Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Banjir" Bermakna Ganda, Kerugian dan Kebahagiaan

24 Februari 2021   19:32 Diperbarui: 24 Februari 2021   19:45 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: RegionalKompas.com

Pada tanggal 19 Februari 2021 malam hujan deras tanpa henti bahkan boleh dikatakan hujan ekstrem menurut istilah BMKG, membuat beberapa daerah di Tanah Air seperti Semarang, Pati, Kudus, Jakarta , Karawang serta Kabupaten Hulu Sungai mengalami bencana banjir.

Ada yang mengatakan banjir kali ini bukan banjir lima tahunan tapi boleh dikatakan tahunan. Bahkan tinggi air yang masuk ke dalam rumah (menurut teman dan keluarga yang rumahnya kebanjiran) lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Bencana banjir tak hanya mengenal daerah kumuh saja, tetapi tempat atau Kawasan elite tempat orang kaya tinggal seperti di Kawasan KEmang pun tak luput dari banjir.

Jakarta sudah dikenal dengan kota banjir . Dialiri 10 sungai yang semuanya tak terawat baik, drainase yang tak dijaga , bahkan penurunan tanah juga sudah terjadi. 26 titik kena banjir pada hari Sabtu pagi buta tanggal 20 Pebruari 2021.

Orang-orang yang punya bisnis resto daerah Kemang, yang awalnya sudah dipesan untuk suatu event tertentu dan mengundang orang-orang, terpaksa berantakan dibatalkan karena tempat resto sendiri sudah dipenuhi air kecoklatan di dalam maupun luar ruangan, meja dan kursi tamu pun harus dipindahkan dan disusun agar tidak makin kotor kena percikan air banjir.

Belum lagi mobil-mobil yang terendam air banjir, tentunya akan membuat rusak mesin mobilnya.

Dalam kondisi sulit itu warga bahu membahu mengatasi kesulitan, sambil menunggu air surut. Ada yang memberikan tempat penampungan sementara bagi tetangganya. Ada juga yang merelakan untuk warga tetangga untuk evakuasi dulu ketimbang dirinya karena dirinya masih memiliki rumah bertingkat dua sehingga dia masih bisa tinggal di rumah berlantai dua itu.

Bukan di Jakarta saja, banjir juga terjadi di Kalimantan Selatan. Seorang anak perempuan bernama Lia, asli Dayak dari KAbupaten Hulu Sungai Sungai Tengah, kalimatan Selatan, sekarang harus hidup sebatang kara.

Orangtua dan kakaknya meninggal karena banjir bandang yang melanda Kalsel . Membayangkan betapa sedihnay seorang anak perempuan berusia 6 tahun harus hidup sendiir. Banjir bandang di Kalimatan selatan ini diketahui karena faktor-faktor kerusakan lingkungan hidup. Bulan Mei 2020, 17000 hekatar hutan diizinkan untuk diubah fungsinya menjadi perkebunan sawit. Sementara ratusan hektar lainnya dibuka dan dirubah menjadi tambang batu bara .

Kesimpulannya makna banjir yang sesungguhnya itu menimbulkan banyak kerugian bagi orang tertimpa banjir. Kerugian bukan hanya soal materi, tapi juga nyawa bahkan Kesehatan. Dalam kondisi covid-19, orang yang tertimpa banjir itu harus mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman tanpa protocol Kesehatan sama sekali.

Sumber: RegionalKompas.com
Sumber: RegionalKompas.com
Namun, ada sisi lain selain banjir air, yaitu banjir "uang" di desa Sumurgeneng. Video viral yang memperlihatkan kepada kita membanjirnya 176 mobil baru di desa Sumurgeneng.

Wah luar biasa, kedatangan m176 mobil yang didatangkan dan dimasukkan ke truk towing dari Gresik dan Surbaya secara bersamaan itu dikawal oleh polisi.

Di desa Sumurgeneneng itu lokasinya di Kecamatan Jenu, Kabupaten Jawa timur. Warga des aitu secara Bersama-sama membeli mobil baru tidak hanya satu karena mereka baaru saja mendapat pencairan dana dari penjualan atas tanahnya.

Dari 840 keluarga di Desa Sumurgenteng, 225 keluarga telah melepas tanah mereka untuk proyek Pertamina -Rosnef berupa grass root refinery.

Pembebasan tanah seharga Rp.600.000 -Rp.800.000 per meter itu membuat tiap warga bisa mengantongi Rp.8 milyar sebagai hasil penjualannya.

Kaya mendadak itulah judul dari banjir uang yang baru saja mereka peroleh, tidak mengetahui apa yang harus dibelanjakan, mereka membeli mobil Bersama-sama.

Salah seorang warga desa bernama Tain (38) berhasil mendapatkan dana sebesar Rp.9,7 miliar. Dia tidak membelanjakan uangnya untuk membeli mobil tapi digunakan untuk membeli tanah.

Ternyata yang kebanjiran uang bukan hanya warga di Sumur genteng saja, tetapi juga di desa Kawungsari, Kuningan,Jawa Barat juga mendapatkan rejeki banjir uang dari hasil penjualan tanahnya untuk waduk kuningan. Kali ini pilihan dari warga Kawungsari dengan memborong kendaraan bermotor. MEreka semua memborong 300 kendaraan bermotor baik itu sepeda motor maupun membeli mobil.

Dua peristiwa dalam kurun yang sama , satu banjir air dan satu banjir uang, menimbulkan efek yang beda, banjir air menimbulkan kesedihan, pilu dan kerugian material, sementara yang banjir uang menimbulkan kegembiraan, kesenangan dan membeli banyak mobil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun