Mempersiapkan diri sebelum Ramadan baik fisik, lahir batin . Â Jika fisik, tentunya kita perlu jaga stamina untuk bisa puasa dengan baik. Â Di musim pandemi ini perlu banget memperhatikan Kesehatan tubuh saat puasa. Â Jangan terlalu Lelah, vitamin dan makanan bernutrisi dan bergizi tinggi harus dikonsumsi.
Nach, bagaimana dengan persiapan emosi?  Sebaiknya kita mulai dengan membuang energi negatif yang masih kita simpan .  Mengapa banyak  orang yang menyimpan energi negatif masa lalu.   Padahal menyimpan sesuatu yang negatif terus menerus  itu sama sekali tidak bermanfaat.  Jika ada pemicunya sedikit, langsung kita jadi marah-marah.Â
Marah-marah yang berkepanjangan akan menimbulkan beberapa penyakit jiwa seperti psikomatis: dalam bentuk migrain, vertigo, asam lambung naik, asma; Â depression: Â merasa bersalah (self-blaming) dan menyesal yang berkepanjangan; spirit yang tidak terknoneks, merasa hampa
Menurut Ibu Diah Mahmoed, Â seorang psikolog, dalam anger management, Â seseorang yang marah baik itu bertipe anger in (marahnya dengan bersikap diam diri) Â atau anger out (langsung meledak-ledak tanpa melihat situasi) Â adalah sikap yang tidak baik.
Seseorang harus mampu mengolah kemarahan dengan baik, disebut dengan "assertive".  Bagaimana sikap assertive itu?  Ketika kemarahan mulai timbul karena merasa tidak sesuai dengan ekstasi atau kesalahan orang lain maupun diri sendiri yang tak sesuai dengan kenyataan, maka  kita semua harus bisa berpikir dalam hitungan detik,  apa dan mengapa saya marah?  Setelah itu ambil nafas dengan hitungan tiga detik, pasti marah yang ke luar akan berbeda.  Bukan dengan kata-kata kotor maupun dengan tubuh yang digoncangkan, tetapi dengan kata-kata yang cukup assertif: "Kondisi ini tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan, jika saya diperbolehkan untuk bicara saya akan mengatakan........"
Kembali kepada trauma atau luka yang disebabkan oleh parenting, pasangan, maupun lingkungan , apabila ransel beban itu kita bawa terus dari masa lalu hingga kini, siapa yang akan dirugikan?
Kita masih merasakan kesepian,patah hati, sakit marah, penyakit mental, marah terhadap orang yang menyakit hati kita baik itu orang tua , teman, pasangan, maupun orang terdekat lainnya.
Ketika semua energi negative itu tidak kita lepaskan dan kita pikul sendiri, apa yang terjadi?  Orang sering melihat kita  jadi orang yang berat hatinya, mudah marah, mudah tersinggung,  bahkan sering anak jadi pelampisan kemarahan kita yang kesal dengan pasangan.
Melepaskan anger in atau anger out perlu management anger yang tepat  sehingga response kita terhadap orang lain pun baik, artinya orang lain menyakiti kita, kita  membalas sakit hati kita dengan kata-kata yang kasar.
 Mari, sebelum masuk ke Ramadan, kita lepaskan semua beban berat itu agar kita memasuki Ramadhan ini dengan lega dan memperoleh kemenangan mental.
Caranya bagaimana?
Ada konsep yang diberikan oleh dandiah_consultant dikenal dengan konsep stage 4A.
Awareness:  Menyadari siapa yang menyakiti hati kita ?  Luka apa yang kita masih belum lepaskan.  Contohnya:  saya tidak menyukai ibu saya yang memperlakukan pembedaan dengan kakak saya.  Beliau sering mengatakan: "Kamu bodoh, tidak bisa pandai seperti kakakmu!" Artinya kita masih merasa sakit hati terhadap perkataan ibu yang tidak adil.
Accept: Menerima perasaan diri sendiri yang galau, kesal, marah.  Setiap orang yang kesal, sakit hati  atau sedih itu adalah normal.  Tidak perlu menghakimi diri sendiri atau justru menyembunyikan diri.Â
Dalam pelatihan yang diadakan, kita sekalian bisa mengidentifikasi perasaan dan emosi yang timbul dan tumpahkan perasaan itu di tempat atau ruang tersembunyi tanpa ada orang lain yang mendengar.
Allow:Â setelah mengindetifikasi, biarkan kita menyalurkan kekesalan itu dengan penyaluran yang tepat, misalnya menangis keras-keras, mengeluh atau memukul bantal sebagai saluran kekesalan. Hal ini dilakukan di ruang tertutup tanpa diketahui oleh siapa pun
Forgiving : merupakan pelepasan, body, mind dan soul.  Dengan kesadaran penuh dari jiwa, perasaan dan pikiran, kita mulai memaafkan orang yang pernah melukai diri kita.  Boleh dengan menangis, meratap atau sampai yang merasa "pengin muntah".  Semuanya dilepaskan untuk tidak kembali lagi.Â
Bagaimana setelah Latihan 4A dilakukan? Â Ternyata , merasakan kelegaan total yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.
Dengan kelegaan itu ransel beban kamu jadi ringan, puasa pun dapat dilakukan dengan sangat mudah. Â Sambut Ramadan dengan detoks emosi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H