti dari ikan goreng

2.Mengurangi jumlah kuantitas tapi tidak mengubah kualitas

Harga bahan bumbu yang naik cukup drastic, misalnya Lombok ,bawang merah, bawang putih, tentunya harus disiasati dengan cara mengurangi pembeliannya dan penggunaannya. Biasanya sekali beli Rp.10.000 dapat l/4 kg, sekarang tetap beli Rp.10.000 tetapi pasti tidak mendapatkan jumlah yang sama , kurang dari l/4 kg.

Adakalanya saya sering mengganti bumbu yang sudah dikemas untuk beberapa masakan seperti soto, capjay, tempe, sup sehingga saya tak perlu lagi beli bumbu yang fresh.

3.Mencari penghasilan tambahan

Bagi ibu-ibu yang punya keahlian untuk memasak, membuat craft, dapat menggunakan kesempatan untuk mencoba usaha kecil-kecilan.  Contohnya membuat makanan ringan yang dititipkan di lapak pangan kecil , atau menerima pesanan kue-kue Lebaran.  Bagi yang hobi kreativitas dan menjahit, bisa buat berbagi pernak Pernik misalnya kain perca yang dibuat untuk serbet atau apron masak yang menarik dan kece.

4.Menjadi Affiliate atau influencer

BUkan hanya ibu-ibu saja yang mencari tambahan penghasilan, bapak-bapak atau pria pun dapat melakukan dengan adanya kesempatan jadi affiliate produk atau influencer brand tertentu, endorsement

Tidak mudah, tapi pasti ada kesempatan jika mau.   Sekarang ini banyak sekali tawaran untuk marketing dengan cara affiliate dan influencer.

5. Petisi Suara Ibu Peduli Harga

petisi.org.com
petisi.org.com

Saya berkesempatan untuk partisipasi untuk petisi kepada Bapak Presiden, Turunkan Harga Minyak goreng dan Kebuthan Pokok lainnya yang diadakan oleh change.org.

Dampaknya belum bisa dipastikan karena jumlah peserta harus 1.000 dan haislnya belum pasti ada perhatian dari pihak kepresidenan.  Tetapi ada aspirasi yang perlu kita suarakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun