Hampir dua tahun saling diam antar saudara ini terjadi. Â Relasi yang tidak baik ini seharusnya dipulihkan. Â Sebagai saudara kami harus saling mengasihi dan menghargai. Â Tapi ada luka hati yang belum terobati karena masing-masing memiliki ego besar untuk minta maaf lebih dahulu. Â Selama belum minta maaf, terus terang tidak ada damai dalam hati dan hidup bagaikan berat seolah membawa beban besar di pundak.
Minta maaf yang tulus dan dari hati terdalam itu sangat sulit . Bukan hanya sekedar dari mulut, tapi benar-benar dari lubuk hati yang terdalam. Â
Setelah tiba saatnya saya instrospeksi diri dan  merasakan tiba saatnya saya harus meminta maaf dan  memaafkan orang yang tak mengerti kesalahannya.  Saya pun menyadari bahwa saya tak lepas dari kesalahan merasa diri sendiri lebih besar dari yang lainnya.
Dimulai dari kesadaran itu, saatnya tiba, saya mau minta maaf.
Momen puncak, hari Lebaran adalah hari yang suci untuk minta maaf.  Bagi saya, minta maaf itu tentu ingin menghapuskan segala dosa yang telah saya perbuat dan dia perbuat.  Kesadaran saya  ini timbul karena siapa pun tidak sempurna di dunia ini, hanyalah Tuhan yang Maha Sempurna.
 Bermaaf-maafan  Lebaran menjadi momen penting dan bersejarah bagi saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H