Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Utang Itu Bukan Aset, Jeratannya Memikat tapi Sulit Melepaskan

12 Juli 2020   16:00 Diperbarui: 13 Juli 2020   13:27 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: busy.org

"Anggapan memiliki materi dan uang banyak sebagai kesuksesan. Ketika jerat utang sudah memikat, kita tak mampu lagi melepaskannya".

Sekarang ini tawaran untuk berutang itu begitu banyaknya. Jika ingin berutang, ada banyak cara untuk melakukannya. Mulai dari kartu kredit sampai finansial teknologi menyerbu kita untuk menawarkan utang. Caranya super mudah karena sekarang zaman teknologi, semuanya tinggal mengunggah di aplikasi saja.

Ketika masa pandemi, warga makin sulit mencari pekerjaan, bahkan yang punya pekerjaan kena PHK, ada yang gajinya dikurangi l/2, ada yang berkurang pendapatannya seperti ojol. Mulailah berpikir untuk berutang sebagai jalan keluarnya.

Ketika sudah berutang, beberapa orang sering tergelincir dengan kemudahannya. Bahkan, ada yang tak bisa terlepas dari jerat utang.

Ketika utang kartu kredit yang angsurannya hanya 10% lalu tiap bulan harus dibayar , masih menganggap bisa utang yang lainnya , ambil utang dari finansial teknologi satu kali gaji.

Begitu utang dari finansial teknologi jatuh tempo, bingung, dari mana sumbernya. Pendapatan tidak naik bahkan tidak ada. Lalu carilah utang lagi dari kartu kredit dengan mengambil tunai.

Jadi utang kedua dibayar dengan utang pertama. Utang kedua lunas, tapi utang pertama menumpuk. Hal ini terus terjadi bagaikan "Gali Lubang Tutup Lubang" artinya membayar utang dengan utang lainnya.

Lalu terjadilah malapetaka yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Salah satu anak muda yang saya kenal, dulunya pandai bekerja.

Namun, ambisi untuk mengejar materi itu tak pernah terpuaskan. Dia merasa bahwa kesuksesan hidup ketika dia memiliki barang-barang yang tak sedang "tren" saat ini seperti handphone model terbaru.

Saya sering menasihatkan, boleh mengikuti tren, tapi harus ingat apakah kamu punya daya beli untuk barang itu. Jika tidak, lupakanlah dan jangan sekali-kali kamu terjerat ke dalamnya.

Akhirnya, benar juga, anak ini benar-benar terjebak dalam lubang yang dibuatnya sendiri. Bahkan dengan beraninya dia menulis referensi suami sebagai penjamin tanpa sepengetahuan kami sendiri.

Begitu tagihan tidak dibayarkan, bahkan anak ini menghilang entah kemana, kami yang jadi korbannya. Diburu oleh bank karena kami dianggap menyembunyikan pengutang yang tak mau bayar.

Hidup dalam kegelapan utang bagaikan orang yang tidur tak nyenyak. 

Bagaimana Kamu Menyikapi Uang?

Utang itu berasal dari keinganan untuk membeli dimana kita tak punya daya beli. Jika utang untuk kebutuhan, kamu harus punya simpanan (emergency fund, misalnya dalam bentuk deposito yang belum bisa dicairkan. Tapi karena kebutuhan mendesak seperti harus operasi, maka kamu bisa gunakan kartu kredit dulu dan saat deposito cari, segera utang itu dibayar tanpa menunggu lagi).

Setiap orang menyikapi uang berbeda-beda. Tetapi apakah kamu masih mempercayai frasa "Uang bukan segalanya. Tetapi segalanya butuh uang". Jika kamu mengatakan ya. Kita perlu memahami secara mendasar.

Ada beberapa contoh dari orang terkemuka seperti Jeff Bezos, di usia yang 16 bekerja di McDonalds dan belajar bagaimana melayani pelanggan.

Dia membuka pelayanan buku dari di garasi rumahnya. Dari sinilah dia mulai bisnis "Amazone" dan jadi orang terkaya di tahun 2002 dengan aset USD 182.6 miliar.

Contoh lain, Kolonel Sanders dalam usia 10 tahun bekerja dan berganti-ganti pekerjaan, juru parkir, tentar, tukang cui. Pada usia ke-62, dia berhasil mendirikan KFC dan menjual resep ke penjuru dunia.

Pola pikir usang vs pola pikir jempolan:

Ketika orang hanya memikirkan uang sebagai satu-satunya alat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, hal ini dianggap sebagaipola pikir usang.

Sebaliknya, apabila kita punya pola pikir jempolan untuk bekerja cerdas, keahlian, keterampilan, waktu, ide, inovasi, karya, sikap, kesehatan kemudian menggunakan elemen ini untuk menghasilkan uang dan akhirnya barulah kita bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan ini baru jempilan.

Sederhananya, kita harus mengelola uang yang ada di tangan kita menjadi hal berguna. Saya mengutip dari Nodi Harahap, "Di tangan Pensyukur, uang menjadi pelantas kehidupan adil dan makmur. Di tangan Si Takabur, uang sanggup membuat pemiliknya babak belur.

Pengelola uang yang baik:

Ketika hidup kita tidak lagi diperbudak orang tetapi memastikan uang sebagai media pelantas keinginan dan kebutuhan (Nodi Harahap).

Untuk mendapatkan uang, alih-alih bekerja, ternyata ada aktivitas anak milenial yang kurang produktif seperti berkumpul dengan teman-temannya, olahraga, kuliner, aktivitas sosial, nonton film, keagamaan, traveling, memasak.

Tidak ada yang salah dengan aktivitas yang disebutkan di atas, tetapi justru aktivitas bekerjanya kurang serius dibandingkan dengan aktivitas lainnya.

Jika kamu ingin sukses dalam usaha tentunya harus punya target berapa lama bekerja dan apa saja yang harus dilakukan (time planner management) agar goal itu tercapai.

Teori Klasik Mengelola Uang:

Sebaiknya tak berpikir saya harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan lebih besar dari yang sekarang. Teori klasik menjelaskan bukan berpikir seberapa besar pendapatan yang dihasilkan melainkan seberapa banyak pengeluaran yang sanggup disisihkan.

Caranya tentu harus meneliti kembali apakah pembelian barang yang sudah kita beli itu benar-benar dibutuhkan, atau sekadar keinginan. Urutkan pengeluaran sesuai dengan prioritas, yaitu primer, kewajiban, tabungan, sekunder.

Primer adalah kebutuhan dasar yang tak bisa dihindari, makan,listirk,air, internet. Kewajiban, zakat, pajak, BPJS, iuran pegawai. Tabungan, untuk dana di masa depan. Sekunder, untuk investasi, hobi dan lainnya.

Jadi ada rumusnya untuk mengelola pendapatan yaitu, pendapatan tetap dikurangi tabungan ditambah pasif income dikurangi pengeluaran dan menunda kesenangan.

Belajar tidur nyenyak tanpa utang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun