Setiap jelang Ramadan , harga pangan  untuk kebutuhan makan seperti daging sapi, telor , mulai merangkak naik. Padahal saya ingat betul kala itu masih 2 minggu sebelum Ramadan.
Saya suka bingung apa penyebabnya semua kebutuhan dasar itu naik saat Ramadan? Â Apakah ini kurangnya pasokan gara-gara permintaan banyak sekali.
Apakah ini karena ulah pedagang yang ingin mendapatkan keuntungan dari pembeli karena kenaikan yang cukup signifikan.
Ternyata menurut Pengamat Pertanian Khudori, Â hal-hal dasar yang mempengaruhi harga pangan saat Ramadan adalah ketersediaan bahan pokok, pengaturan harga, dan pengawasan distribusi.
Sayangnya, ketiganya itu tak berjalan dengan baik sehingga membuat kenaikan harga komoditas yang setiap tahun terjadi jelang Ramadan.
Nach, kenaikan harga pangan ini tentunya mempengaruhi budget belanja ibu-ibu yang setiap hari berkutat dengan belanja untuk konsumsi rumah tangga.
Hampir dipastikan konsumsi rumah tangga di bulan Ramadan itu lebih besar ketimbang hari biasanya. Hal ini membuat budget jadi over budget.
Lalu gimana kita menyiasati over budget dari keuangan yang belum stabil selama pandemi?
1.Tentukan pemasukan vs pengeluaran
Sebelum Ramadan tiba, sebaiknya kita buat perhitungan berapa biasanya kita belanja tiap hari, misalnya kita belanja Rp.100.000 per hari, dengan adanya kenaikan harga bahan pokok, kita perkirakan dulu menjadi Rp.1250.000 per hari, lalu kita total biaya makan/konsumsi  dalam bulan Ramadan (separuh masuk ke bulan April dan separuh masuk ke bulan Mei).
Jika peningkatan biaya itu melebihi dari 30% dari budget yang kita alokasikan untuk makan tiap bulan, maka kita harus hitung kembali  agar pengeluaran belanja tiap hari harus sesuai dengan pendapatan dan alokasi seperti semula.
2. Jangan Gunakan THR untuk barang konsumtif
Bagi sebagian besar kita yang beruntung mendapatkan THR, sebaiknya kita atur manfaat THR . Â THR itu digunakan untuk biaya pada saat Lebaran.
Artinya konsumsi Lebaran (makanan+pakaian khusus Lebaran), membayar zakat, membayar pegawai (supir, ART) dan sisanya untuk biaya tak terduga saat lebaran, jika sisa tentunya lebih baik untuk investasi.
Agar kita tidak terjebak untuk menggunakan THR untuk konsumsi Ramadan, sebaiknya begitu menerima, kita alokasikan dalam amplop atau dihitung secara cermat pengeluaran khusus Lebaran.
3. Extra pengeluaran, extra pendapatan
Bagi yang tak mendapatkan THR, perlu memastikan diri agar mendapatkan extra pendapatan sebelum mengeluarkan extra pengeluaran.
Logikanya adalah karena tidak ada pendapatan extra (tidak ada THR), seharusnya pengeluaran tidak boleh melebihi dari normalnya.
Lalu, jika ingin membeli makanan, pakaian untuk menyambut Lebaran, sebaiknya mencari solusi bagaimana kita bekerja cari tambahan uang agar nantinya kita tidak berhutang
4. Jangan berhutang
Kebiasaan yang tidak sehat untuk menambal penghasilan yang tak seimbang dengan pengeluaran adalah berhutang.
Berhutang bukan untuk konsumsi, tetapi untuk hal yang produktif.
Apabila kita terdesak untuk berhutang, berpikir berpuluh kali apakah kita dapat membayar hutang itu karena hutang dengan principal dan bunga itu harus dibayar. Jika gagal  bayar pasti akan mendapatkan penalty yang cukup besar nilainya.
Selamatkan neraca rumah tangga dengan mengatur keuangan Ramadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H