Pandemi, membuat anak saya yang dulunya bekerja di Ibukota Jakarta dan  tinggal di kos,sekarang  pulang ke rumah untuk "work from home".
Ketika pulang ke rumah, pola makan anak yang dulunya tak pernah saya amati, Â tiba-tiba saya baru sadar dan merasa kaget melihat perubahan menu yang disantap oleh anak untuk makan siang dan malam hari.
Setiap minggu saya dan suami belanja mingguan untuk beberapa bahan mentah baik itu ikan-ikan (gurame, dori, nira), daging ayam yang sudah dibuat "file" (daging ayam tanpa tulang) dan sayur-sayuran . Sayur-sayuran ini sengaja dipesan oleh anak.
Jenis sayuran yang dipesan adalah salanova mixed oak  (jenis lettuce yang diiris-iris menjadi potongan-potongan kecil dan siap dimakan dimasukkan dalam kotak plastik).
Kami harus beli dalam jumlah cukup banyak , hampir 6 paket kota plastik sekali beli untuk konsumsi seminggu  karena anak konsumsi satu kotak plastik per hari.  Sayur ini dimakan bersama dengan salad dressing.
Disamping itu ada menu yang  saya konsumi sendiri, saya memasak sayur dan ikan untuk konsumi tambahan.
Anak saya telah menjadi "vegan" karena dia kurang menyukai makanan yang berasal dari daging, telur dan turunannya. Baginya makanan sayur dan buah-buahan, adalah makanan sehat untuk pandemi. Makanan Nabati Menangkal Depresi di Masa Pandemi
Jika saya tilik dalam KKBI (Kamus BEsar Bahasa Indonesia), nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, yang mengandung lemak,alam, protein, sakar, simplisia.
Awalnya saya berpikir bahwa orang yang hanya makan sayuran  atau seirng disebut "vegan" itu akan kekurangan zat-zat yang lainnya. Istilah kerennya malnutrisi.  Ini sungguh mengkhawatirkan jika benar.
Namun, pemikiran saya ternyata salah sama sekali. Â Justru sekarang ini gaya hidup vegan ini jadi model nutrisi dan gaya hidup masa kini yang paling sempurna untuk menangkal depresi.
Di Amerika dan Eropa orang mulai meninggalkan makanan cepat saji  selama hampir setahun ini.  Mereka yang mulai disiplin untuk mulai mencoba makanan tanpa soda dan makanan sayuran.
Anjuran untuk vegan ini sudah dituliskan dalam jurnal yang sangat kontekstual berjudul "Foods That Battle Stress During the Coronavirus Pandemic" dimuat Wall Street Journal pada 27 Â Juli 2020, sayuran mengurangi depresi di masa merebak Covid 19.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa diet itu menyehatkan. Dengan makan dan asupan buah ,sayuran, biji-bijian, dapat bantu depresi. Â Â Makanan berupa beri,kacang-kacangan, miznyak zaitun dapat mengatur emosi.
Emosi jadi terkontrol karena dapat meredakn hormone kortisol (biasanya jika orang khawatir maka hormone kortisol akan meningkat). Â Untuk menurunkan kortisol, juga direkomenasikan makanan mengandung kunyin yang didalamnya terkandung kurkumin untuk meningkatkan kualitas ekosistem mikroba dalam usus.
Kenapa harus Jadi Vegan?
Selama ini orang Indonesia anggap jadi vegan itu adalah diet. Â Pengin tubuhnya langsing dan mengurangi makanan yang berlemak.
Pandangan ini boleh saja, tetapi lebih baik diketahui bahwa manfaat vegan adalah seperti diatas, yaitu membuat orang berkurang stresnya. Â Lebih dari itu bahan jadi sehat karena imunitasnya jadi naik, Â penyakit yang timbul pun dapat dicegah dengan raw vegan.
Bagi sebagian orang yang punya beberapa penyakit yang sering kambuh seperti sakit kepala, jika diimbangi dengan berolahraga, pasti tubuh akan lebih stabil mengimbangi emosi yang sering naik karena masa pandemi.
Saya sendiri telah melihat banyaknya pengusaha kuliner vegan yang mulai menggeliat. Survei mereka telah menunjukkan bahwa penggemar vegan di Indonesia sebesar 8 persen dari populasi dunia ini punya alasan khusus, kepedulian kesehatan dan kepedulian terhadap ternak yang dipotong sebagai pangan. Â Resto vegan bertebaran di beberapa daerah, dan peminatnya cukup banyak.
Kepedulian kesehatan sangat penting sekali, seperti telah dijelaskan di atas, tetapi kepedulian kesehatan, banyak dari para vegan melihat bahwa mereka ingin berhati lembut terhadap kehidupan ternak. Â Nilainya kehidupan ternak sama besar nilainya dengan kehidupan manusia. Â Mengurangi makan ternak, berarti mengurangi hilangnya populasi ternak yang hanya dimanfaatkan untuk keuntungan manusia saja.
Lain halnya dengan Indonesia yang pandangannya masih sebatas kepada kehidupan ternak, justru di Amerika dan Eropa, para vegan berpandangan, untuk mengatasi masalah kesejahteraan hewan isu lingkungan hidup adalah dengan jadi pelaku vegan.
Apabila mereka tidak mengurangi pemotongan hewan dan mengkonsumsinya , para vegan di Amerika dan Eropa itu menganggapnya sebagai salah satu ketidak pedulian jumlah ternak yang terus dimakan demi konsumsi manusia. Â Juga dengan adanya pemotongan itu keseimbangan hidup ternak makin berkurang dan akhirnya berakibat hilangnya habitat ternak .
Vegatarian masih mengonsumis telur dan susu, sementara vegan mengonsumsi pangan nabati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H