Awalnya mulanya dua perempuan milenial muda ini tertarik kepada multilayer plastic (sachet), ketika mereka berdua sudah terbiasa dengan gerakan reuse dan reduce barang-barang plastik di rumah.
Saat mereka ingin berbisnis, tersiratlah ide untuk berbisnis dengan tema eco friendly, menghasilkan produk yang bermanfaat bagi orang lain. Lalu, mereka mendatangi bank sampah. Di sana, pengetahuan mereka bertambah tentang jenis-jenis plastik seperti multilayered plastic (MLP) atau sachet. Ternyata, MLP itu tidak diterima atau ditampung oleh bank plastik sehingga MLP itu tidak laku dijual.
Ide MLP yang tak bisa laku terjual dimana-mana itu jadi bagian ide bisnis eco-friendly. Kedua perempuan milienial yang dipanggil Ovy Sabrina dan Novita Tan itu ingin berbisnis bukan semata-mata mencari keuntungan, tetapi juga idealisme menjaga lingkungan dari sampah plastik. Masalah klasik adalah sampah. Indonesia tercatat sebagai penghasil sampah plastik kedua di dunia.
Ketika semua plastik itu dibuang, termasuk sampah-sampah kemasan plastik, ternyata tidak ada usaha untuk mendaur ulang ketika sampah tiba di TPA. Hanya sedikit (sangat kecil jumlahnya) yang mendaur ulang sampah plastik menjadi handycraft atau barang yang lainnya. Sisanya atau sebagian besar dari sampah plastik dibuang begitu saja, baik di sungai atau laut tanpa didaur ulang.
Lahirnya Rebrick Indonesia:
Dibawah bendera Rebricks Indonesia, usaha bisnis untuk mengurangi jumlah plastik utamanya MLP, kedua anak muda ini mulai mengadakan riset tentang keamanan dan kualitas dari daur ulang itu. Diperlukan satu tahun untuk riset dan pengujian produk bersama beberapa insinyur dan beberapa orang yang berkontribusi untuk membantunya. Selama satu tahun mereka telah melakukan serangkaian pengujian di laboratorium sesuai dengan standar SNI dan akhirnya produk paving block "Rebricks" dinyatakan lolos.
Produk ini sudah sesuai dengan standar, dari segi ketahanan lama dan keawetan.
Setelah yakin bahwa semuanya sudah sesuai dengan hasil yang ditargetkan, barulah mereka memberanikan diri untuk memperkenalkan produk paving block pertama Rebriks di bulan Nopember 2019.
Tantangan:
"Tantangan bisnis daur ulang adanya korelasi langsung antar jumlah penjualan produk dan jumlah sampah yang mereka bisa daur ulang. Supply dan demand harus sesuai kuotanya. Berhubung sachet tidak diterima sebagai daur ulang, maka jumlah sachet yang disupply dari berbagai sumber begitu banyaknya", demikian jelas Ovy.
"Selanjutnya, Ovy juga menekankan banyak orang yang tidak mengetahui kesulitan di atas sehingga mereka hanya berpikir untuk menyumbang sachet demikian banyak, sedangkan jumlah permintaan /penjualan ya sedikit", keluh Ovy.
Dalam pemasaran, memperkenalkan konsep baru tentang produk daur ulang kepada masyarakat itu tidak mudah, terutama masyarakat di Indonesia . Banyak yang berpikir secara sempit tentang produk daur ulang. Kurang percaya bahwa justru produk daur ulang punya kekuatan dibandingkan produk aslinya. Kekuataan itu adalah salah satu alternatif untuk mengatasi lingkungan akibat polusi sampah plastik.
Kekuatan lainnya adalah produk paving block mereka setingkat baik dan kuatnya dengan produk konvensional dan harganya pun bersaing. Komposisi dari satu persegi paving block terdiri dari 20% sampah plastik atau 5 kg untuk ukuran 105x21. Saat ini hanya ada 2 ukuran bentuknya persegi empat atau persegi enam.