"Hilal Telah Tampak", rupanya jadi perdebatan dan pertendangan untuk tentukan awal dan akhir Ramadan. Dua metode atau kriteria berbeda ,yaitu Kriteria Mabims dan Kriteria Astronomi. Â Persoalan pun harus diselesaikan untuk wujudkan sistem kalender Hijriah Indonesia.Â
Aku salah satu satelit di angkasa yang selalu didambakan oleh setiap manusia kemunculannya. Â Kedatanganku umumnya sore hari jelang malam hari. Â Menyinarkan bumi dengan sinarnya yang indah.
Kehadiranku selalu tampak elegan saat disebut  "bulan purnama",  orang di bumi menyeruak ke luar untuk menyambut diriku . Manusia di bumi menganggap diriku sangat penting sekali.
Ketika bentukku jadi purnama penuh, maka itulah tanda-tanda dimulainya suatu acuan  penanggalan bagi suatu umat beragama Islam.
Aku bekerja sebagai satelit bumi dan bertugas menerangi bumi.  Tugasku sangat bermacam-macam.  Tugas utama adalah aku penyebab daya gravitasi yang kuat di bumi.  Gaya gravitasi  yang kuat di bumi inilah yang menyebabkan adanya  lautan naik dan turun dalam , disebut dengan pasang surut. Aku membawa mahluk laut beradaptasi dengan daratan.Â
Selain itu aku juga bertugas  mempengaruhi iklim. Gravitasiku membuat efek kepada bumi. Jika aku berjalan  lambat dan bumi lebih cepat maka setiap hari akan terasa pendek. Suhu bumi pun  akan turun, matahari hanya punya waktu pendek untuk hangatkan bumi. Dampaknya sungguh berat bagi bumi, suhu dingin membuat produksi pangan jadi berkurang.
Tugas utamaku adalah sebagai  penanda awal kalender yang disebut dengan kalender Hijrah. Hijriah adalah kalender yang berbasis pergerakan bulan.  Awal bulan ditentukan oleh Hilal yang telah tampak.  Seharusnya kemunculanku itu sebagai bulan sabit dengan sinarnya yang penuh menguning.
Aku diamati oleh sekelompok manusia dengan teleskop yang canggih. Mereka sengaja datang berkumpul untuk memastikan kemunculanku, apakah penampakan diriku itu seperti bulan sabit muda yang tipis itu dapat terlihat oleh dirimu? Aku seharusnya memposisikan diriku berada dua derajat di atas matahari. Jarak elongasi dari matahari kearah kanan atau ke kiri.Â
Sayangnya, posisiku ternyata bergerak terus sehingga diriku tak mudah ditemukan dengan mata telanjang. Â Padahal manusia yang sudah berkumpul itu ingin memastikan aku berjalan pada hari ke-29 atau malam ke 30 sesuai Rukyatul Hilal. Â Jika aku ditemukan itulah tandanya dimulainya Ramadan.Â
Semua akan bersorak senang dan gembira  karena aku telah memberikan tanda baik kepada manusia bahwa malam itu adalah tanggal satu bulan baru berdasarkan Rukyatul Hilal.  Besok manusia yang berkumpul itu akan mengumumkan dimulainya Ramadan.
Tapi kadang-kadang aku sering bandel karena aku bersembunyi dibalik matahari sehingga engkau tidak bisa melihat diriku , bahkan di daerah tertentu di Sumatera barat ketika orang sudah berkumpul dan bersiaga sejak sore, mereka dengan teropong pemantau hilal menghadapkan ke Samudera Hindia sejak pukul 17.00 WIB.
Tapi kemunculanku seolah tidak terlihat , cuaca begitu mendung, langit di arah barat terlihat mendung dan berawan.  Para pemantau itu sudah berusaha mencari diriku di beberapa tempat , tetap saja "Hilal itu tak tampak". Aku seringkali tidak bisa terlihat ,  hilal tidak tampak,  jika hilal tampak maka posisiku  akan berada di 4 derajat persisnya.
Terpaksa para pemantau itu harus melaporkan kepada Kementrian Agama Republik Indonesia  bahwa mereka tidak bisa menentukan puasa itu besok atau besoknya lagi. Keputusan yang mengganggu karena harus menunggu hasil sidang Isbat.
Tugas terberatku akan selesai apabila para pemantau itu sudah berkumpul dan mengambil keputusan "Hilal Telah Tampak, Kita akan Berpuasa besok".Â
Ternyata perdebatan yang seru  juga terjadi untuk hal yang sama "Hilal telah Tampak", untuk penentuan besok adalah Lebaran 1414H, ketika aku tak muncul pada sidang Isbat pada Jumat tanggal 22 Mei 2020. Dua metoda yang berbeda kriteria astromi dan kriteria MABIMS , akhirnya Sidang Isbat pun menentukan bahwa Idul Fitri akan jatuh pada hari Ahad, 24 Mei 2020.
Kembali kepada tugas rutinku, aku terus memutari dan mengelilingi bumi tanpa lelah, luasnya bumi yang kuputari dari barat ke timur  3.475 km selama 29 hari 12 jam 44 menit 2 detik. Kuputari bumi  dengan senyumku yang penuh atau harus bersembunyai di balik matahari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H