Tapi kemunculanku seolah tidak terlihat , cuaca begitu mendung, langit di arah barat terlihat mendung dan berawan.  Para pemantau itu sudah berusaha mencari diriku di beberapa tempat , tetap saja "Hilal itu tak tampak". Aku seringkali tidak bisa terlihat ,  hilal tidak tampak,  jika hilal tampak maka posisiku  akan berada di 4 derajat persisnya.
Terpaksa para pemantau itu harus melaporkan kepada Kementrian Agama Republik Indonesia  bahwa mereka tidak bisa menentukan puasa itu besok atau besoknya lagi. Keputusan yang mengganggu karena harus menunggu hasil sidang Isbat.
Tugas terberatku akan selesai apabila para pemantau itu sudah berkumpul dan mengambil keputusan "Hilal Telah Tampak, Kita akan Berpuasa besok".Â
Ternyata perdebatan yang seru  juga terjadi untuk hal yang sama "Hilal telah Tampak", untuk penentuan besok adalah Lebaran 1414H, ketika aku tak muncul pada sidang Isbat pada Jumat tanggal 22 Mei 2020. Dua metoda yang berbeda kriteria astromi dan kriteria MABIMS , akhirnya Sidang Isbat pun menentukan bahwa Idul Fitri akan jatuh pada hari Ahad, 24 Mei 2020.
Kembali kepada tugas rutinku, aku terus memutari dan mengelilingi bumi tanpa lelah, luasnya bumi yang kuputari dari barat ke timur  3.475 km selama 29 hari 12 jam 44 menit 2 detik. Kuputari bumi  dengan senyumku yang penuh atau harus bersembunyai di balik matahari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H