Justru orang tua mulai pendidikan literasi digital sejak anak itu kecil sebagai dasar dari pendidikan  Perlu diketahui sebelum mengenal literasi digital pun, orang tua harus mengerti makna pendidikan.
Pendidikan itu bermakna integratif dan komprehensif, aspek materi dan non materi.. Keberhasilannya bukan dilihat secara kognitif saja (pengetahuan) tapi tiga ranah yaitu, kognitif, kecerdasan mekanit atau otot, juga afektif .  Ketiga aspek itu harus seimbang, tidak hanya mementingkan kalitas pikiran saja, tapi juga menyangkut etika dan  kecerdasan mekanik/otot.  Â
Dengan demikian kita tidak menitik beratkan keberhasilan pengetahuan/kognitif atau afektif atau psikomotorik saja, tetapi ketiganya harus seimbang.
Namun, menurut Jean Piaget, teori perkembangan kognitif itu bukan  diikuti dengan perkembangan kemanusiaan, yaitu perkembangan dan kemampuan untuk memperhatikan perkembangan dinamika yang terjadi di masyarakat.Â
Salah satunya adalah kompleksnya perkembangan teknologi yang kita sebut dengan digital. Â Dinamika pendidikan teknologi itu mempengaruhi sosial dimana warga dituntut untuk ramai-ramai memiliki gadget untuk bisa mengakses internet .
Internet yang penuh dengan konten yang bermacam-macam itu bagi seorang anak kecil yang masih belum mengetahui bahayanya, perlu dicermati oleh orang tua.
Orang tua tidak memindahkan tanggung jawab pembelajaran atau pendidikan kepada sekolah, guru saja, tetapi justru di rumah tangga itulah terletak dasar pendidikan awal yang mampu mengarahkan semua pendidikan yang komprehensif menjadi terarah.
Cegah Radikalisme melalui pendidikan literasi digital
Cara pengelolaan digital literasi dari orang tua (digital maker) kepada anak (digital smarter) perlu bijak dan sesuai dengan tugas orangtua untuk membimbing penggunaan dan mengenal teknologi digital yang sudah merebak di seluruh  Indonesia.
Tugas-tugas literasi digital orang tua
1.Orang tua harus menambah pengetahuan tentang fitur dan cara pengoperasian teknologi digital