Begitu saya melihat satu foto  sebuah mesin tik manual berwarna biru, memori saya pun flash back beberapa tahun silam.
Ketika saya masih duduk di SMP, ada kurikulum extra kurikuler untuk belajar mengetik. Â Awalnya, saya tak tertarik untuk belajar mengetik karena saya tak mengetahui apa manfaatnya belajar mengetik.
Begitu tanggal terakhir pendaftaran sudah dekat, saya bingung karena belum mendaftar satu pun pelajaran ekskul.  Tanpa pikir panjang, segeralah saya mendaftar  pelajaran mengetik.
Pelajaran pertama yang diperkenalkan adalah meletakkan sepuluh jari di bagian baris kedua keyboard (bagian huruf  A, S D, F,G, H, J,K, L  ).  Tanpa boleh melihat kepada huruf-huruf yang tertera di mesin tik itu, saya harus menatap ke papan tulis di depan.
Di depan papan tulis ada sederet kata-kata yang harus diketik, padahal saya juga belum hafal bagaimana mulai mengetiknya.
Kesalahan saya, saya berulang-ulang melihat huruf di keyboard. Â Guru segera menghampiri saya. Â "Ayo, kamu konsentrasi di depan papan tulis bukan lihat papan di mesin ketik".
Begitu teguran itu, bukannya saya cepat bereaksi membaik, bahkan, saya "grogi", menghafal huruf-huruf yang ada di tuts papan mesin .
Beruntung tiap pulang dari pelajaran mengetik di sekolah, saya  dapat melatih mengetik di rumah .  Saya minta izin kepada ayah saya yang punya mesin tik "jadul" berwarna  hitam itu.  Saya pinjam mesin tiknya untuk latihan.  Tiap kali latihan, saya mencari selembar bacaan  baik itu dari koran atau dari buku .
Lembaran itu sebagai bahan ketikan saya. Â Setelah selesai mengetik, segera saya periksa hasilnya. Â Wah, masih banyak salah ketik. Diulang-diulang sampai hasil ketikan bersih dari kesalahan ketik.
Ternyata  Pak Guru yang mengajar  mengetik itu  memiliki persyaratan khusus  agar mengetik harus cepat, saya harus berhasil mengetik  sekian ratus kata dalam lima menit. Â
Begitu  mendengar ketokan palu di meja, tanda mulai mengetik, bergegas saya segera mengetik, wah  saya berpacu dalam ketikan.  Tidak boleh berhenti, jika merasa ada kesalahan, dibiarkan saja, terus maju tanpa boleh berhenti sama sekali.
Kecepatan pengetikan dan ketelitian tanpa salah itu jadi patokan  kelulusan mengetik.
Itulah sedikit memori dari belajar mengetik. Â Â Saya tak pernah menyesal untuk belajar mengetik karena sekarang setiap kali mengetik artikel-artikel yang saya buat, saya sudah lancar dan tanpa perlu melihat huruf di keyboard.
Mengetik dengan 10 jari jauh lebih cepat ketimbang mengetik 2 jari saja. Â Ini saya buktikan dengan anak saya yang belum pernah belajar mengetik resmi. Dia selalu menggunakan dua jari ketika membuat laporan atau apa pun di mesin komputernya.
Menghargai memori dan melihat apa yang terjadi dibalik layar
Senin , tanggal  27 September 2021, ada peresmian peletakkan patung tembaga dua pendiri Kompas Gramedia di depan halaman depan Bentara Budaya Jakarta.
Seperti yang kita kenal, dua pendiri  Kompas Gramedia, patung setengah badan  PK Ojong dan Jakob Oetama diletakkan bersisian .  Tepat pada tanggal 27 September itulah hari lahir Jakob Oetama yang meninggal pada tanggal 9 September 2020.
Patung Jakob Oetama dibuat oleh perupa realis Bernama Azmir Azhari  sekitar tiga bulan terakhir . Sementara patung PK Ojong sudah ada sejak tahun 1987 atau tujuh tahun sejak beliau meninggal dunia.
Dibenak saya tersembunyi pertanyaan mengapa  di depan Gedung ada dua patung pendirinya. Apakah  itu sekedar untuk pengingat saja bagi mereka yang belum sempat kenal?  Memori tidak dapat digantikan oleh apa pun.  Untuk membangun memori yang kita jalani, khususnya tokoh pendiri Kompas Gramedia, pasti diperlukan pengganti dari tokoh itu yaitu patung-patung.
Patung yang mencerminkan kepribadian dari pemiliknya , meskipun keduanya memakai kacamata berbingkai tebal, tetapi perbedaan kepribadian yaitu PK Ojong menatap ke atas sementara Jakob Oetama menatap ke bawah. PK Ojong  rambutnya klimis sementara Jakob Oetama terurai gondrong.
Dalam hal tanaman pun mereka juga berbeda, PK Ojong penggemar tanaman bougenville sementara Jakob Oetama penggemar anggrek bulan.
Memori yang ingin ditanamkan kepada para generasi penerusnya adalah betapa keduanya berbeda tetapi mereka itu saling melengkapi untuk kemajuan.
Manfaat Memori
Tentu kita tak perlu berpaku pada memori masa lalu. Tetapi tanpa memori yang sebenarnya punya nilai penting bagi masa depan, kita tak punya pijakan untuk berkembang secara matang.
1.Memori membatu kita mementuk identitas
Ingatan kita pasti berkesinambungan, kita adalah manusia masa lalu, dan sekarang. Â Ingatan detail itu juga penting tentang siapa kita dan kita ingin menjadi seperti apa.
2.Memori memantu kita memecahkan masalah
Memori selalu membantu kita apabila kita punya masalah baik kecil, maupun besar. Adanya pembelajaran di masa lalu, Â Memori punya peran untuk memecahkan masalah yang sedang kita hadapi dan bagaimana memecahkannya , dikaitkan juga dengan pengalaman masa lalu.
3. Memori membantu mengikatkan diri dalam sosial budaya
Sebagai individu, kita tidak terlepas untuk hidup ditengah masyarakat. Nach kita pun perlu berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lainnya.
Dalam budaya barat , kenangan yang panjang, spesifik, terperinci dan fokus pada seorang individu.
Dalam budaya Asia timur, orang cenderung berfokus pada interaksi sosial dan orang terdekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H