Ia menganggap kita masih  bersalah karena perkataan itu menghina atau mengecilkan dirinya.
Diharapkan dengan pertemuan dengan kepala dingin  dan penjelasan yang  terang  benderang atau dapat juga melalui pihak ketiga yang tidak memihak siapa pun, maka kita dapat mengklalrifikasi masalah yang kecil tapi jadi besar.
 Apabila masih ada juga  orang yang  tidak  terbuka atas kesalahannya, tidak mau mengakui kesalahanya.  Mengganggap orang lain yang lain bersalah.  Terus mendendam dan bahkan menganggap  pihak saya sebagai orang yang jahat.  Saya tidak dapat merubah orang lain dengan paradigmanya yang masih menganggap saya tetap bersalah.
 Bagi saya , beban hidup itu sudah berat. Kenapa harus terus dipikul apabila kita tidak memaafkan?  .  Saya tidak mau membawa beban berat terus ke dalam hidup saya.  Ketika sudah mengetahui bahwa Allah itu Maha Pengampun, maka saya pun sudah mengampuni orang yang bersalah.
Keyakinan  sepenuhnya bahwa Allah itu pengasih  dan Maha Pengampun, saya sudah mohon ampun dan pasti  Allah mengampuni dosa saya.
Begitu pengampunan diberikan, apa yang terjadi? Â Semuanya begitu lega, hati merasa damai sejahtera dan terlelpas dari genggaman rasa bersalah.
Perasaan "release" itu tak pernah bisa diceriterakan. Benar-benar lega dan saya pun bisa menatap masa depan saya dengan lebih baik.
Menatap masa depan tanpa beban yang berat itu jauh lebih ringan karena kita bisa meluangkan waktu dan bekerja secara aktif, produktif tanpa terhalang hal-hal yang seharusnya tidak terjadi.
Pada kesempatan yang baik ini, tepat pada hari Lebaran, tentu saja, saya juga mengharapkan maaf dari orang lain. Â Apabila ada kesalahan dalam penulisan saya yang membuat Anda merasa terganggu atau terusik, terus terang saya tidak bermaksud mengusik.
So, time to Forgive  and ask for forgivess Minal Aidin Wal Faidzin, Maaf Lahir Batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H