Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Swab Test Itu Mengaduk-aduk Perasaan dan Pikiranku

24 Oktober 2020   15:37 Diperbarui: 24 Oktober 2020   15:50 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya memposting di media sosial bagaimana proses swab test, banyak teman-teman saya bertanya tentang swab test, apakah sakit, mengapa harus swab test dan lain-lainnya.

Terus terang, saya belum pernah rapid,  PCR atau Swab test.  Saya menganggap bahwa semua test itu perlu apabila saya telah kontak dengan orang yang terkena Covid-19.  Padahal, sekarang ini banyak sekali OTG yang tidak pernah kita sangka datang ke rumah atau saya bersentuhan dengan mereka yang statusnya OTG.

Dari pihak portal Indonesia.Go.ID pun mengatakan dengan jelas bahwa test swab memiliki akurtasi yang tepat untuk mendeteksi infeksi akibat virus corona. Waktu yang dianjukan untuk melakukan test swab adalah dua hari setelah seseorang dalam kondisi tertentu menderita batuk, demam, atau sesak napas.

Lalu, mengapa saya harus melakukan swab test yang dilakukan di pos satpam RT 002 , di tempat kediaman saya pada hari Jumat, tanggal 23 Oktober 2020 yang lalu.

Saya tidak memiliki gejala-gejala covid-19 seperti demam tinggi, batuk, sakit perut, sesak nafas, sakit tenggorokan.   Tetapi salah satu tetangga saya , suaminya sudah punya gejala itu, demannya tinggi, dan sakit batuknya hingga berdahak darah, akhirnya dibawa ke rumah sakit dan langsung suspek covid-19.

Tidak berapa lama kemudian, setelah melapor kepada RT setempat, seluruh keluarga, baik istri, anak, dan cucu pun harus test swab.   Ternyata istrinya yang kebetulan sudah dalam kondisi stroke ringan memiliki gejala sesak nafas.  Istri dari tetangga ini segera dilarikan ke rumah sakit karena ada komplikasi dengan penyakit bawaannya yaitu diabet.  

Tak lama setelah kejadian itu, RT saya yang merupakan petugas gugus TUgas Covid-19 pun bertindak sangat cepat.  Dia melaporkan kepada KEluruahan dan kepada Puskesmas.   Lalu, setelah ada pengecekan dan verifikasi langsung, petugas kesehatan pun memerintahkan kepada RT untuk mengadakan test swab untuk warga , paling sedikit 1 orang untuk satu keluarga.

Awalnya, perasaan saya tidak merasa khawatir sama sekali karena saya tidka pernah bersentuhan atau kontak langsung.  Saya hanya datang ke rumah bersangkutan untuk memberikan makanan yang saat itu istri berada di rumah sakit karena stroke, sedangkan suaminya masih belum suspect.

Setelah dekat dengan hari H atau tepatnya 1 hari sebelum hari Jumat, saya kok merasa makin khawatir tentang proses swab test.

Pikiran yang sempat mendera dalam kalbu adalah nanti jika orang yang datang di tempat test swab itu begitu banyak dan tidak diatur jam kedatangan dan jika ternyata diantara mereka  adalah OTG, akan menimbulkan masalah lagi.  Lalu pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran bagaimana dengan petugasnya, apakah mereka kompeten?  Lalu, bagaimana jika petugas tidak akurat , tertukar antar orang yang datang.  Segudang pertanyaan timbul dalam benak dan pikiran.

Jadi malam sebelum swab test, jadi momok yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.

Pada malam harinya sebelum tidur, saya justru mendapat SMS dari Pak RT sebagai "Reminder" (pengingat) kegiatan swab test dan jadwal dari masing-masing jalan misalnya jalan A jam 8.00, jalan B jama 9.00 dan jalan C jam 10.00.

Rasanya hati pun "plong" karena ada aturan waktu sehingga nantinya tidak berdesak-desakan dan jaga jarak pun tetap ada.

Pada hari H saya mempersiapkan diri dengan perlengkapan yang sangat lengkap, masker medis, face shield, dan sarung tangan. Saat saya datang, tepat pukul 7.50, sepuluh menit sebelum jam 8.00 dan petugas kesehatan belum datang sama sekali.

Namun, pandangan saya segera melihat ke sekililing tempat,  ada tempat untuk cuci tangan, berikut tempat sampah, semua meja untuk petugas kesehatan tampak rapi dan bersih.

10 menit kemudian setelah Pak RT menelpon petugas kesehatan, barulah mereka datang. Mereka membereskan perlengkapan dan menggunakan APD lengkap.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Saya makin percaya diri, inilah cara yang baik untuk swab test.

Menunggu giliran, saya dipanggil, menyerahkan copy KTP saya dan petugas pun menuliskan nomer handphone di copy KTP , juga menuliskan nama saya di sebuah label.

Swab Test. Dokumen pribadi
Swab Test. Dokumen pribadi
Label itu ditempel di sebuah plastik untuk memasukkan hasil swab.

Lalu, saya diminta untuk duduk kursi, meniup napas melalui hidung guna memastikan tidak ada sumbatan.

Saya diminta untuk mendongakan kepala dan tenaga kesehatan memasukkan alat swab berukuran 6 inci atau sekitar 15 sentimeter dengan ujung terdapat kapas.

Alat ini dimasukan secara perlahan ke dalam lubang hidung hingga ke ujung bagian belakang hidung atau nasofaring.

Alat ini diputer perlahan beberapa detik agar supaya cairan terserap sempurna.  Di saat inilah saya merasa sedikit sakit .

Ternyata swab test kali ini hanya melalui hidung saja, tanpa swab melalui tenggorokan.

Pemeriksaan swab ini akan dikirimkan ke laboratorium.   Berapa lama?  Hal ini tidak dapat dipastikan karena tergantung kapasitas laboratorium. Jika banyak yang diperiksa mungkin bisa 7-10 hari.

Saat ini tercata ada 320 mesin PCR atau test cepat molekuler (TC) dan 279 laboratorium khusus penanganan Covid -19 di seluruh Indonesia.  Untuk DKI terbanyak sebesar 47 mesin, dikkuti oleh Jawa TImur (36 unit) dan Jawa barat (30 unit).

Sambil menunggu hasil tentu saya  berdoa agar hasilnya baik......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun