Agaknya, tingkah laku dan persepsi tenaga medis ini agak kelewatan atau ada yang menyebut sebagai "kolokan" atau "demanding" atau "banyak menuntut" .
Mengerti bahwa apa yang dituntut itu perlu sekali bagi pekerjaan mereka. Â Tetapi tidak berarti mereka harus mogok kerja. Â Sampai supir ambulance pun ikut-ikutan mogok, padahal RSUD ini sedang kalang kabut menangani pasien.
Terpaksa para TNI pun ikut dikerahkan untuk membantu  merawat pasien dan jadi supir ambulans.
Pada kenyataannya setelah dicek kepada Bapak Bupati, Â insentif sudah ada, Rumah Singgah pun telah disediakan 34 kamar dengan Kasur dan AC. Â APD yang dikatakan minim itu jumlah ribuan.
Sadar bahwa mereka sebenarnya menggugat tuntutan yang tak masuk akal, maka Bapak Bupati  Ilyas segera memutskan untuk memecat mereka dan mencari pengganti yang baru untuk menangani pasien.
Para perawat yang kena pemutusan kerja itu menyesali dan mereka mengharapkan untuk dapat bekerja kembali. Namun, nasi telah jadi bubur, Â keputusan itu sudah ditetapkan. Â MEreka tak bisa kembali bekerja.
Semuanya ini jadi pelajaran penting bagi para perawat yang banyak menuntut di saat Covid-19. Â Kondisi memang memprihatinkan, kerja keras dulu baru insentif itu akan datang dengan sendirinya.Â
Kita semuanya percaya bahwa apa yang dilakukan baik terhadap sesama, akan dibalas baik pula kebaikan kita oleh Allah.
Semoga pelajaran berharga ini cukup satu kali saja terjadi, tidak ada lagi karena perjalanan proses Covid-19 ini masih panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H