Tiga minggu sebelum Ramadan, kenaikan satu persatu harga bahan pokok sudah dapat dirasakan. Â Awalnya dari kelangkaan minyak goreng. Lalu, begitu HET minyak goreng dilepas tanpa batas, tiba-tiba stock minyak goreng di toko retailer langsung penuh. Tapi harganya sudah melonjak yach, dulunya RP.16.000/per kg, ada teman yang membeli seharga Rp.50.000 dua liter artinya Rp.25.000 per liter. Â Teman saya sangat terkejut sekali menanyakan kepada saya kenapa bisa naik hamper 100%.
Kenaikan disusul dengan bahan pokok yang lainnya, telur menjadi Rp.26.000 per kg, dulunya Rp.20.000/per kg, belum lagi bawang merah, bawah putih, cabai, daging.
Gas 12 kg yang awalnya Rp.175.000 sekarang sudah naik menjadi Rp.195.000. Â Terus terang ini sangat memberatkan, bagi saya ngga bisa ngirit gas karena masak itu jadi segi harga lebih murah ketimbang beli makanan dari luar, juga dari segi sehat, lebih baik masak sendiri.
Pemerintah sedang ancang-ancang untuk menaikkan Pertamax. Â Jika kenaikan Pertamax sekitar Rp.500 , semua komponen yang menggunakan pertamax, transportasi online, transportasi taxi, dan transportasi untuk distribusi bahan pangan akan menimbulkan dampak kenaikan yang luas .
Dari data Badan Pusat Statistik , saya belum mendapatkan data inflasi terbaru, tetapi saya mendapatkan data dari DataKata bahwa inflasi bulan Februari : 2,06% Â sedangkan Maret (masih berlangsung) sudah mendekati 2,545.Â
Sementara pemerintah DKI telah menentukan kenaikan upah minimum hanya 1.09%. Â Apakah dengan kenaikan UMR 1.09% bisa menutupi inflasi yang telah mendekati 2.545%. Â Tingkat inflasi akan mempengaruhi daya beli masyarakat terutama menenengah ke bawah. Â
Buat ibu rumah tangga yang tugasnya belanja kebutuhan sehari-hari, tentunya kenaikan ini membuat pusing kepala. Â Pendapatan tetap tapi pengeluaran melambung dan meningkat cukup tinggi.
Beberapa hari ini ketika masuk ke pasar tradisional, sering terdengar keluh kesah pembelanja yang terdiri dari ibu-ibu, "uang ngga cukup lagi untuk belanja , biasanya beli bawang cukup Rp.10.000 sekarang harus tambah lagi.  Dari pada tiap hari "tekor" (rugi) belanja melebihi budget, lebih baik  jumlah belanjaannya dikurangi saja.
Sungguh ironi  menggeliatnya ekonomi untuk permintaan makanan selalu diikuti kenaikan harga bahan pangan lebih cepat dari kenaikan gaji itu sendiri .